part 2

21 4 1
                                    

Maurin tidak kembali ke kantin melainkan pergi ke kelasnya karena ia takut bertemu dengan cowo gila tadi.

"Apa-apaan tadi. Dasar cowok sarap! Gampang banget ngomongnya. Apa tadi? Lo jadi pacar gue? Mimpi apa semalem ya bisa ketemu tuh cowok sarap," ujar Maurin selama perjalanan kembali ke kelas.

Sesampainya di kelas, semua mata tertuju padanya. Banyak perempuan-perempuan yang berkumpul sambil bergosip ria tetapi matanya lirik-lirik ke arah Maurin.

Ada apa? Jangan-jangan...

"Heh cewek ganjen! Ada hubungan apa lo sama Rasya? Gue ingetin ya sama lo, Rasya itu milik gue!" ucap seorang perempuan yang bernama Angel.

Angel adalah anak dari teman papanya. Papa Angel juga bekerja di bidang yang sama dengan Papanya. Walaupun namanya Angel ia tidak berperilaku seperti arti namanya.

"Bukan urusan lo, jadi mending minggir. Gue mau duduk," ujar Maurin.

"Inget ya gue nggak bakal biarin lo bahagia kalo lo deket-deket sama Rasya." ancam Angel dengan tatapan mematikannya. Tapi itu tak membuat Maurin takut padanya.

"Lo nggak punya hak ngatur kebahagiaan gue. Urusin hidup lo sendiri dan gak usah ikut campur," balas Maurin dan meninggalkan kelasnya. Ia sudah tak berniat lagi untuk membuat masalah.

"Hidupmu bakal ga tenang Maurin, selamat ya." ucapnya pada diri sendiri.

•|•|•|•

Ia sebenarnya ingin tak masuk kelas. Ia merasa kesal. Tentu saja kesal, masih pagi Ia harus berhadapan dengan cowo stres macam Rasya itu gak banget! Ditambah Angel cewek muka dempul yang pake acara ngancem dia pas mau masuk kelas. Rasanya ia ingin berendam dalam bath up saja di rumah. Itu salah satu cara untuk membuat pikirannya jauh lebih segar.

Setelah berperang antara otak dengan hati, ia memutuskan untuk pergi ke kelasnya. Ia tak ingin beasiswanya dicabut. Sebenarnya, bisa saja ia meminta orang tuanya untuk membiayai kuliahnya, hanya saja ia ingin mempunyai motivasi untuk maju. Yupp... itu adalah alasan Maurin mengapa ia berusaha untuk mendapatkan beasiswa.

Maurin melirik arloji yang melekat pada pergelangan tangan kirinya. Lima menit lagi jam 9, aku harus segera bergegas. ujarnya dalam hati

sesampainya di kelas ternyata tempat duduk sebelah Queen sudah ada yang mengisi. Terpaksa ia harus mencari tempat duduk lain. Akhirnya ia menemukannya, di barisan depan dekat meja dosen. Jam 9 tepat, dosen kelasnya ini langsung masuk dan memberikan materi pada seluruh mahasiswa dan mahasiswa yang ada di kelas tersebut.

Dua jam berlalu. Kelas dimana Maurin belahar tadi selesai. Sebentar lagi jam makan siang, maka dari itu kantin kampus pun mulai ramai dengan para mahasiswa dan mahasiswi yang sedang mengisi perutnya akibat mereka harus mendengarkan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah. Maurin dan Queen memutuskan untuk pergi ke kantin.

Sebenarnya Maurin lapar karena tadi pagi ia tidak jadi mengisi perutnya dengan sesuatu apapun. Tapi dengan kondisi kantin yang sudah ramai, ia malas untuk mengantri dan semua meja sudah penuh terisi.

Saat ia sedang mengedarkan untuk mencari tempat duduk yang mungkin saja tersisa, matanya tak sengaja bertabrakan dengan mata yang sedang menatapnya dari kejauhan dan itu membuatnya terkejut setelah mengetahui siapa pelakunya.

Oh no, Itu si cowok sarap! ujar Maurin dalam hati. Saat ia sadar akan keterkejutannya, cowok itu sudah ada dihadapannya. Queen pun ikutan melongo.

"Hai sweety kamu mencariku? ada apa?" Ucap Rasya dengan senyuman yang membuat para wanita yang ada di kantin terpesona.

"Apaan sih, pede banget lo gue cariin. Minggir sana gue mau makan," ucap Maurin dengan nada ketus.

"Kulihat meja disini sudah penuh, lebih baik kamu ikut bersamaku di meja sana," tawar Rasya sambil menunjuk meja yang diisi oleh dua temannya.

"Gak mau, siapa juga yang mau gabung. Lebih baik gue makan nanti saja." Tolak Maurin.

"Lho Mau, bukannya kamu bilang tadi laper ya? Udah kita gabung aja, kita masih ada kelas lagi jam 1. Kamu emang mau telat masuk kelasnya kalo kita cari cafe atau restoran dekat sini? Pasti rame lho Mau." Bujuk Queen dengan nada merayu agar Maurin mau gabung dengan Rasya dan teman-temannya. Ini merupakan kesempatan emas bagi Queen untuk berdekatan dengan most wanted kampusnya.

"Kamu belum makan? Udah gausah banyak protes, sekarang kamu ikut aku." Ujar Rasya dengan nada yang seperti tak ingin dibantah. Rasya menarik lengan Maurin dan Queen mengekor dibelakang mereka berdua menuju meja yang ditempati oleh teman-temannya.

Sesampainya di meja, Rasya langsung pergi menuju antrian bakso dan membeli minuman kemasan. Beberapa saat kemudian ia kembali ke mejanya dengan membawa dua mangkok bakso beserta minumnya untuk Maurin dan Queen.

Tentu saja itu membuat Maurin terkejut. Ia tak menyangka bahwa Rasya akan bersikap gentle terhadap lawan jenis. "Ini untuk lo Queen karena lo pasti sahabat Maurin, kan?" Ujar Rasya pada Queen yang dibalas anggukan oleh Queen.

"Dan ini untukmu princess Maurin, aku pesenin ini untuk kamu. Aku tau kamu pasti lapar kan? Cepat habiskan." Ucap Rasya sambil menatap mata Maurin.

Maurin sempat terpaku dengan tatapan Rasya. Ditambah senyuman yang menghiasi wajahnya yang tampan. Sebelum ia semakin jatuh kedalam pesona seorang Rasya Marquez, ia buru-buru memutuskan kontak mata mereka berdua.

"Makasih" ucap Maurin setelah cukup lama terdiam karena perlakuan Rasya.

"Sudah seharusnya aku perhatian pada pacarku,kan?" Ucap Rasya dengan nada yang enteng.

"Hah?!" Semua orang yang berada di meja kaget karena penuturan Rasya. Terkecuali Maurin tentu saja.

Oh god, aku lupa kalo dia adalah cowok sarap!

Guysss aku udah publish part 2 nya yeayy!!! Gimana menurut kalian? Bad or good? Semoga suka ya ^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Get YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang