Hai ini cerita yang kutulis dengan imajinasiku sendiri. Masih banyak Typo bertebaran.
.
.
.Namaku Vivian Ardelia, sekarang Aku mau sekolah di SMA Nusantara, langsung kelas 11. Soalnya kelas 10 aku ikutan home schooling.
Aku emang bisa ngeliat sosok yang mereka bilang ngga ada atau nihil dan tabu. Aku punya keahlian ini sejak aku berumur 7 tahun. Sosok yang aku liat pertama kali adalah nenek aku yang udah mati 17 tahun yang lalu.
Sekarang aku udah siap sama seragam aku. Sekarang hari Selasa, dan sekokah baru aku pakenya putih abu-abu.
Aku turun, memakan sarapanku dan menuju garasi untuk ngambil motor Satriaku. Jalanan hari ini sedikit lenggang. Aku liat ada seorang anak kecil yang ada di pohon mangga dekat jalan raya yang sedang menangis, ada mba-mba yang seperti mencari anggota tubuhnya yang hilang dan masih banyak lagi. Pemandangan seperti ini sudah biasa bagiku.
Aku masuk ke sekolah baruku. Banyak anak-anak yang menatapku yang tidak bisa kutulis dengan kata-kata. Setelah memarkirkan motorku, Aku menuju ruang kepala sekolah. Sesampainya disana aku disambut hangat oleh sang kepala sekolah. "Selamat pagi Vivian" sapa kepala sekolah ramah. "Pagi pak" sapaku balik. Pak kepala sekolah memberuku beberapa buku dan jadwal pelajaran, kunci loker, dan seragam-seragam.
Aku menoleh ke arah kananku, aku mendapati ada seseorang yang jangkung dan sedikit tampan tersenyum padaku. Aku membalas senyumnya balik, dia bukan manusia. "Kamu kenapa senyum ke tembok, Vivian?", tanya pak Kepala sekolah membuat senyumku pudar dan hilangnya sosok itu. Aku sedikit kecewa.
"Eh ngga kok pak", maaf pak aku bohong lagi. "Yasudah, kamu dipersilakan pergi ke kelas kamu. Terimakasih telah bergabung", pak Kepsek menjabat tanganku. Dan aku keluar dari ruangan yang super dingin itu.
Aku berjalan menuju kelas baruku, 11 IPS 5, gedung IPS berada di belakang sekolah, jauh dari gedung jurusan lain. Setelah aku menaruh barang-barang yang dikasih pak Kepsek aku menuju ke kelasku.
Aku mengetuk pintu yang bertuliskan, XI IPS 5, "Permisi pak, saya murid baru, saya ditaruh dikelas ini", aku agak takut sama guru yang satu ini karena tampangnya sedikit garang. "Silakan masuk. Anak-anak perkenalkan ini murid baru yang bapak bicarakan. Silakan perkenalkan namamu", Pak Guru tadi menyuruhku untuk perkenalan.
"Hai, namaku Vivian Ardelia, aku murid baru disini, mohon kerjasamanya". Terdengar suara riuh bisik-bisik dari semua murid di kelas ini. "Oh iya, saya wali kelas kamu, panggil aja Pa Dion ya, kamu duduk disana", pak Dion menunjuk bangku belakang barisan laki-laki di sebelah jendela. What?, aku duduk di barisan laki-laki, ya ampun ngga ada tempat lain apa.
Dengan terpaksa akhirnya aku duduk di bangku yang ditunjuk oleh pak Dion. Pak Dion pun membuka pelajaran Sosiologi. Pak Dion menerangkan sosiologi dengan santai dan terperinci. Pukul 8.30 pelajaran pak Dion selesai.
Aku melihat sosok yang tadi aku liat di ruang kepsek. Dia terlihat lebih tampan dari pertama bertemu. Dia memgulas senyum manisnya yang sangat menawan. "Hai" sapanya, aku sedikit merinding sih, tapi ngga papa lah, aku membalasnya denga senyuman lagi.
"Woy, pelajaran Sejarah gurunya lagi sakit. Kita free class kali ini", pekikan anak laki-laki yang duduk di depan membuat semua siswa 11 IPS 5, Bersorak sorai gembira. Hal yang disukai siswa saat-saat seperti ini adalah free class.
Ada anak yang beehamburan keluar, asa yang bergosip, ada yang tidur, hingga makan pun ada. Aki hanya melihat keadaan sekirarku dan kembuka buku note ku.
"Kenapa kamu ngga kenalan sama mereka?", suara itu milik 'dia', aku begidik ngeri dan menulis sesuatu di buku note ku.
Lagi males aja, ngga boleh emangnya?
Setelah membaca tulisanku ia mengangguk-anggukan kepalanya.
"Boleh sih". Aku melanjutkan menulis catatan dari pak Dion dan menghapus tulisan 'itu'.
"Nama gue Valory, panggik aja Val". Ujar sosok itu kemudian menghilang. Val yah, nama yang unik.
"Hai" sapa laki-laki yang duduk di depanku. "Nama aku Nathaniel, panggil aja Niel, yah" ia menyimpulkan senyum. Aku balas senyumannya. "Kamu udah tau nama aku", aku melanjutkan kegiatan menulisku.
Bel berbunyi tepat pada saat aku selesai mencatat. Perutku keroncongan mengingat aku sarapan sangat sedikit pagi ini.
"Mau ke kantin bareng?" Ajak Niel. Aku menganggukan kepalaku menyetujui ajakan itu. Banyak mata yang menatap iri kepadaku, aku sudah baca pikiran orang yang ada di koridor, dengan melihat matanya aku sudah bisa membaca kalau mereka iri dan benci kepadaku.
Aku melihat sosok itu lagi, wajahnya yang tampan sekarang berubah menjadi merah marah. Entah apa yang membuatnya marah, tapi dari mimik mukanya ia terlihat marah.
"Niel, kamu duluan aja ke kantinnya ya, aku ada yang ketinggalan", maaf Niel aku harus bohong sama kamu. Niel menuju kantin dan aku kembali ke kelas.
"Ada apa Val?", tanyaku di buku note ku.
"Aku ngga mau kamu deket sama dia, dia ngga baik buat kamu", ujar Val yang langsung membuatku begidik ngeri.
"Kenapa emangnya?" Tulisku lagi.
"Dia emang ganteng, famous, dan tajir. Tapi dia playboynya minta ampun. Kamu harus jauh-jauh deh dari dia, dia ngga baik buat kamu", Val menyilangkan tangan ke depan dadanya yang membidang.
"Kata kamu aku haris kenalan sama mereka, giliran udah kenalan kamu larang", kini aku mengetiknya di smartphone ku.
"Kamu ngeyel banget sih, tadi udah aku jelasin". Val mengerucutkan bibirnya.
"Kamu cemburu?", aku mengetiknya dengan menambah emot.
"Ngga tuh, kamu bukan pacar aku", Val memalingkan mukanya saat bicara kalimat itu.
"Ya udah kali ini aku nurut deh", 'dia' nampak bahagia saat aku mengetik kalimat itu. Ia mengulas senyum manisnya lagi. Wajah tampannya kembali lagi.
"Gitu dong", kemudian dia pergi lagi.
***
Bel tanda pulang sudah berbunyi, aku membereskan mejaku dan keluar dari kelas 11 IPS 5. Aku langsung menuju parkiran yang jauh ada di depan. Aku sudah melewati gedung IPS, Bahasa, dan IPA, tinggal ngelewatin lapangan basket dan sampailah aku di parkiran.
Aku melihat Val yang tersenyum kepadaku, aku merogoh hp ku dan mulai mengetik.
Kenapa kamu senyum-senyum ke aku
Setelah membaca itu dia senyum lagi.
"Kamu pulang pake apa?", tanyanya mengalihkan topik pembicaraan.
Aku menunjuk motor kesatanganku dengan daguku dan langsung menaikinya. Dia menganggukan kepalanya dan menghilang dari hadapanku.
"Vivian", pekik Niel. "Lo mau pulang pake tuh motor?" Tanyanya. "Keren ya Lo, biasanya cewe lebih suka motor matic" lanjutnya. Perasaan dia radi ngomongnya 'aku kamu', tapi sekarang ngomongnya 'Loe Gue', aneh.
"Iya, gue duluan ya bye", ujarku lalu pergi dari hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With Ghost
FantasyIni gue, cewe sederhana yang bisa ngeliat sesuatu yang kata orang lain itu ngga ada. Tapi, saat gue ngeliat sosok 'dia', entah kenapa ada rasa.