1• First

24 3 0
                                    

Bulan berganti Matahari.Matahari mulai menampakkan sinarnya.Burung-burung mulai berkicau ria menyambut kedatangan sang Surya.

Satu persatu orang bangun dari tidurnya untuk menjalani aktivitas seperti biasa.

Pagi ini nampaknya orang-orang masih enggan untuk bangun. Mungkin efek libur panjang ataupun memang sedang bermimpi bertemu si doi.

Berbeda dengan Retha yang nampak bersemangat pagi ini. Retha nampak cantik namun aneh. Itu karena adanya atribut MOS tentunya. Yah,meskipun atribut yang dia kenakan tak seribet atribut MOS kebanyakan. Hanya menguncir rambut sesuai tanggal lahir dan memakai co-card hampir separuh tubuhnya.

Tapi berhubung tanggal Retha lahir di akhir Bulan.
Yahh bisa dibayangkan sendiri berapa banyak kunciran dirambutnya.

Ia sudah siap dengan seragamnya. Dan turun untuk sarapan bersama keluarganya.

Saat ia turun untuk sarapan, semua anggota keluarga memandanginya dengan aneh.

Retha menatap dengan tatapan tajam ke adiknya yang sedang berusaha sekuat mungkin menahan tawanya.

"Kak elo kayak..hahahaha" akhirnya Jorgi,adik Retha tak kuasa menahan tawanya saat melihat kakaknya berdandan seperti itu.

"Eh diem loe! Gue lagi semangat ini, jangan buat gue badmood deh". Durhaka emang adik yang satu ini. Awas aja besok kalo dia MOS, gue katawain sampe habis. Mampus loe!. Batin Retha menggerutu kesal.

"Udah-udah jangan pada berantem, masih pagi ini. Jorgi! Udah ketawanya kasihan kakak kamu". Mama menengahi pertengkaran tersebut.


Keluarga pak Bagas pun mulai sarapan. Mereka mulai mengambil roti tawar beserta selai yang ada.

Berbeda dengan Retha yang mengambil nasi beserta tempe goreng kesukaannya. Ia tak suka sarapan dengan roti. Menurutnya sarapan dengan roti, tak bisa membuatnya berenergi.

Retha dulu pernah sarapan dengan roti, namun di Sekolahan ia pingsan. Jadinya Retha sudah tak mau lagi sarapan dengan roti. Ia lebih suka dengan nasi dan tempe gorengnya.

Yah walaupun dalam ilmu kedokteran, sarapan itu sebaiknya jangan terlalu kenyang. Karena bisa membuat kita mengantuk,sehingga aktivitas pun terganggu. Retha tak peduli.

Usai sarapan,Retha bergegas berangkat dengan sepeda kesayangannya. Walaupun tadi sudah ditawari papanya untuk berangkat bersama, Retha tetap keukeuh berangkat dengan sepedanya.

Retha pamit dengan ibunya. Ia berniat berangkat bersama dengan temannya.
Ia mengitari kompleks perumahan dengan senyumnya. Sekali-kali ia melemparkan senyumnya pada tetangga yang kebetulan sedang berada di depan rumah.

Sepanjang jalan, banyak orang menatap Retha aneh. Tapi Retha cuek saja dengan keadaan sekitar.

Retha sengaja berangkat lebih pagi, agar tidak terlambat.

Kegiatan dibuka dengan upacara pembukaan. Matahari dengan tegas menyinarkan sinarnya. Membuat beberapa siswa beberapa kali menyeka keringatnya.

Setelah upacara pembukaan, peserta MOS masuk ke aula untuk diberikan arahan acara MOS untuk 3 hari kedepan.

Tidak seperi kebanyakan MOS yang diisi dengan pembullyan dari senior. MOS kali ini hanya diberikan arahan-arahan dan pengenalan lingkungan sekolah.

Tapi sebenarnya jauh dalam hati,Retha lebih suka MOS yang seperti biasanya. Lebih menantang menurutnya. Ia jadi punya sedikit Kenangan tentang MOSnya. Seperti cerita yang sering ia baca. Kalau MOS adalah masa-masa terindah. Di masa MOS mereka bisa diam-diam memandangi dan mengagumi senior yang most wanted.

Membayangi hal tersebut, tak ayal membuat Retha senyum senyum sendiri.

Tapi back to realita aja, gak seperti yang ia harapkan.

Retha pun hanya mengikuti MOS selama 3 hari. Inilah Retha yang akan memulai kisah perjalanan...
.
.
.
.
.
.
.
Hai hai gimana ceritanya?
Voments dan komentnya ditunggu.

Say SomethingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang