Alfarana 1 -Kantin dan UKS-
***
Siang itu tampak gadis dengan kulit sawo matang dan rambut yang dikucir seperti buntut kuda sedang menunggu pesanan di kantin. Siapa lagi kalau bukan Rana Gayatri, siswi kelas 2 SMA di SMA Bumupitra. Sejak tadi ia melirik ke arah lapak yang dipesannya. Lama sekali, batinnya.
Tiba-tiba seorang gadis menghampirinya.
"Heh!" teriak gadis itu di depan Rana.
"Hm. Apa, sih?" kesal Rana karena ulah sahabatnya itu, Citra.
Citra duduk di depan Rana, sejak tadi memperhatikan Rana.
"Kenapa, sih?" tanya Citra.
"Lama banget, deh. Nunggu pesanan jus jambunya, sampai bosen," gerutu Rana pada Citra.
"Sabar elaaah, ngantri kan emang gitu," ujar Citra. Lalu hanya mengangguk sambil sesekali melirik ke arah lapak yan dituju.
"Oh, iya, kamu udah ngerjain tugas belum?" kata Citra.
"Tugas apa, eh?" Kening Rana mengerut. Pasalnya Rana tidak tahu kalau ada PR, entah dia tidak tahu atau dia memang lupa.
Rana memang selalu gitu.
"Tugas Bahasa Indonesia, oy! Kita di suruh resume novel terjemahan, lupa?" tebak Citra, yang dibalas anggukkan dan cengiran oleh Rana.
"Kebiasaan! Sana lihat punyaku aja," saran Citra. Dia tahu banget kalau Rana pasti lupa.
"Tapi kan novelnya nggak boleh sama," ujar Rana seketika lesu. Kalau begitu kan dia tidak bisa melihat tugas milik Citra.
"Gampang! Aku udah print satu resume cadangan, buat jaga-jaga. Pake aja tuh ada di tas, langsung salin ke buku aja. Ingat! Tulis tangan," ujar Citra mengingatkan Rana. Jangan sampai Rana malah memakai kertas yang sudah di-print oleh Citra untuk mengumpulkan tugasnya.
"Capek dong aku nulisnya!"
"Udah di kasih hati, minta jantung! Sana buruan!" suruh Citra.
"Iya-iya, sabar. Aku masih nungguin pesanan, gimana, nih?"
"Ntar aku bawain ke kelas kalau udah datang, kamu salin aja tugasnya, keburu waktunya nggak sempat."
Rana mengangguk dan mulai berdiri. Ini yang membuat Rana betah bershabat dengan Citra, dia tahu apa yang dibutuhkan Rana, dan selalu melengkapi kekurangan Rana.
Rana terburu-buru lari ke kelasnya, namun tiba-tiba saat ia ingin melewati sebuah meja, ada seorang pria yang berjalan ke arahnya. Tanpa sengaja Rana menabraknya.
Rana yang ceroboh!
"Aduh, maaf. Nggak sengaja," ujar Rana sambil mencoba mengeringkan baju pria itu dengan tisu yang dibawanya. Dia tidak tahu kalau pria itu hanya berdiri diam menatap Rana.
"Udah, nggak perlu! Bajuku udah basah, tisu itu nggak bakalan bisa ngeringin baju ini," ujar pria itu.
"Maaf, tadi lagi buru-buru," kata Rana.
"Kalau buru-buru juga harus perhatiin orang di sekeliling, dong. Jangan asal gitu, ceroboh banget sih!" cecar pria itu. Rana merutuki kecerobohannya. Sudah dia lupa mengerjakan PR, dan sekarang dia malah berbuat ulah lagi dengan kecerobohannya.
Citra yangmendengar kegaduhan langsung berjalan ke sumber suara setelah mendapatkan pesanan Rana. Citra tersadar bahwa subjek yang menjadi perhatian kegaduhan itu adalah sahabatnya sendiri, Rana.
Alfa Ghauzan, anak siswa kelas 3 SMA. Anak yang terlihat biasa-biasa saja, terlalu cuek dan diam. Tidak suka bermain basket dan futsal. Dia hanya menyukai satu cabang olahraga, badminton.
