The Plan

31 6 5
                                    

Jalan raya yang menghubungkan semua distrik terlihat lenggang ketika aku menaiki TEC untuk menemui Grandpa di distrik 3–yang sebenarnya daerah perbatasan antara distrik 3 dan 4.

Aku memandang ke atas langit sore yang menggantungkan matahari di ufuk barat. Pikiranku masih tertuju pada arah pembicaraan antara aku, peretas kelas kakap, dan anak dari para orang terkenal. Pembicaraan itu terdengar sangat konyol. Dan serius. Daren jarang sekali berekspresi seperti itu.

Apakah alien akan mengambil organ dalam Mom dan Dad? Atau menjadikan mereka sebagai budak? Atau bahkan lebih buruk daripada dibunuh dengan peralatan canggih?

Tidak ada yang tahu.

Hanya Daren.

Aku mengaktifkan rollerphoneku. Kemudian menyentuh aplikasi browser. Aku putuskan untuk membaca berita hari ini dari internet. Yah, sebenarnya untuk membunuh waktu juga. TEC membutuhkan waktu satu jam setengah untuk sampai– dari Mexcame ke Loptus.

Saat aku me-refresh laman berita, ada sesuatu yang membuatku tertarik untuk menyentuh artikelnya.

UFO tertangkap kamera pengunjung museum di Perserikatan Tenggara, alien mitos atau nyata?

LOPTUS, Distrik 3 (7/2217). Seratus tahun yang lalu, sedang ramai diperbincangkan tentang alien yang datang ke bumi untuk bekerja sama dengan para manusia dan makhluk bumi. Tetapi, tidak ada bukti tentang semua gosip yang beredar tersebut. Sampai saat ini, alien dan makhluk luar angkasa masih belum bisa dibuktikan keberadaannya.

Tetapi, salah satu pengunjung Museum Miracle Future, Debby (24), mengaku menangkap penangkapan UFO saat kameranya sedang membidik cahaya langit sore di tempat, lalu melaporkannya ke kantor keamanan setempat.

Debby mengaku, dirinya sempat kaget ketika melihat penampakan UFO di dalam gambar-gambar yang di bidiknya. Ada total empat foto yang memperlihatkan bentuk UFO dari kejauhan. Dan tentu saja, hal ini sekarang menjadi firal di semua media internet.

Sampai saat ini, masih belum ada konfirmasi dari pihak terkait, apakah itu hanyalah editan, sekumpulan burung, atau asli.

Aku kemudian meng-klik simbol panah ke kiri. Kemudian beralih ke laman berita lain. Memang sedang banyak berita tentang alien dan UFO.

Dan, fakta bahwa aku tidak terlalu kaget mengetahui berita munculnya UFO di tempat tinggalku mungkin dikarenakan aku sudah mendengar berita adanya alien yang datang ke bumi satu abad lalu. Dan itu asli. Nyata.

Lima belas menit kemudian (setelah aku membaca kurang lebih dua puluh berita tentang penampakan UFO) TEC sudah berada tepat di depan apartemen Veyah XX di Loptus. Aku memasuki apartemen itu. Dan, yah, melakukan hal yang sudah sangat sering kulakukan. Memindai sidik jariku (percayalah. Di abad ini, tidak ada yang namanya kunci. Semuanya dilakukan dengan sidik jari).

Bangunan itu didominasi warna biru cerah dan hijau cerah juga. Banyak tanaman berwarna hijau–yang menurut mereka adalah bunga, dan menurutku daun. Pintu itu berubah menjadi pancaran sinar hologram.

Saat aku menembus pintu hologram itu, monitor besar menyambutku dengan menampakkan wajah seorang wanita muda berpenampilan rapih. Rambutnya diikat kuda dengan makeup seadanya. Tidak terlalu norak. Dia kemudian tersenyum. Kemudian mulai bertanya-tanya.

Yah, apartemen khusus lansia memang dijaga sangat ketat.

"Selamat sore. Ada yang bisa kami bantu?" tanya wanita itu.

"Ya, em, aku ingin bertemu kakekku. Mr. Amog Choppaden Lawner." Sepertinya, kau hanya akan memperlambatku, Lady.

"Alasan untuk datang?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang