1. Im alone, again.

69 5 0
                                    

Silahkan kamu pergi, tapi inget lo yang ngawalin ini semua. You play drama, You get Karma
Olivia.

2 mei 2015
"Aku mau lanjutin kuliah di Jerman, kita udahan ya," ucap Renaldo, Cowok yang baru lulus SMA dengan nilai tertinggi di sekolahnya itu sekarang sedang berhadapan dengan sosok yang pura-pura ia cintai itu.

"Kenapa harus putus?" Suara Olivia Michael, pacar Renaldo, cewek dengan tinggi 167, hidung mancung, bibir tipis, siswi berprestasi itu terdengar bergetar.

Gimana nggak bergetar? Diputusin pas lagi sayang-sayangnya.

"Kita jauh Olive," jawab Renaldo tegas.

"Kan LDR bisa Do," oh tidak, mata Olivia mulai berkaca-kaca.

"Masalahnya, aku nggak beneran sayang sama kamu," seru Renaldo tanpa perasaan.

"Tolong, jelasin kalo kamu tadi becanda," Olivia berusaha nyengir. Ia terlalu takut kehilangan Renaldo.

"Aku serius Olivia Rezkia Chelsea," Renaldo tersenyum sadis, "waktu itu aku dapet dare dari temen aku buat nembak kamu. Dan aku nggak tega nyakitin perasaan kamu, kalo aku langsung putusin kamu setelah kita jadian. Dan sekarang aku udah nggak kuat sama kepura-puraan ini," jelas Renaldo, lagi-lagi dia terlihat biasa saja.

"Lo jahat!" Cairan bening mulai menetes di pipi merah Olivia. Dan sekarang Olivia memakai gue-lo kepada Renaldo

"Umur kita jauh beda Olive, gue 18 sedangkan lo 14, gue tau lo udah terlihat dewasa, tapi maaf. Lo fokus UN, jangan pikirin gue lagi. Usahain lo bisa masuk SMA favorit sesuai IQ lo yang tinggi, Bye, next time, I hope I can see youre smile again," Ucap Renaldo tersenyum, seraya meninggalkan Olivia sendirian di taman yang dulunya jadi tempat pertemuan mereka.

"Silahkan lo pergi, tapi inget, lo yang ngawalin semua ini. You play drama, You get Karma" teriak Olivia sekencang mungkin agar sosok yang semakin jauh bisa mendengar nya.

Sekarang gadis itu sedang menangis terisak.

Renaldo mempercepat langkahnya, dia mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan pacar yang baru saja ia putuskan. You play drama, you get karma. Renaldo tersenyum masam, dia tidak menyangka akan bertahan satu tahun dengan gadis itu.

***

"Hallo Olive? Gue keterima di Harapan Bangsa?" Terdengar dari suara di Hp Olivia, siapa lagi kalo bukan Aqila Sifana Rezvi, sahabat Olivia yang biasa dipanggil Vivi itu, oke terlihat bahagia.

"Gue juga," jawab Olive singkat.

"Udah liv, nggak usah mikirin kak Aldo lagi, dia emang brengsek," Vivi sadar, Olivia atau lebih sering ia panggil Olive, itu berubah setelah putus dari Renaldo.

Vivi prihatin melihat Olive yang gagal ngelakuin move on itu.

Vivi kesal, perkataannya tak di gubris Olive

"Sebenernya lo anggap gue temen atau nggak liv?" Vivi berakting seperti orang yang sedang menangis.

"Gosah becanda vi, lo udah kek mami gue." Olivia akhirnya berbicara setelah 4 menit diam.

"Makanya, lo nggak boleh lemah, lo harus jadi Olivia yang dulu gue kenal sebelum putus cinta gini, Olivia yang smart, supel, baik hati" Vivi berusaha meyakinkan Olive.

"Kayaknya lo bener vi, gue nggak boleh gini." Jawab Olive.

"Iya, gitu dong, baby kuh" Vivi girang.

"Najis," seru Olive.

"Lo keterima juga kan di Harapan Bangsa?" Tanya Vivi

"Astaga, iya gue lupa belum daftar!" Olivia cemas.

"Bloon lo, besok hari terakhir!" Vivi menepuk jidat mendengar tingkah gila temannya itu. Mau sekolah dimana dia? Masa iya mau di sekolah ecek-ecek. Kasihan otak smart nya nggak dimanfaatin, mending buat gue aja. Gue bakal sujud si kaki lo.

"Santai, besok gue daftar. Udah dulu ya, Bye."

Telepon diakhiri.







Olivia

Kampret, gara-gara si curut Renaldo, gue jadi gila gara-gara cinta setengah mati sama dia, lebay amat. Gue juga berubah, gue lupa sama diri gue sendiri.

Tega ya, jahatin princess.

Gue masih inget saat lo nembak gue. Ya, harusnya gue lupa.
Gue terlalu sakit kalau terusan mikir cinta. Bisa kena Migran nih, Wkwk.

Oke, gue Olivia lagi usaha Move On dari dia, titik.

Sayangnya saat semalem gue tidur gue belum bisa lupain dia.
Kan gue berdoa sama Tuhan, Ya Tuhan, malam ini aku tidur dalam keadaan sakit hati gara-gara doi, bangun nanti hilangkan semua kenangan tentang dia.
Sayang, yang gue harapin nggak semudah membalikan telapak tangan.

"Sayang, udah siap belum? Yuk berangkat."

Itu suara Mama. Wanita yang jadi first idola gue. Orang yang sangat berjasa dalam ngebesarin gue dari masih pipis dicelana sampai segede ini.

Mama termasuk wanita hebat, dia single parent, Papa meninggal saat mamaku sedang mengandung anak imut ini, begitu katanya.

Oke, gue berdiri berjalan menuju lantai satu, gue males sarapan. Anggap aja gue puasa.

"Cie anak mama udah mau masuk SMA, yuk mama harus cepet ke kantor, ada rapat penting," gue tersenyum ke arah mama.

Mama emang sibuk, tapi sesibuknya mama, dia selalu nyamperin waktu nganter sama jemput gue di sekolah.

Gue juga nggak bisa egois minta waktu mama buat nggak kerja. Lagian mama kerja juga buat gue. Mama lanjutin usaha Papa, yaitu dibidang properti.

Ngomong-ngomong Mama nggak tau kalo gue udah pacaran.

Sepanjang perjalanan, gue tanya ke Mama, kenapa gue bisa tinggi kayak galah, padahal baru umur 14 tahun. Dan Mama juga nggak terlalu tinggi, cuma 163 cm.

Akhirnya kami sampai di depan SMA Harapan Bangsa.

Mama nggak bisa nemenin gue, tentu gue tau dan gue maklum.

Gue nyium tangan dan pipi mama,

"Hati-hati mah,"

"Iya sayang, kamu sukses ya!"
Mama melaju, dengan Avanza hitamnya.

Gue masuk ke dalam sekolah.
Sepi banget, kayak nggak ada tanda-tanda hidup disini.

"Lo sendirian?" Ucap seseorang, yang ngebuat gue kaget. Suaranya cowok.

Gue menoleh,
"Iya, lo juga."

"Kenalin gue Zabil Rayen Jiro, panggil aja Zaza," dia mengulurkan tangannya.

Gue ikut menjabat tangannya "Olivia Michael,"

Dia mengerjap, seolah bertemu Selama Gomez.

"Lo Olivia Michael? Yang dapet nilai Un tertinggi di Jakarta?

Gue mengangguk.

"Wah, lo makan apa?" Tanya Zaza.

Sialan nih bocah.

"Makan otak kambing," jawab gue sambil tersenyum.

"Serius lo makan otak kambing?" Zaza dengan ekspresi yang nggak banget.

Dasar bego.

"Nggak, otak beruang," jawab gue greget.

"Wah labil lo, mana yang bener? Dasar cewek."

Oke, gue baru nemu spesies otak jongkok macam Zaza selama 14 tahun terakhir. Tapi konyolnya dia ngebuat gue nyengir, gue lupa beban tentang Renaldo.

Dia masih nunggu jawaban gue, ini menyebalkan.

"Nak, mau daftar ya? Sini cepetan."

Oke gue terbebas. Thanks god :)

OliviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang