Dua

188 20 75
                                    

Nara melangkah keluar dari kamar mandi lalu berhenti di depan cermin yang terletak di samping pintu kamar mandinya. Ia memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin sejenak lalu melepaskan balutan handuk yang melilit rambutnya. Tangannya meraih hairdryer yang berada di pojok wastafel lalu mencolokkan kabel hairdryer tersebut ke stop kontak.

Nara mengarahkan hairdryer tersebut rambutnya, tangannya mulai bergerak memilah-milah rambut bermaksud untuk mengeringkannya. Disaat sedang sibuk dengan pekerjaannya, Nara tiba-tiba teringat sesuatu.

"Tadi gue mimpi apaan yak?"

Nara menggumam pelan menatap dirinya sendiri di depan cermin dengan tangannya yang masih sibuk mengeringkan rambut kesana kemari. 

"Tadi gue mimpi apaan sih anjrit?" 

Tanyanya kesal kepada dirinya sendiri. Dirinya terdiam beberapa menit -lumayan lama- mencoba mengingat mimpinya. Baik, menurut kalian ini tidak penting. Namun, ini akan menjadi masalah bagi Nara karena ia bisa tidur dengan tidak tenang nanti. Begitu pikirnya.

Masih dengan gaya yang sama. Ia berusaha mengingat mimpinya namun nihil. Dirinya tidak bisa mengingat sedikitpun. Anak perempuan itu berdecak, 

"Ck! Kenapa gue pikunan amat sih jadi orang?" 

Ia menghela napas kesal, meletakkan hairdryer lalu mencabut kabel yang menjadi aliran listrik alat pengering rambut tersebut dari stop kontak secara asal. Nara mendadak kesal kepada dirinya sendiri kemudian menata kabel pengering rambutnya dan meletakkan di sudut wastafelnya dengan kasar.

"Bae bae aja nih ya, kalo pas ga dibutuhin tiba-tiba muncul keinget." 

"Awas aja lu!" 

Ia menunjuk dirinya sendiri di depan kaca seperti memperingati dirinya sendiri, kemudian berlalu pergi keluar kamar menuju lantai bawah.

' ' '

Nara melangkah menuruni anak tangga satu persatu. Ia mengedarkan pandangannya ke sudut rumah yang tampaknya sedang sepi. Kemudian menemukan adeknya sedang duduk bersantai di atas sofa sembari asik dengan ponselnya sendiri.

"Orang-orang kemana Chan?"

Haechan meliriknya singkat kemudian mengendikkan bahunya, "Tau."

Nara memutar bola matanya malas. Setelah itu berlalu meninggalkan adeknya yang berada di ruang keluarga menuju dapur karena perutnya yang mendadak berbunyi, menandakan dirinya lapar. Maklum, ia belum makan dari pagi karena tidurnya yang terlalu nyenyak hingga terbangun sesiang ini. Mungkin jika tidak di bangunkan Haechan ia masih tidur sekarang.

Sesampainya di dapur Nara melihat kakaknya -Jaehyun- sedang memasak sesuatu. Mantap! pas sekali, batinnya.

"Lagi ngapain nih?" Tanyanya sekedar basa-basi. 

--Butak lo mata lo? Lo juga liat kakak lo lagi ngapain.--

"Maen bekel." Ujar kakaknya asal.

Nara menggigit bibir bawahnya meringis. Ia berdiri di samping kakaknya yang sedang mencuci beberapa sayur. Ia menangkup wajahnya dengan kedua tangannya memperhatikan kakaknya yang sedang sibuk memotong beberapa sayur seperti wortel, buncis dan jagung. 

"Masak apaan kak?"

Jaehyun yang sibuk memasukkan berbagai macam sayuran ke dalam panci yang berisi air mendidih yang diberi garam, tidak menggubris pertanyaannya.

"Kayaknya enak deh."

Jaehyun berlalu menuju rak mengambil teflon lalu diletakkannya di atas kompor. Mulai menyalakan kompor dan menumis berbagai macam bumbu yang sepertinya akan menjadi saus dari masakannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝙴𝚙𝚑𝚎𝚖𝚎𝚛𝚊𝚕 𝙲𝚊𝚗𝚍𝚕𝚎𝚕𝚒𝚐𝚑𝚝 | JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang