Laki-laki itu berdiri tegap di depanku, menenteng kedua tangannya di pinggangnya bak seorang preman yang bersiap untuk memangsa buruannya yang telah lama menghilang. Dengan senyum jahilnya, dia menarikku dari bawah wastafel. Tanganku gemetar, keringat dingin mengalir indah dari pelipis hingga leherku. Kalau aku tidak bisa menahannya, cairan hangat bisa saja terasa di sekitar pahaku. (tau kan maksudnya?). Aku pasrahkan semuanya pada Tuhan, kalau besok halaman depan Koran berisi “Seorang mahasiswa baru mati kaku di kamar mandi pria” tamatlah riwayatku di akhirat, pasti aku ditertawain oleh orang-orang di akhirat nanti .
“Heh Lo kan yang tadi berdiri di depan WC cowo?” cowo itu yang baru aku ketahui namanya Astro Adipati P, aku melihatnya di name tag seragamnya, dia mendorongku pelan hingga aku tersandar di tembok.
“Iya, kenapa?” aku sok belaga jutek, padahal jantungku sudah berdetak lebih cepat daripada seekor cheetah berlari. Astro semakin menatapku dengan pandangan seolah-olah dia ingin menantangku. Dia juga tidak menyangka aku bisa berkata jutek seperti itu, padahal yang dia tahu badanku sudah keringat dingin ngga karuan.
“Berani juga ya kamu! Ha ha” Dia bertepuk tangan di depan wajahku. Bukan, bukan karena aku membuatnya bangga. Tapi, tepuk tangan dia itu menandakan kalau dia salut tanda kutip dengan keberanianku melawannya. Ingat loh ya, salut tanda kutip. Ada sesuatu yang lebih parah dari ini, itu makna tepukan dia yang menjengkalkan itu. “Nama Lo siapa hah?”
Dia mendekatkan wajahnya di mukaku, lalu menarik tas gendongku dengan paksa. Ya tuhaan! Tadi itu mukanya ganteng bangeet. Ah tapi, apa arti kegantengan kalau hatinya picik dan berduri. Aku cuma bisa berdiam diri, aku pasrahkan semuanya kepada Tuhan, kalau aku mati disini aku ikhlas aku sedang di aniaya aku yakin aku akan masuk surga dan Tuhan membalas semua perbuatannya. Aku pasrah ya Tuhan.
Astro masih berdiri di depanku, dia merogoh-rogoh mencari sesuatu dalam tasku. Tatapannya hanya tertuju pada isi tasku. Aku fikir ini kesempatanku untuk….
“Awwwww!!!” teriak kesakitan Astro melengking sekali di telingaku. Dua detik setelah aku pasrah, aku langsung tersadar dengan cita-citaku. Menjadi tour guide bule-bule ganteng, dan menjadi istri salah satu dari mereka itu adalah cita-citaku. Dan aku, Lovilla Hermes, tidak akan mati sebelum cita-citaku tercapai.
Aku terus berlari sambil sesekali melihat ke belakang ke arah Astro yang ikut mengejarku sambil menahan kesakitan di bagian “senjata tajamnya” .
“maafkan aku Astro, aku hanya ingin menyelamatkan diri.” Ucapku dalam hati.
“heeeh tungguu sialan!!! Awww.” Aku memberikan salam jari tengah untuk Astro dan melesat lari sampai dia kehilangan langkahku. Biarpun cewe yang keliatan lemah, aku ini juara marathon waktu SD hohoho tawaku dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bestfriends are My Dream
Teen FictionAndaikan aku terlahir seperti apa yang aku inginkan. Pasti aku akan hidup dalam kebahagiaan dan kebebasan dalam menjalani hidup. Dan andaikan aku bisa merubah apa yang Tuhan berikan untukku, pasti aku akan lebih bisa menghargai hidup ini karena aku...