"Maaf, tadi aku-"
"Udah, sana!" Belum sempat Rana meminta maaf, Alfa langsung mendorong Rana sampai terjatuh. Rana mengaduh, bahkan Alfa tidak memperdulikannya. Menurutnya Rana hanya menganggu kegiatan makannya saja. Tapi, apa benar itu yang dirasakan Alfa pada Rana?
Beberapa detik kemudian Rana kehilangan kesadarannya, Citra yang melihatnya langsung berlari ke arah Rana.
"RANA!" teriak Citra sambil berlari. Alfa kemudian menoleh ke arah Rana. Terbesit rasa aneh dalam dirinya. Entah ini perasaan yang sudah lama terkubur atau perasaan yang baru saja tumbuh?
Alfa bingung menjelaskannya.
"Keterlaluan banget jadi cowok!" teriak Citra ke arah Alfa.
Refleks seisi kantin membawa Rana ke ruang kesehatan. Citra menyadari sesuatu, Rana itu lemah, gampang pingsan. Seharusnya tadi dia membiarkan Rana meminum jus jambunya dulu, agar ia mendapatkan tenaga. Bukan malah menyuruhnya ke kelas.
Ini juga karena kebodohan Citra.
Mereka langsung membawa Rana, Citra merasa menyesal. Bagaimana dia lupa kala Rana juga butuh asupan energi?
Citra terlihat panik saat membawa Rana ke ruang kesehatan, dia sekarang sedang menunggu Rana di luar ruangan. membiarkan dokter sekolah memeriksa Rana.
Rana langganan menjadi salah satu pengunjung ruang kesehatan ini.
Sejak tadi Citra berjalan mondar-mandir tak tentu, mengkhawatirkan keadaan Rana di dalam sana.
"Mau ngapain ke sini?" uajr Citra begitu melihat Alfa menghampiri dirinya.
"Dia baik-baik aja, kan?" tanya Alfa yang langsung mendapatkan tatapan membunuh dari Citra.
"Kalau kamu cowok, seharusnya kamu nggak bertindak seperti itu sama Rana. Dia cewek!" teriak Citra kesal. Pasalnya ia menyaksikan sendiri bagaimana sikap Alfa saat mendorong Rana.
"Aku refleks dan nggak sengaja, temanmu itu terus saja mengoceh meminta maaf dan aku benci itu," kata Alfa.
"Kalau kamu nggak sengaja dorong dia, berarti sama aja dia juga nggak sengaja nabrak kamu tadi," balas Citra.
"Aku menyesal, apa aku boleh masuk ke dalam? Aku mau lihat keadaannya," katanya. Citra langsung menggeleng melihat Alfa seperti itu.
"Nggak! Aku nggak akan ngebiarain Rana ketemu sama kamu lagi."
Citra langsung masuk ke dalam ruangan meninggalkan Alfa yang menatap pintu ruang kesehatan yang dengan perlahan langsung tertutup.
Dia merasa bodoh! Bagaimana bisa dia melakukan kesalahan seperti ini? Kesempatan mana lagi yang bisa mempertemukan mereka lagi?
Giliran mereka bertemu, Alfa malah berbuat kesalahan yang fatal.
TBC
WKWKWK, gimana nih? mungkin di cerita ini bakalan ada konfliknya, sesuai permintaan kalian. jangan komen yang aneh2 yaw! paham kan maksudnya? kwwkw.
minta kritik sarannya ya, kalau bisa kritik dan saran buat cerita Arsensha dan Abinaya juga. hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
🍋 ALFARANA (END) 🍋
Teen FictionMy Possessive Boyfriend #3 Alfa gemar bermain badminton. Tapi semenjak datang ke rumah Fakhri, Alfa malah menyukai Rana. Sekarang hobby Alfa adalah bermain badminton dan berkunjung ke rumah Fakhri. Hanya untuk bertemu Rana. ❤❤❤ Alfa sejak dulu menyu...