“Eh dek, anak baru disini ya? Tolong di jaga sopan santunnya. Ini tempat belajar. Kita semua disini sedang listening bahasa inggris untuk ujian. Tolong dikecilkan volumenya.” Seorang cewe berbadan super langsing itu yang ternyata melemparkan botol yang tepat mengenai jidatku. Dia dengan beberapa orang temannya yang lain, melihatku dengan sinis di depan pintu Aula Prajakirana International College, atau bisaa disingkat PIC .
Aku hanya tertunduk. Bukan, bukan karena malu atau takut, aku tertunduk menutupi benjol di jidatku yang tertanam indah disana. Ini lebih indah daripada pita Ribbon, hamster di kartun Hamtaro, ya ini lebih indah, iyaaaa batinku menangis. Tapi aku malu mengatakannya.
“Sudahlah Wen, Kamu ini Alicia Wenda ketua kelas Pariwisata tiga- C yang terkenal cantik dan dermawan. Biarkan saja dia, toh dia juga menduduk takut kan?” tawa cowo berbadan tambun ini, membuat Wenda, cewe yang tadi memarahiku , melupakan kesalahanku.
Oh jadi namanya Wenda, dan dia kaka tingkat cantik yang Kakakku, Ka Dimas ceritakan semalam. Ya ampun! Tapi dia masuk jurusan pariwisata, dan itu artinya, dia yang akan menjadi mentorku di semester dua nanti untuk persiapan magang? Gila ini bener –bener gila.
Masih dalam posisi menunduk, aku mengedepankan rambut panjangku. Menarik nafasku, daan ambil posisi untuk ….
“maaf ka maaaf” aku berlari meninggalkan kakak-kakak tingkat yang sok jagoan itu, aku sama sekali tidak memandang mereka, hanya terdengar mereka mengataiku dengan kata-kata kasar. Huh, Mereka pikir mereka itu ratu yang menguasai kampusku ini. Tetap saja, bagiku yang menguasai kampus ini adalah Bapak Prajakirana beserta keluarganya. Aku tidak takut siapapun, kecuali para pendiri kampusku ini.
Hufh, aku sudah jauh dari mereka, aku tetap berjalan sedikit menunduk, dan mengedepankan poniku yang sudah panjang melebihi dagu. Aku berjalan di antara koridor kelas perhotelan tingkat 3, entah kenapa langkah lariku membuatku nyasar kesini. Ya, namanya juga lari yang penting selamat, pikirku tadi.
“kelasku yang mana?” tanyaku sendiri sambil celingak celinguk mencari ruangan bertuliskan “pariwisata satu G”. sepanjang koridor ini, aku hanya menemukan perhotelan tingkat 3 mulai dari A sampai J. Bayangkan saja ada berapa kelas yang ada di kampusku ini. Ada 3 jurusan di kampusku, tiap jurusan ada 4 tingkat, dan tiap tingkat ada 10 kelas. Jadi totalnya sekian sekian kelas, nah hitung sendiri, aku pusing menghitungnya.
Masih dengan situasi dan kondisi yang sama, tepat di akhir koridor jurusan perhotelan tingkat 3, aku membaca tulisan yang dari abad gajah pake kolor aku tunggu-tunggu, yups “Welcome to Our World, First time of Tourism”
“yeaaaaaah” Bahagiaku memuncak aku loncat loncat di depan toilet cowok jurusan perhotelan tingkat tiga. Wajarlah aku senang ternyata tempat yang aku cari ada di bagian belakang kampusku. aku terus meneriaki tulisan besar yang ada di depanku.
“huwaaaa setaaaaaan.” Tiba-tiba teriak seseorang dari dalam toilet cowo di sebelahku.
“setaaaaaan” reflex aku ikutan kaget dan masuk ke dalam toilet cowo mengikuti jejak suara cowo tadi yang lebih dulu mendeteksi keberadaan setan. Mungkin dia bisa melindungiku, pikirku. Aku mengejarnya di dalam toilet yang cukup luas itu. Kondisi kamar mandi yang begitu gelap, sulit membuatku menemukannya. Tapi untungnya seragam perhotelan yang berwarna hitam dengan motif garis emas di kerahnya, membuatku menemukannya di bawah wastafel.
“mas maas,dimana setannya? Saya takut.” Aku menarik-narik seragamnya, dia keluar dari bawah wastafel, dan menyalakan saklar lampu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bestfriends are My Dream
Teen FictionAndaikan aku terlahir seperti apa yang aku inginkan. Pasti aku akan hidup dalam kebahagiaan dan kebebasan dalam menjalani hidup. Dan andaikan aku bisa merubah apa yang Tuhan berikan untukku, pasti aku akan lebih bisa menghargai hidup ini karena aku...