Believe - Dua

4.5K 318 9
                                    


Ali melangkahkan kakinya memasuki sekolah. Langkahnya berubah menjadi larian kecil, ia langsung menuju kelasnya dan menaruh tasnya. Setelah itu, berlari ke gerbang sekolah menunggu gadis itu.

"nungguin dia sampe kaki gue klemer, rela dah gue"gumam Ali menunggu Prilly. Sepertinya gadis itu memang belum datang.

"itu dia" Ali merapihkan seragamnya dan rambutnya, lalu menyambut Prilly dengan senyum di bibirnya. Menyamakan langkahnya.

"gausah berisik" belum juga mengucapkan satu kata atau dua kata. Suara gadis itu sudah melarangnya untuk berbicara.

"gak berisik, gue cuma mau bilang. Selamat pagi Prilly, jangan lupa makan dan belajar yang bener ya! Ali nunggu Prilly istirahat nanti, bye"Prilly hanya berdehem dan langsung menuju kelasnya. Ali tersenyum tipis, setidaknya ia sudah mendengar suara seksi gebetannya pagi ini.

"gimana Li, kemaren jadi jalan gak?" Ali memutar tubuhnya. Terdapat Bella dan seorang lelaki yang kemarin ia tanya saat pulang sekolah.

"kagak, tapi setidaknya gue bisa tau rumahnya dan dapat restu dari mamah mertua"setelah mengucapkan itu, Ali memilih meninggalkan pasangan itu dan berlalu ke kelasnya.

###

Ali membawa buku catatan pribadinya menuju taman. Istirahat kali ini, ia tak melihat gadis itu dan ia tebak pasti berada di taman. Setelah sampai, Ali tersenyum kecil lalu menjatuhkan tubuhnya disebelah Prilly.

"gue gak ngagetin kan? Setidaknya kali ini, lo gak berlalu gitu a-"

"nasi goreng, buat gantiin kemarin" Ali terdiam menatap kotak bekal yang Prilly sodorkan. Prilly mengangkat sebelah alisnya bingung dengan ekspresi lelaki ini.

"lo gantiin? Buat apa? Gausah kali, mending lo aja yang makan. Nanti sakit"Prilly menggeleng dan memberikan kotak bekal itu kepada Ali. Segera Prilly bangkit dari duduknya, namun tertahan oleh genggaman Ali.

"duduk, jangan pergi" kali ini Ali yang bersikap datar. Prilly hanya acuh dan melanjutkan membaca novelnya sambil menemani Ali makan.

"iwi emwak wawet" Prilly melihat Ali, mulutnya penuh dengan nasi goreng buatannya.

"ukhuk, maksudnya ini enak banget"puji Ali.

"masakan bibi"

"ku kira ini masakannya? Apalah apalah, untung gue suka sama dia. Eh, cinta deh" batin Ali menatap Prilly datar. Entahlah, ekspresi Ali membuat Prilly tersenyum kecil.

"yaampun, lo senyum kayak bidadari dah Pril. Jadi bidadari gue ya?? Jadi bidadari anak anak kita kelak di masa depan" Prilly mendengus mendengarkannya. Ali sepertinya hidup dengan drama.

"eh tapi serius deh Pril, lo kalau senyum kayak bidadari. Hati gue tuh deg deg seerr kalau liat lo. Jangankan senyum, datar aja bikin gue spot jantung" jelas Ali.

"terserah" kesal Prilly.

"gue lanjut makan lagi ya, lo temenin gue disini. Jangan kemana mana, kecuali sama gue ke KUA, oke"Prilly memutar bola matanya malas.

###

Ali berjalan ke arah parkiran dan mengambil motornya. Memakai helmnya dan melajukan motornya keluar dari sekolah.

Matanya menangkap sosok gadis mungil berjalan di pinggir trotoar. Ia tau itu adalah Prilly. Didepannya terdapat empat preman yang menatap Prilly ingin.
Dengan cepat Ali memberhentikan motornya tepat disebelah Prilly dan menarik tangan gadis itu.

"please, kali ini gue serius. Ikut gue"ucap Ali dingin, matanya menatap tajam empat preman yang terlihat marah dengan ulahnya.

"naik Pril, ayok" Prilly yang tak mengerti hanya mengikuti saja. Prilly mengerti saat empat preman itu meneriaki Ali. Terasa aman, jika bersama lelaki bawel ini.

"makasih" jawab Prilly singkat. Ali menepikan motornya lalu memberikan jaket yang ada didalam tasnya kepada Prilly.

"pakai buat nutupin kaki lo"Prilly menerimanya dan langsung menutupi pahanya menggunakan jaket Ali.

"thanks Ali"

"demi apapun gue denger lo nyebut nama gue Pril? Subhanallah" setelah drama. Ali melajukan motornya menuju rumah Prilly.

Ntah apa yang membuat Prilly jalan sendiri. Yang pasti ia tak ingin menanyakannya sekarang, karena Ali tau Prilly adalah orang yang irit dengan bicaranya.

###

Ali telah memberhentikan motornya tepat didepan rumah gadis itu. Prilly segera turun dan memberikan jaket kepada si pemilik.

"makasih, masuk?" Ali tersenyum namun menggelengkan kepalanya

"gak usah, mending lo tidur, nanti capek terus sakit. Kalau gue khawatir, gimana?" Prilly menggelengkan kepalanya dengan wajah datar

"gue balik ya. Jangan sungkan sungkan sama gue, karena gue akan selalu ada walaupun lo gak butuhin gue. Gue pulang ya. Btw, kalau bales WA gue jan singkat singkat, oke? Bye prill" Ali melajukan motornya setelah mengatakan suatu hal yang menurut Prilly membuatnya teringat akan masa masa itu.

"hati hati Ali" mungkin memang tidak terdengar oleh lelaki itu. Prilly hanya tersenyum kecil lalu kembali datar, dan memilih masuk untuk membersihkan tubuhnya.

###

Ali memakirkan motornya di parkiran lalu berjalan masuk menuju salah satu ruangan. Ia berada di rumah sakit sekarang, mengunjungi seseorang yang setiap harinya memberi semangat dalam hidupnya untuk terus berusaha.

"sus, gak ada kabar apa gitu? Mamah membaik kan sus? Dia bakal sadar kan ya sus?" tanya Ali saat sudah didalam ruangan. Bertanya pada suster yang menjaga mamahnya.

"belum ada mas Ali, keadannya masih sama" Ali mengangguk dan membiarkan susternya berlalu. Ali menjatuhkan tubuhnya di salah satu kursi yang tersedia, mengenggam tangan sang mamah dan menciumnya.

"mah, mamah tau gak sih? Ali masa lagi jatuh cinta sama gadis mungil bermata hazel. Dia itu sifatnya dingin gitu, mukanya datar tapi buat Ali gemes sama dia. Rasanya Ali mau jadiin dia pacar deh, tapi Ali baru kenal sama dia. Mamah kan tau kalau Ali anak baru disana. Oh ya mah, Ali mau banget ajak dia kesini. Pasti mamah suka deh sama dia, secara dia itu bikin gemesin gitu" curhat Ali kepada mamahnya. Ali selalu mencurahkan hatinya kepada mamahnya semenjak ia pindah ke jakarta.

"bawa dia kesini" Ali menegakkan tubuhnya dan melihat siapa yang berbicara di depan pintu. Itu adalah papahnya.

"papah? Anu, Ali. Yah ketauan papah deh"Ali menggaruk tengkuknya tak gatal. Papahnya itu merangkul putranya dan terkekeh.

"jadi sejak kapan kamu udah tau cinta cintaan? Oh ya, kapan bawa dia kesini? Ketemu mamah sama papah, kenalin nanti ya" Ali merutuki dirinya, mungkin saja karena ia terlalu larut dalam menceritakan kejadian belakangan ini membuatnya ia tak sadar bahwa papahnya sudah berdiri didepan pintu ruangan.

"apasih pah? Yaudah Ali pulang duluan ya, papah jaga mamah oke? Bye pah, bye mah"papahnya menggeleng dengan kekehan kecilnya. Putranya selalu saja tersenyum apapun masalah yang terjadi.

"lihatlah, putra kita sudah menjadi anak yang tampan seperti papahnya dan pintar, bahkan dia sudah mengetahui tentang cinta cintaan" dibalik tembok, Ali masih bisa mendengar. Yang ia inginkan adalah kisah cinta seperti kedua orang tuanya, yang selalu romantis dalam keadaan apapun.

"rasanya indah mencintai seseorang"gumam Ali tersenyum lalu melangkahkan kakinya keluar dari rumah sakit.

###

Short Story - APTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang