2

13 2 0
                                    

"Akhirnya" pekik ku setelah sampai di rumah. Aku membuka note book ku, dan mengetikkan beberapa kata.
"Kamu lagi nulis puisi? Kamu suka sama puisi", deg, itu suara Val, kok dia ada disini sih. "Kok kamu ada di sini sih?" Tanyaku. "Ngga boleh yak?", kok dia nanya balik sih, nyebelin banget.

"Boleh sih, cuma nanya aja", aku memfokuskan tatapanku ke notebook lagi dan melanjutkan apa yang sudah Val ganggu.

"Val, kamu kok liatin aku kayak gitu?", aku mulai risih dengan tatapan Val yang seakan akan menerkamku hidup-hidup.

"Eh, ngga kok", Val merasa kikuk saat kupergoki seperti itu, mukanya sangat lucu.

"Jangan bohong"
"Ngga kok, aku ngga bohong"
"Kata ibu aku kalau orang yang kepergok terus ngomong 'kok' dia itu tandanya lagi bohong", sekarang mukanya sangat merah, semerah tomat.

"Yaudah, kamu jujur", ujarku sambil meminum kopi yang sudah terlanjur dingin. Aku mendengar suaranya memanggil namaku.

"Kamu kenapa manggil namaku terus?" Ujarku. Val mendecih, "PD banget kamu, aku cuman manggil nama kamu sekali" elaknya.

Kita mengobrol banyak hari ini, ternyata Val itu adalah anak si kepala sekolah, ia belum meninggal, ia sedang koma. Itulah alasannya kenapa ia bisa melihatnya saat ada di ruang kepala sekolah. Sudah 1 bulan Val terbaring koma di rumah sakit.

"Val, kalo kamu koma, kamu kok ngga sadar-sadar sih?", tanyaku to the point. "Ngga tau juga tuh, aku belum bisa bangun, tuhan masih pengen aku hidup", jawabnya datar. Aku mengulas senyum manis. Dia membalas senyum manisku dengan tersenyum simpul. Dia menghilang mengikuti senyumnya yang hilang.

Besok aku akan ke ruang kepala sekolah untuk mengatakan bahwa anaknya masih bisa hidup, ia sangat menyayangi ayah dan keluarganya, dan dia sangat merindukan mereka - keluarga Val-.

"Val, kamu masih sayang sama keluarga kamu?", aku berbicara pada diriku sendiri karena Val sudah hikang dari hadapanku beberapa detik yang lalu.

"Iyalah, aku masih sayang sama keluargaku", suara itu terdengar jelas dari telinga kananku. "Val!!!" Pekikku kaget. "Kamu bikin aku kaget aja sih, aish", aku kesel banget. Dateng tiba-tiba, ngilang tiba-tiba, dasar SETAN!.

"Ayah kamu kayaknya sayang banget sama kamu yah Val", aku menatap notebook ku lagi setelah mengatakan itu.

"Maybe", katanya lalu menghilang lagi. Dasar Setan!!!. Aku mengucapkan umpatan-umpatan karena dia sangat menyebalkan.

Aku melihat ada seorang gadis yang cekikikan melihat aku mengumpat kepada Val, ia cekikikan dwngan suara khasnya yang biaa membuat orang begidik ngeri. Sumpah ngeri banget.

Hahahahahhahahahahaha

Suara cekikikannya bertambah kencang, dan semakin kencang. Aku merinding mendengarnya. Walaupun aku sudah terbiasa dengan kehadiran dan suara para makhluk astral ini, aku juga bisa ngerasain takut yang kentara luar biasa.

"Sana pergi gih", usirku kepada gadis setan itu. Ia cekikikan lagi, lalu menghilang gitu aja. Nyebelin banget tuh setan. Dasar setan!.

Jam menunjukkan pukul 10.23 malam, waktuku untuk tidur. Malam ini aku ditemani seorang makhluk yang biasa menemani aku untuk tidur. Ya, dia Hantu alias Setan.

***

Aku sudah siap dengan pakaian batik bermotif parang berwarna cokelat muda dipadukan dengan rok ber-rempel berwarna hitam dan dasi berwarna hitam. Sepatunya ku pakai pantofel ala polwan yang sudah ku semir kinclong.

"Kamu cantik hari ini Vivian", pujiku kepada diri sendiri. Dasar jones akut. Aku memakan sarapanku, kemudian menuju garasi untuk mengambil motorku. Aku sengaja pakai motor matic scoopy berwarna cream.

Kalau pake motor ini aku inget Mama sama Papa, sekarang mereka lagi ada di Arizona. Ada urusan bisnis entah apa itu. Mereka akan pulang 3 tahun lagi. Mungkin 3 tahun lagi. Ah lupakan curhatanku yang itu.

***

"Vian!", suara Niel membahana saat aku menapakan kakiku ke kelas XI IPS 5. Aku melontarkan senyum mematikanku kepadanya dan mendaratkan tubuhku ke bangku yang sudah jadi milikku.

"Apaan sih? Pagi-pagi udah berisik", ujarku lalu membuka.tas mengambil novel karya tere liye yang bertajuk HUJAN.

"Kamu suka sama Novel?", tanyanya dan aku membalasnya dengan angguka  kecil. Dia beroh ria. Banyak anak yang memandangku sinis. Ngga di rumah ngga disini, orang asing mandang aku skeptis kayak gini.

Ingin rasnya aku bilang kamu ngga usah ngurusin hidup aku, hidup kamu juga belum bener udah ngurusin hidup orang, dasar!!!, tapi apa daya, males aku ngomkng kayak gitu.

"Kamu udah belajar belum?, hari ini kelas kamu ulangan loh", suara Val langsung terdengar oleh indra penciumanku.

Aku menganggukan kepala dan langsung fokus pada bukuku lagi. Ia menghilang entah kemana, aku ngfa peduli.

***
Seperti yang dikatakan Val tadi, pelajaran hari inj full denfan ulangan harian yang membuatku sedikit berfikir, cape dari jam pelajaran 1 - 9 berkutat dengan soal-soal hitam putih dengan opsi A-E.

Banyak anak-anak yang mengeluh tentang ulangan harian hari ini. Ada yang bilang susah lah, belum diajarin lah, banyak banget yang ngeluh. Kupingku panas, setelah bel pulang berbunyi aku langsung keluar dari kelas, panas duh panas kupingku ini.

"Gimana? Ulangannya lancar?", dia muncul saat aku berjalan di koridor kelas IPA. Aku menjawabnya dengan anggukan kepala lagi.

Seperti janjiku yang kemarin, aku akan ke ruang kepala sekolah untuk membicarakan masalah Val. Tapi saat aku sampai di ruang kepala sekolah, beliau sedang ada rapat. Jadi, saya urungkan niat untuk bertemu kepala sekolah karena dia ada rapat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stuck With GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang