Siang yang indah.
Terik dan sunyi seperti sendiri, tapi aku tak pernah sendiri.
Dia selalu bersamaku disaat suka maupun duka, disaat butuh maupun tidak. Panggil saja temanku.
"Aku tidak suka sama Mr. Houdini," Mr. Houdini adalah tetangga depan rumahku. "Cubitannya sangat mematikan. Padahal kau yang menendang bola ke kaca rumahnya."
Aku hanya memutar bola mataku.
Jalanan sepi, dan ketika aku lihat rumah Mr. Houdini, dia ketiduran di bangku serambi rumahnya.
Tanpa aku sadari temanku mendekati Mr. Houdini dan melempar batu sebesar kepalan tangan ke arah Mr. Houdini. Ia terbangun dan menganga.
Ia menganga meliahat temanku merayap hendak bersembunyi, nyatanya matanya lebih cepat dari pada rayapan temanku.
Houdini bertetiak.
Berisik, pikirku.
Ia berteriak terlalu lama.
Oh ya aku lupa, temanku masih berbentuk sepotong tangan. Cepat sembunyi kawan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Rancu Yovita
SpiritualKetika otakmu meledak menjadi jutaan keping memikirkan bagaimana tugas 300 lembar dapat kau kerjakan dalam semalam. Dapatkah adriandi bertahan dalam penjara asmara yang kian merengkuhnya dalam duri cinta? Warning: deskripsi, category dan judul tida...