Mau ngomong apa ya?
Ya udhlah, Happy reading ae...---
Masalahnya sekarang udah ribet banget, pertama, udah disuruh oleh bu Mi untuk demonstrasi ekskul pmr sampe tugas numpuk dari guru. Malesnya minta ampun sumpah.
Aku berjalan kearah Bian yang sedari tadi berdiri disamping lapangan, dia temanku. Lebih tinggi dariku, memakai kacamata.
"Eh Bi, habis ini kita kan ya?" tanyaku
Dia mengernyit "Dih apaan, orang tadi cuma habis dari toilet. Ini mau balik ke kelas, aku nggak ditunjuk sama bu Mi tuh." dia membenarkan kacamatanya "Semangat ya, bye"
Setelah itu ia melesat pergi, dasar tuh bocah. Awas aja nanti kalo udah sampe di kelas.
Akhirnya aku dan beberapa temanku memasuki lapangan dengan membawa beberapa alat untuk didemostrasikan, cuma praktik untuk pertolongan pertama jika adanya patah tulang ditangan. Beruntung aku tidak menjadi korban.
Memang cuaca saat itu sangat panas, saat selesai aku langsung membuka kacu dan topi yang kukenakan, dan memasuki koridor. Panasnya minta ampun.
Tiba-tiba ada yang menyodorkan minuman untukku "Minum nih"
Orang ini adalah Raka ketua kelas di kelasku, sekaligus pengikut demonstrasi ekskul pramuka. Aku mengambil minumannya dan langsung kuteguk.
"Makasih" ujarku. Sebenarnya aku tidak terlalu dekat sama Raka, apalagi saat kelas 7 juga satu kelas dengannnya. Menjadi tambah awkward.
Tuh kan jadi hening. Paling nggak suka kalo udah kayak gini, pengen rasanya kabur tapi nggak enak sih. Buka topik ajalah.
"Gimana tadi? Lancar?" tanyaku.
"Lancar-lancar aja"
Duh "Keliatannya adik kelasnya pada nurut ya, nggak kayak kita dulu, pada cerewet karena panas." tambahku
Dia cuma jawab "Hm"
Ya allah, cobaan apalagi sih ini? Udahlah perkara nggak enak atau rnak nggak jadi masalah. Aku yang tadi berdiri disampingnya kini berjalan menuju kelas.
Dikelas, sudah tampak pak irwan sedang menjelaskan materi b.inggris.Aku segera masuk dan duduk disamping Bian yang sedang menulis, dia tampak sedang serius.
"Gimana tadi?" tanyanya tanpa melihat ke arahku.
"Lancar-lancar saja"
--
Waktu istirahat nggak ada yang spesial, alias biasa aja. Tapi karena Bian dan aku beda kelas sama Reyna (satu-satunya temen perempuanku), terpaksa harus kekelas dia dulu sebelum ke kantin.Kelasnya nggak jauh cuma beda dua blok aja, dan ternyata dia udah di drpan kelas sembari memainkan ponselnya.
"Rey, ayo kekantin" ujarku
Tanpa memalingkan wajah dari ponsel dia berjalan disamping aku dan Bian, heran kerana sifatnya yang begitu. Aku tengokkin ponselnya.
Dia ngedorong aku dengan cepat "Apaan sih, jangan ngintipin! Lagi hot nih."
Aku mengernyit "Apa yang hot? Jangan bilang kamu lagi baca doujin atau ff ya? Kebiasan!"
Reaksinya cuma cengiran lebar, menandakan tebakan ku benar.
Reyna itu temenku waktu dari sd kelas 5 sampe sekarang, aku bangga dengan dia, ya walau terkadang nyebelin anaknya, tapi aku menghargai keberadaannya.
(mungkin sedikit flashback ke jaman kelas 5)
Waktu itu aku setengah mati ketakutan karena Arkan (dia itu sepupu Reyna) marah banget ke aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gw Yang Homo Ini
Non-FictionYa cuma kisah hidup gw, dari mulai suka sama adik kelas yang tamvan sampe kepergok sama anak pemales tapi kangenin. Bisanya gw jadi gay, bisanya gw pacaran sama seorang lelaki. Gw akan torehin semua disini deh. Ini gw ceritain semata-mata karena i...