Chapter 1: Fighting!

47 3 5
                                    

Ini langkah awal untuk mencarinya. Semangat!!

Minggu pagi kali ini mendung. Aileen sebenarnya masih ingin bermalas-malasan, tapi ada misi yang harus dia lakukan yaitu pergi ke hotel Santika. Ada pameran pendidikan luar negeri di sana setengah jam lagi.

Dari rumahnya di jalan Tlogomas, waktu yang harus ditempuh satu jam lebih. Dan, kali ini gadis itu memutuskan untuk naik angkot jurusan ADL. Bukan karena di rumah sedang tidak ada kendaraan, tapi dia tipikal orang yang sangat susah hapal dengan jalan. Membaca peta lewat GPS juga kesusahan. Daripada tidak lekas sampai, lebih baik mengandalkan kendaraan umum. Tinggal naik dan bilang, "kiri, pak," maka beres urusan.

Suatu waktu dia pernah melewati hotel itu saat keluar dengan teman-temannya. Sayangnya, karena Disleksia ringan yang diidapnya, mengingat jalan adalah sesuatu yang sulit. Meski begitu—terkadang terbalik-balik dalam membaca dan menulis, dia menyukai bahasa dan pada akhirnya berkuliah di jurusan bahasa Inggris.

***

"Hotel Santika, mbak."

Aileen terbangun karena merasakan si biru yang dinaikinya berhenti. Selain itu, pendengarannya menangkap nama tempat yang sedang dia tuju. Dia pun segera mengambil uang empat ribu yang sudah disiapkannya di saku jins. Setelah mengangsurkannya ke sopir di sebelahnya, dia membuka pintu dengan dada yang sedikit berdebar.

Ini sesuatu terbesar yang pernah aku lakukan dalam hidup. Aku mohon mudahkanlah jalanku.

Ada dua bangunan utama di hotel Santika. Aileen sedikit menimbang, bangunan kiri atau kanan yang harus dia masuki. Terlebih lagi tidak ada satpam yang bisa dia tanyai.

Hal konyol pun akhirnya dilakukan gadis itu. Dia mengeja nama 'dia' sambil menggerakkan tangannya bergantian ke dua bangunan itu. Yakin tidak yakin, dia memutuskan untuk memasuki bangunan kanan, karena memang ejaannya berhenti di sana.

Begitu masuk, dia disambut oleh tiga orang yang berdiri di belakang meja panjang. Aileen langsung paham, pasti mereka bertugas mengumpulkan absen peserta. Dengan cekatan dia pun mengisi data dirinya pada kolom-kolom yang tersedia. Kemudian, salah satu staff itu memberinya tas kain blacu yang berisi brosur-brosur dan pulpen lantas mempersilakannya masuk dengan ramah.

Di dekat pintu masuk ruangan, Aileen melihat baliho berdiri bertuliskan IDP, sama seperti yang tersablon di tas kain blacunya. Dia berhenti sejenak untuk membaca keseluruhan isinya. Oh, berarti IDP ini semacam lembaga pendidikan yang khusus menyalurkan calon siswa kuliah ke lima negara. Batinnya, lebih ke arah menyimpulkan.

Aileen tahu pameran pendidikan ini dua minggu lalu ketika melihat spanduk yang terpaku di pohon di sepanjang jalan menuju Malang Town Square (Matos). Saat itu dia tidak memiliki gambaran tentang apa itu IDP, masih asing di telinganya.

Dari kelima negara ini, tentu saja aku akan memilih Australia, karena aku akan bisa menemukanmu. Lagi pula, secara tidak langsung kita sudah berjanji untuk bertemu di sana, kan? Lalu, Aileen pun masuk ke ruangan dengan langkah mantap. Pengunjung belum banyak yang datang, sehingga memudahkan gadis itu menatap satu persatu stan-stan perwakilan universitas yang disusun dengan letter U menghadap dirinya.

***

"Gimana, kemarin kamu jadi ke hotel Santika?"

"Jadi dong, aku udah niat, kok," jawab Aileen sebelum memasukkan Tahu Bakso itu ke mulutnya.

"Jelas niat lah, Ta. Dia 'kan mau nyusul seseorang. Kayak umak nggak tahu aja," timpal Sesha dengan mulut yang masih mengunyah Cilok.

Be(lie)veTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang