Beruang Kecil

40 5 5
                                    

Hari itu kami memang jalan berdua. Entahlah, tapi dia tidak seburuk yang ku pikirkan. Bukan berarti aku langsung pergi jalan dengannya tentu aku menolak dan menghindar sebisa ku, tapi tetap saja aku tidak bisa menghindarinya. Dia mendadak menjadi sosok yang berbeda. Dia juga banyak bercerita sepanjang perjalanan.

"Kenapa kau terus mengikuti ku, pergilah."

"Kan sudah ku bilang aku ingin jalan dengan mu."

Dia tidak akan pernah berenti bicara jadi kupikir biarlah dia mengikuti ku anggap saja dia tidak ada. Saat aku berjalan melewati sebuah toko boneka aku melihat boneka beruang kecil yang sangat lucu. Aku berhenti dan melihat boneka itu daru luar karna boneka itu berada di dalam toko yang di halangi dengan sebuah kaca untuk memajang barang. Saat aku melihat boneka itu ada pantulan bayangan Eren di belakang ku. Kami saling menatap.

"Kau suka boneka itu?"dia bertanya dan membuat ku sadar bahwa aku menatapnya terlalu lama.

"Ya lumayan."

Lalu aku lanjut berjalan dan perutku lapar aku berhenti di sebuah kios bakso dan dia ikut memesan bakso. Aku perhatikan seragam nya itu berasal dari sekolah swasta yang terkenal mahal. Aku penasaran dengan itu. Namun tidak berani bertanya. Aneh sekali kenapa dia diam begini.

"Tumben sekali kau diam begitu."

"Ya supaya tidak di usir dan bisa di sampingmu."

Aku terdiam dan menahan malu. Lalu dia menjadi cerewet seketika. Sebenarnya dia lucu juga.

"Sekolah mu itu mahal sekali bukan?"

"Ah tidak juga kok sama saja dengan sekolah mu tidak ada bedanya."

"Ngomong-ngomong bagaimana kau tau sekolah ku?." Aku sudah penasaran dari saat melihatnya di gerbang tadi.

"Rahasia dong." Dia membuat ku tertawa dengan hal itu entahlah.

Bakso nya datang lalu kami mulai makan. Saat makan aku menyadari bahwa ia memandangi ku sambil tersenyum. Sungguh aku tidak kuat menahan malu lalu alu tersedak kuah bakso yang pedas itu membuat ku batuk-batuk tidak berhenti memalukan sekali. Eren langsung berteriak memesan minum hingga satu kios melihat ke arah kami. Dia tidak peduli dia terlihat fokus pada ku. Setelah aku minum dan berhenti batuk, dia tertawa begitu senang melihat ku begitu. Menyebalkan sekali dia itu.

"Makanya kalau makan jangan liatin aku." Dia terus tertawa

"Liatin kamu? Ihhh." Aku tertawa malu.

Setelah selesai makan aku baru sadar bahwa sudah jam 6. Aku harus pulang dan aku baru ingat tidak ada angkot jam segini. Tentu aku harus berjalan kaki. Lalu kami berjalan pulang dia mengantarku kebetulan motor nya sedang di bengkel jadi kami jalan kaki bersama sepanjang perjalanan kami saling bertukar cerita aku menceritakan tentang ibu dan masalah ayah. Dia hanya bercerita tentang tante dan paman nya. Aneh sekali apakah orang tuanya sudah meninggal, tentu aku tidak berani menanyakannya.

Sepanjang perjalanan aku merasa ada yang mengikuti kami. Aku mulai curiga dan menoleh kebelakang. Namun, tidak ada siapapun. Eren melihatku bingung. Setelah itu ada suara motor dari belakang lebih dari satu.

"Lari Aiko tinggalkan aku, lari cepat!"

Aku hanya bisa berlari namun saat aku berlari beberapa meter aku berpikir bahwa apa tidak salah meninggalkan nya begitu. Aku harus kembali. Aku tidak tau apa itu pencuri atau begal. Aku tetap harus kembali. Aku melihat bilah kayu aku mengambil bilah kayu itu lalu kembali. Setelah aku kembali ke sana Eren dan semua orang itu hilang.

Aku memasuki gang terdekat namun tidak ada. Aku berteriak memanggil Eren namun tidak ada jawaban. Keadaan jalan disana saat itu sangat sepi, benar-benar sepi. Apa yang harus aku lakukan dimana dia. Sudah jam 7 aku harus pulang. Bagaimana lagi aku pun pulang ke rumah.

Aku tidak bisa berhenti memikirkan dirinya. Kemana dia tadi itu? Aku tidak seharusnya pulang begitu saja. Bagaimana ini.

"Aiko makan lah kenapa kau mengaduk-aduk makanan mu?"

"Tidak bu aku kenyang."

Aku mengambil piring dan menaruh di wastafel lalu mencuci piring lalu aku masuk ke kamar. Aku harus mencari nya besok ya ke toko itu pulang sekolah.

Seperti biasa aku bangun di pagi hari lalu siap-siap. Lalu pelajaran di mulai aku tidak bisa fokus sama sekali karena hal itu aku hanya berharap bel pulang sekolah. Setelah bel berbunyi aku berlari keluar sekolah lalu aku melihat Eren di depan gerbang persis seperti kemarin.

Kenapa aku begitu khawatir padanya. Dia kan bukan siapa-siapa ku. Eh tapi wajar saja aku khawatir dia kan melindungi ku. Aku penasaran siapa orang-orang kemarin itu. Apa Eren terluka?

Aku menghampirinya dia langsung tersenyum dengan manisnya. Menyebalkan sekali mukanya itu. Tapi aku bahagia melihatnya baik-baik saja tentu itu wajar aku kan harus tau berterima kasih.

"Siapa orang-orang kemarin itu? Kau hilang kemana?"

"Hanya pencuri biasa. Aku pulang karena sakit perut. Kau khawatir ya?"

Dia itu selalu saja bercanda menyebalkan.

"Ohh begitu."

Kami berjalan pulang lagi aku tidak tau kenapa kami jalan berdua lagi sudahlah tidak apa-apa dia juga baik padaku. Apa yang dia bawa dari tadi ya dia selalu membuat ku penasaran.

"Aiko ini untukmu. Kau menyukai nya kan?"

Boneka beruang di toko kemarin itu dia membelikan nya untukku.

"Untuk apa kau belikan?"

"Jika kau tolak aku akan sangat sedih."

"Baik lah aku terima."

"Eren aku ingin bertanya."

"Ya?"

"Kemana orang tua mu?"

Sebenarnya aku tidak enak bertanya begini. Dia tampak diam.

"Baik lah tidak usah di jawab."

"Ibuku meninggal ayahku membuang ku aku tinggal bersama tante ku itu toko tante ku."

"Maaf aku bertanya hal itu."

"Yang kemarin itu bukan pencuri."

"Lalu siapa?"

The Untold StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang