Mata Biru

9 1 0
                                    


  Aku merebut es krim dari tangan Craig dia tidak protes hanya saja memutar bola mata. aku melompat ke atas tempat tidur sambil menjilati sisa es krim yg tinggal sedikit. Craig masuk ke dalam kamar ku dan mengambil kamus bahasa prancis. lalu membanting pintu yang membuat ku tertawa akan sifat konyol adik laki laki ku. Suara ketukan terdengar lagi di pintu kamar ku. kali ini Dustin masuk sambil membawa lukisan nya. "bagaimana kalau ini?" aku menatap lukisan Dustin yang begitu luar biasa. "ini yang paling bagus, diantara yang sebelum sebelum nya" Dustin menggerang frustasi dan melompat ke temapat tidur ku. "kamu jawab seperti itu terus" aku melempar tangkai es ke sudut kamar dimana tong sampah berada. 

"aku mengatakan apa adanya. setiap kamu bikin karya hasilnya semakin dan semakin bagus di mata ku" Sahut ku. "baiklah, aku akan coba buat sesuatu yg lebih keren lagi, btw tangan kamu kenapa?" aku mengamati pergelangan tangan ku, ada sebuah garis merah yang cukup panjang membentang. aku tergelak "aku mencopot spion seseorang hari ini" Dustin ikut tertawa sambil menggelengkan kepala. dia pergi dari kamar ku dan kembali beberapa menit kemudian sambik membawa kapas dan antiseptik. "pasti bajingan itu menyesali telah menggangu mu" aku tersenyum "yeah"

  Dustin membersihkan luka ku dengan telaten. ketika aku bilang melepas spion seseorang artinya Dustin tau kalau aku diusili. dialah yang mengajariku melepas spion mobil tanpa takut. Aku beruntung mempunyai kakak lelaki yang begitu peduli dan melindungi ku.

  Pagi hari aku berpamitan pada Mom, Dustin, dan Craig karena harus kembali ke kampus. masa liburan ku telah habis. Mom mengecup pelan kening ku dan kembali masuk ke dalan rumah. aku mengayuh sepeda selama dua setengah jam untuk sampai di kampus. "lihat keringat itu. begitu menyedihkan" Bella dan Sasha menatap ku jijik. mereka adalah orang gila tahta dan harta yang sangat tidak perlu untuk ku urusi. Aku melirik hp berkali kali menunggu kedatangan makello, Aku terpakasa ke kampus untuk mengambil buku catatan yang akan kupinjam. "Berapa kali harus ku bilang, naik bus saja. aku tidak mau kamu merusak buku ku dengan keringat mu itu" makello mengomel terus. meskipun aku tau dia tidak serius dengan masalah keringat ku. aku hanya mencibir dan melanjutkan mengayuh sepeda.

  Aku menyimpan sepeda ke dalam garasi butut di bawah apartemen ku. dan berlari kecil sampai ke kamar. melepas pakaian penuh keringat dan mandi. Aku berlari kecil lagi menuruni tangga dan berjalan satu blok dimana aku harus menggantikan Frank jadi kasir. Frank tersenyum hangat dan menyerahkan celemek hijau berlogo seorang nenek tersenyum bahagia. "Thanks" sahut ku sambil mengambil alih tempat. Dan mentotal beberapa pesanan.

  Aku bekerja paruh waktu di toko mama bree ketika tidak ada kuliah. "Permisi" seseorang memecahkan lamunan ku. seseorang yang bermata biru nyaris secerah langit di kota Pearl siang hari ini. aku tersadar dia tersenyum ke arah ku. "maaf, mau pesan apa?" aku menyerahkan daftar menu ke atas meja yang di duduki nya. meja paling dekat dengan tempat kasir. "menu andalan di sini apa?" tanya pria itu tanpa melihat daftar menu. "pasta aglio menjadi andalan kami" jawab ku. dia mengangguk "aku pesan itu dan minum nya cola saja" aku mengangguk sambil mencatat pesanan pria itu. dan kembali ke kasir. Pesanan pria itu datang lima menit kemudian. dan dia tidak berhenti menatap ke arah ku, yang membuat kylie mengkode ku untuk mencoba bicara dengan nya. aku mengantar pesanan pria itu "satu spageti aglio dan cola" ujar ku. 

  "aku pernah melihat mu" kalimat itu membuat ku tersenyum. "sepertinya anda bukan penggombal yang handal" dia mendesah. "serius. aku melihat mu melepas spion" dia tertawa. "apa kamu salah satu yang di dalam mobil atau" dia mengangkat tangan "tidak. tidak. aku tidak pernah merayu perempuan di tengah jalan seperti itu. aku berada di belakang truk hijau. Kemaren sore." aku mengganguk setengah percaya dengan pria ini. "senang bertemu dengan mu jane" pria itu menggeluarkan beberapa lembar dollar. "simpan kembalian nya" dia berdiri dan meninggalkan makanan yang belum di sentuh nya. aku melihat uang sepuluh kali lipat lebih banyak dari yang harus di bayarnya.

   aku menoleh ke jendela. dia sudah masuk ke dalam mobil hitam yang aku yakin sangat sedikit orang yang memakai kendaraan jenis itu. Aku saja tidak pernah melihat jenis kendaraan yang di naiki pria itu. kylie menghampiriku. "kai, bagaimana dia tahu namaku? Jangan jangan dia stalker" ujar ku. Kylie menjentik name tag yang terpampang di depan celemek ku. "jangan ge er dulu nona" kylie tersenyum nakal dan menghampiri meja pria itu untuk menyantap makanan nya.

  Pagi hari aku mengeluarkan sepeda ku dengan tergesa gesa, karena terlambat. Aku memakai celana jeans yang sudah pudar dan kemeja bunga bunga yang cukup cantik. "hai" sebuah suara menyapaku. Pria itu lagi! Aku tersenyum lemah dan berusah menghindarinya. "Maaf kemaren aku nggak sempat memperkenalkan diri, aku Xavier" dia mengelurkan tangan. "oke Mr.Xavier, senang berkenalan dengan mu" aku naik ke atas sepeda "Kalau kamu mau aku bisa antar kamu, sepertinya kamu buru buru" aku tertawa "trims, tapi lain kali saja" aku mengayuh sepeda dan meninggalkan pria bernama Xavier itu di pinggir jalan.

Sepanjang hari aku melamunkan pria aneh bernama Xavier itu. Dia terlalu keren untuk menjadi seorang stalker untuk gadis seperti ku. Maksud nya dia begitu tampan, kenapa?



HAI HAI JANGAN LUPA VOTE N COMENT. MUAHHH

Traffict LightsWhere stories live. Discover now