BAB 1: Lingkungan baru

28 3 0
                                    


Suara canda tawa serta teriakan membuatku penasaran. Aku hanya bisa melihat dari balik korden. Aku melihat banyak anak-anak seusiaku bermain dengan gembira. Tak ada niatan sama sekali untuk bermain seperti mereka.

“Hanya akan membuatku lelah dan membuat tenggorokan sakit saja.” pikirku.

Aku melihat ada seorang anak laki-laki datang kerumahku. Sepertinya dia seumuranku badanya kecil, kulitnya berwarna hitam,rambutnya kriting. Dia menatapku dan tersenyum, aku juga ikut tersenyum malu karena aku baru mengenalnya.

Dia membuka pintu gerbang rumahku bersama 3 teman lainya. Hanya dia sendiri yang laki laki sedangkan 2 teman lainya perempuan.

“Maaahh, ada 3 anak yang datang buka pager...” aku berteriak karena takut. Ibuku membukakan pintu dan memberikan senyum manisnya kepada 3 anak tersebut.

“Tante baru ya dirumah ini?” kata anak laki-laki itu.

“Ya tante baru dirumah ini, memang kenapa?”

“Gak apa apa sih te..aku Cuma mau ngajak main itu..^_^” dia menunjukku sambil tersenyum.

“Oh ya boleh boleh tapi jangan jauh jauh yaa nanti tante susah nyari apalagi tante baru disini.”

“Ya tante nanti kalo sudah selesai aku antar pulang deh..hehe..”

Sebenarnya,aku tidak mau tapi ibuku memaksaku untuk ikut,akhirnya aku hanya bisa mengangguk.

Aku diajak bermain petak umpet bersama mereka. Mungkin, seluruh anak komplek yang seusiaku ikut bermain juga, sekitar 10 anak. Anak laki-laki itu memperkenalkanku kepada semua.

“Kenalin nih, temen baru kita rumahnya nomor 24 depanya rumah mas Wondo lohh...” kata dia memperkenalkan.

“Namanya kamu siapa?” tanya salah satu anak perempuan.

“Hai semua! Nama aku Ayu Nathania panggil aja Ayu.” kataku yang memperkenalkan diri dan mencoba akrab dengan semua. Mereka mulai memperkenalkan diri mereka masing-masing. Termasuk anak laki-laki itu. Ternyata, namanya Kiki anaknya Pak Bambang rumahnya nomor 34 beda gang denganku.

Sekarang, aku sudah tau nama anak komplek yang seusiaku. Nabila, Zahra, Winda, Anisa, Afi, Gilang, Dani,dan Beni. Setelah asik bermain, sekitar jam 10 aku pulang kerumah bersam kiki,Zahra, dan Gilang.

“Kalo aku rumahnya sebelah kanan kamu yu...” kata Gilang.

“Kalo aku rumahnya sebelahnya mas Wondo.” kata Zahra menyaut.

Aku sangat beruntung bisa tinggal dirumah baruku ini Karena memiliki teman-teman yang asik.
Sudah sekitar 4 tahun,paud itu ditutup. Paud itu tampak kusam,penuh dengan sarang laba-laba.

“Jadi, jadwal kita hari ini adalah ke paud itu... siapa yang berani masuk bakal aku traktir di warung bu Ecin ...” kata kiki menantang.

“Oke deh kiii aku ama Dani yakk kamu ama Beni.” sahut Gilang.

“Heh, lang kamu tuh cewek ato cowok sih?!? Masa cowok berdua?”ujar Kiki

“Eh iya yah gini wis Ayu sama Zahra, Nabila sama Winda,Afi sama Anisa oke?” kami pun menyetujui nya dan mulai dari giliran pertama yaitu Beni. Dia memang pemberani, tapi entah kalo masalah beginian.

“Heh kii kenapa gak kamu dulu aja sih? Keknya si Beni takut tuhh..” kata Dani lirih. Tiba-tiba Beni berlari dari dalam sambil berteriak kecang suaranya membuat gendang telinga hampir pecah.

“Kenapa sih bennn??? Heboh banget.” tanya Winda.

“Kalian bayangin aja yaakk aku ketemu kuntilanak yang lagi main sama ularr!!!” jelas Beni dengan suara ngos-ngosan.

MimpiWhere stories live. Discover now