Kita

42 4 0
                                    


Kubuka mataku. Kuedarkan pandanganku ke seluruh sudut ruangan ini

"Ini rumahku. Ternyata benar, itu semua cuma mimpi" gumamku dalam hati.

"Apakah aku bisa bertemu dengan Lammark lagi ya?"

'PLAAKK' aku menampar kedua pipiku dengan kuat.

"Sadarlah Sera! Ayo kembali ke kenyataan"

***

Kemarin malam, setelah aku menghabiskan waktu dengan melihat indahnya langit malam. Aku masuk ke dunia aneh, bertemu dengan laki-laki yang tidak kukenal sebelumnya. Ingin kucoba bercerita hal ini dengan Bella dan Nurisa, tapi pasti mereka akan mengejekku..

"Pffttt ... hahahaha. Kau terlalu banyak ngayal, Ra!" Bella menertawakanku.

"Beneran! Bahkan aku tahu namanya Lammarck" balasku tegas.

"Lammarck siapa? Lammarck saingannya Darwin? Kebanyakan belajar biologi, nih anak" Ucap Nurisa.

Tiba-tiba air mata menetes dari kedua mataku,"Hiksss ... Hiksss. Kalian tidak percaya padaku? Oke, fine!"

'Bragghhh!!!' aku mendorong meja di depanku dengan sekuat tenaga.

"Jangan pernah bertemu denganku lagi" ucapku sambil berlalu.

***

Pagi lagi. Saatnya kupakai pakaian boneka ku. Yah, pakaian jas atau tuxedo rapih lengkap dengan dasinya. Apakah saat menjual barang harus memperhatikan penampilan? Tentu saja, iya. Aku tidak keberatan jika itu bisa menambah penghasilanku sebagai salesman. Kutinggalkan memo untuk adik perempuanku yang masih tertidur, kusetel lucas robot pemanggang rotiku untuk membuatkannya roti tepat pukul 06.30. Memang begitulah adikku, walaupum berangkat kesekolah tepat pukul 07.00 tapi dia selalun bangun setengah jam sebelumnya. Sebagai anak perempuan adikku ini sangat cuek dengan penampilannya. Pakaian yang urak-urakan, remah roti yang masih menempel dimulutnya dan rambut yang hanya di sisir seperlunya dan diikat panjang ke belakang. Aku khawatir anak ini susah dapat jodoh nantinya. Walaupun begitu, saat dia berdandan dan membenahi penampilannya dia terlihat sangat cantik. Bukan! Bukan karena aku kakaknya lantas aku memujinya, memang begitulah kenyatannya. Saat itu adikku Nina dipaksa oleh almarhumah ibuku untuk berdandan, waktu itu kita sekeluarga ingin mengunjungi pernikahan temanyan ayahku, paman Luki. Mendiang ayahku sudah menjodohkan Nina dengan anaknya paman Luki. Jika mengingat momen itu membuatku sangat ingin tertawa, melihat Nina memakai pakaian feminim dan dipadukan dengan sifatnya yang tomboy sangat tidak cocok. Banyak tamu yang menegluh dengan sifat Nina, bahkan anak yang dijodohkan dengan Nina pun, Nina kerjain mati-matian. Acara menjadi gaduh dan tidak terkendali. Oleh karena itu, orang tuaku sudah trauma mencampuri romantika anak gadisnya.

"Kak sudah mau berangkat? Huaahh..." Nina bertanya kepadaku sambul menguap.

"Ya, banyak hal yang harus kakak kerjakan" balasku sigap.

"Kak, begini ... " Ucapan nina tertahan. Aku tahu maksudnya, dengan isyarat mata kubolehkan apa yang ingin dia sampaikan kepadaku.

"Besok Nina ujian akhir kak. Wali kelasku bilang untuk segera melunasi biaya-biaya yang ditunggak sebelumnya. Kalau tidak Nina engga boleh ikut ujian" ucap Nina dengan lesu.

Aku tahu hal inilah yang akan dia samapaikan. Walaupun hatiku sudah ada kesiapan tentang pertanyaan ini, tapi nyatanya memang kondisi keuanganku tidak sesiap kondisi hatiku. Yah, semenjak sepeninggalan kedua orang tuaku. Aku harus siap menjadi tulang punggung keluarga.

"KAKK!! MAAF JIKA NINA SELALU MENYUSAHKAN KAKAK, JIKA NINA TIDAK PERNAH MENGHORMATI KAKAK, JIKA NINA NAKAL DAN TIDAK SESUAI HARAPAN KAKAK. NINA JANJI, NINA AKAN MEMBALAS KAKAK. MENJADIKAN KAKAK ORANG YANG PALING BAHAGIA DI DUNIA" Nina terisak dan memelukku dengan erat.

"Bodoh. Bukan jika lagi, memang kenyataannya benar begitu" ucapku dengan mengelus rambut hitam nina,"Kau adikku yang sangat menyebalkan, tidak tahu sopan santun, dan sifatmu sama sekali tidak terlihat seperti perempuan. Kakak janji besok kamu akan sekolah seperti biasanya dan tidak perlu memikirkan tentang biaya. Dan satu hal lagi, jika kamu mau kakak jadi orang yang paling bahagia, rubah sifatmu, penampilanmu dan yang paling penting ... JANGAN MALAS!" ucapku dengan mencubit pipinya.

"Ih, apaan sih kakak!" ucan nisa mengelak,"Bentar deh. Aku akan rajin belajar mulai sekarang, tapi jika aku rubah sifat dan penampilanku menjadi perempuan seperti umumnya itu bisa gawat, kak"

"Gawat kenapa?" tanyahu penasaran.

"Nanti kakak malah naksir, weee!!" ucap Nisa dengan berlari ke dalam.

"Apaan, sih nih anak." Ucapku sembari memakai sepatuku.

"Fyuuuh, saatnya pertunjukan!" ucapku semangat.

***

Baru kemarin kubilang untuk tidak usah bertemu denganku, tapi dua anak ini tetap menempel kepadaku. Yah, Si Bella dan Nurisa ini.

"Kenapa sih kalian selalu ngikutin aku!" ucapku kesal.

"Hehehe, kenapa emangnya ada yang salah?" ucap Bella.

"Yah, entah kenapa aku hanya bisa berteman denganmu. Ngomong-ngomong maafin kami yang tadi menertawakanmu, sekarang kami percaya deh!" Nurisa menimpalinya.

"Bodo! Mendingan aku ngobrol sama yang lain" ucapku sambil berlalu, "Arin!! Tunggu aku" ucapku dengan memanggil teman sekelasku yang lain, aku meninggalkan mereka berdua.

"Apaan sih nih anak! Jauh-jauh sana" ucap Arin padaku.

"Rin, emang kenapa? Apa salahku?" ucapku bertanya-tanya.

"Rin, lu kenal anak ini" ucap teman-temannya yang lain.

"Engga. Kebetulan saja gue sekelas dengan anak gila ini" ucap arin sambil berlalu.

"Jangan pernah sok kenal dengan kami lagi, Mad girl" ucap sahut-sahutan yang lainnya.

'Deeggg'

Jantungku terasa sangat sakit saat mendengar perkataannya. Apa salahku? Bukankah wajar bagi teman satu kelas menyapa temannya satu sama lain. Bukankah wajar jika aku ingin bergaul dengan yang lainnya. Tapi, kenapa dari awal hanya dua orang ini yang selalu menungguku dengan senyuman walau aku sakiti berulang kali? Entahlah, aku sudah mati memikirkannya. Sekarang aku sadar, yang terpenting adalah mempertahankan yang ada, yang menyayangi kita dan selalu setia dengan kita.

"Teman-teman maafkan aku" ucapku malu.

"Tidak usah dipikirkan, santai aja" ucap Nurisa.

"Iya. Lebih baik kita pulang yukk" ucap Bella menimpali.

"Hey lihat, tadi dia bicara padamu loh Rin" anak perempuan yang memakai seragam sekolah memulai pembicaraan.

"Tapi lihat dia daritadi ngobrol sendiri aja? Kamu tahu dia kenapa?" ucap gadis lain menimpali.

"Hahaha, sumpah mimpi apa gue semalam. Gue engga nyangka dia manggil nama gue. Yah, tadi kan udah gue bilang anak itu engga waras, bahkan dia harus mendapatkan perlakuan khusus di sekolah, katanya sih dia memiliki gangguan halusinasi gitu" ucap perempuan bernama Arin.

"Kasian yah, padahal masih muda"

"Kamu tahu penyebabnya, Rin?"

"Lu tahu Bella sama Nurisa?" ucap arin.

"Iya, anak yang terkenal sebagai korban ledakan meteor itu?"

"Nah, tahu kan? Katanya sih waktu itu Sera sekeluarga mengadakan piknik di gunung, sekaligus mengundang keluarganya Bella sama Nurisa. Singkat cerita meteor yang jatuh di gunung tadi menewaskan mereka semua, kecuali Sera. So, sekarang Si Sera otaknya jadi agak miring gitu, tapi engga berpengaruh besar sama kehidupannya. Ini sudah jadi rahasia umum loh"

"Iya denger-denger dia masih bisa sekolah di sini engga di SLB juga karena kakeknya donator sekolah ini"

"Kok, gue baru tahu ya?"

"Hahaha,makanya up to date!"

Bersambung ...


SparkleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang