The Sanctorium #1

1K 37 1
                                    

SATU

BUNYI baja tempa yang ditumbuk berkali-kali mengalihkan perhatian Cathly dari penjelasan Mrs. Dagnes di pertemuan homeschooling seperti biasa. Manik mata coklat almond Cathly yang gelap menelisik dengan saksama kegiatan para pekerja pembuat pedang di istananya dari balik kaca jendela. Dia tampak tidak begitu peduli pada untaian kata yang berhamburan dari mulut guru privatnya, alih-alih mengamati dengan saksama perjalanan pembuatan pedang yang terekam di depan matanya.

“Yang Mulia Cathleena.”

Suara guru wanita di depannya menyentak Cathly dari ketidakfokusannya pada mata pelajaran yang tengah berlangsung itu. Kepalanya diarahkan kembali menuju guru wanita paruh baya dengan rambut digelung ke atas secara berundak-undak bagaikan bola yang disusun dari ukuran besar hingga kecil. Senyum kecil tampak di bibir ranum Cathly selama beberapa detik, hingga keberadaannya lenyap digantikan dengan cebikan penyesalan.

“Maaf. Lanjutkan lagi, Mrs. Dagnes.” Dalam hatinya, rangkaian umpatan keji dan makian untuk Mrs. Dagnes berhamburan tak terkendali. Bagaimana tidak? Cathly membenci guru menyebalkan macam Mrs. Dagnes yang tiap detik tak pernah berhenti bercerocos ria hingga membuat kepala Cathly penuh dengan asap. Mrs. Dagnes, homeschooling, materi pelajaran, semuanya membuat Cathly pening. Dia bosan berada di dalam istana itu. Tidak adakah yang memahami arti kebebasan baginya?

Memicingkan kacamatanya yang sedikit melorot di ujung hidung, Mrs. Dagnes mulai melanjutkan lagi penjelasannya yang sempat tertunda. Sekitar tiga jam lebih Cathly mendengar celoteh membosankan Mrs. Dagnes. Selama itu pula semua materi yang diberikan wanita berhidung bengkok itu tidak masuk ke dalam lubang telinganya, alih-alih memental keluar dan berlarian ke sana-kemari.

Selama mendengar materi yang dijelaskan oleh Mrs. Dagnes, Cathly bertopang dagu. Pikirannya melalang-buana, mengembara jauh membayangkan bagaimana penampang bumi yang dihidupi oleh manusia normal. Ras homo sapiens yang normal, benar-benar memiliki kehidupan biasa dan jauh dari sesuatu yang janggal.

Cathleena Spinoza berbeda dari manusia pada umumnya. Dia dan seluruh makhluk yang tinggal di area kekuasaan keluarganya—yang sering disebut dengan Underworld—merupakan kumpulan mutant yang memiliki kemampuan sebagai pengendali api dan tanah atau sering disebut sebagai pyrona. Api adalah komponen utama makhluk seperti mereka sebagai senjata terbesar. Meskipun sanggup mengendalikan elemen tanah, kemampuan mereka dalam hal itu tidak sebesar ketika mengendalikan elemen api. Pyrona hidup di bawah tanah dengan ditandainya sebuah bangunan besar nan menjulang tinggi yang dilindungi oleh sebuah atap yang dilapisi dengan batu-batuan dan dikelilingi oleh rumah-rumah penduduk yang berbentuk seperti kubus berdinding dan beratap batu. Pyrona berasal dari virus mutant yang disebarkan oleh kakek moyang mereka jauh-jauh masa pada tahun 2020.

Pyrona Castle adalah istana besar yang dibangun oleh Roger Spinoza bersama pengikutnya yang diasingkan oleh penduduk bumi akibat wabah virus mutant yang mereka bawa. Oleh karena itu, Roger mulai membangun sistem pemerintahan baru, jauh dari kehidupan manusia dan tinggal di bawah tanah dan tak pernah memiliki hubungan sosial di mana manusia hidup, sampai saat ini.

Kecuali satu orang yang pernah menengok dunia manusia beberapa tahun yang lalu, yakni Daphne Spinoza, kakak sulung Cathly. Namun satu hal yang belum disadari oleh Daphne saat dia lolos penjagaan di pintu gerbang yang memisahkan antara Underworld dengan bumi, dia berkunjung pada saat musim dingin tengah berlangsung di bulan Desember. Musim dingin di bumi merupakan kelemahan utama makhluk pyrona. Sistem imun mereka akan terserang oleh hawa dingin yang dibawa oleh kondisi tersebut, sehingga membuat mereka sekarat, hingga berujung kematian.

The SanctoriumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang