The Sanctorium #2

668 28 3
                                    

DUA

SINAR matahari yang tersaring oleh lapisan pelindung menyinari Upworld dengan lembut. Saat itu musim telah berganti dari musim panas yang dihindari seluruh penduduk Aerona menjadi musim gugur yang dinantikan. Dedaunan kering berguguran dari pohon-pohon Penghidupan di setiap sudut Upworld, membuat permukaan tanah buatan berteknologi canggih milik Aerona yang biasanya berwarna hijau muda kini ditutupi oleh daun-daun kecil berwarna putih, membuat Upworld seakan mengalami salju lebih cepat.

Di salah satu bangunan tertinggi yang ada di sana, terdapat seorang gadis dengan paras memikat memakai gaun berwarna krem berbahan sutra yang berkibar ditiup angin berdiri di balkon kamarnya. Di wajahnya tersungging senyum cerah saat merasakan hembusan angin yang menerpanya. Sekali lagi, gadis itu merasa bahwa angin yang dirasakannya membuat dirinya lebih hidup. Matanya terpejam dan tangannya terentang. Mungkin ia harus berterima kasih pada kakek buyutnya yang telah membawa keluarganya sekaligus menciptakan dunia seperti ini. Indah, tenang, dan menyenangkan.

“Chriselda Nietszche! Sedang apa di atas sana?! Ayo turun!” sebuah suara mengusik ketenangan yang dirasakan gadis itu. Membuat ia mendelik agak sebal pada sumber suara. Tanpa banyak bicara gadis itu menaiki tepi balkon dan terjun ke bawah, mengabaikan bahwa ia baru saja melompat dari ketinggian dua puluh meter.

Tapi sebelum tubuhnya ditarik gravitasi, gadis itu menarik tali kecil di tengkuknya. Dan segera saja gaun krem anggunnya berubah menjadi sebuah pakaian ketat berwarna putih yang memiliki sayap di bagian lengan bawah dan di antara kakinya, membuat gadis itu terbang membelah langit. Beberapa kali ia berputar-putar di atas cakrawala sebelum menjejakkan kakinya kembali ke tanah.

“Rivera, sudah berapa kali aku memberitahumu kalau aku lebih suka dipanggil Chrissy ketimbang Chriselda?” ujarnya sambil menarik tali kecil di tengkuknya lagi hingga kini pakaiannya kembali seperti semula. “Kau membuatku berpikir kalau ibukulah yang memanggil.”

Rivera hanya tertawa geli. “Aku hanya tidak ingin ditangkap pengawal rumahmu karena tidak sopan pada keturunan Nietszche yang terhormat.”

Dalam hati Chrissy mendesah. Chrissy merupakan keturunan dari Fabian Nietszche, seorang Aerona pertama yang berhasil menciptakan sebuah tempat di atas langit yang dikenal dengan Upworld yang kini menjadi tempat tinggal para Aerona. Aerona sendiri adalah mutan yang berkemampuan untuk mengendalikan angin dan air. Tapi Chrissy tidak begitu suka dengan kenyataan itu. Demi Tuhan, ia sudah berbeda dari manusia pada umumnya, tidak perlu ditambah dengan sikap para Aerona lain yang menganggapnya sebagai ratu masa depan. Chrissy menjulurkan lidahnya sebagai respon. “Aku takkan mengajarimu kalau kau bersikap seperti itu padaku, Rivera.”

Diancam seperti itu, Rivera menggigit bibirnya takut-takut. Sebuah keberuntungan bagi Rivera bisa berteman akrab dengan Chrissy yang tidak hanya cantik dan berketurunan ningrat, tapi Chrissy juga sangat berbakat. Hanya ia satu-satunya Aerona yang bisa lulus level atas diusia dua puluh satu tahun. Rata-rata pada seusia itu baru berada pada level tengah. Dan kesediaan Chrissy untuk membantunya dalam berlatih merupakan sebuah kesempatan yang langka. Biasanya Chrissy menolak untuk mengajari teman-temannya berlatih karena merasa dirinya hanya beruntung bisa lulus semuda itu. Sebuah alibi yang sangat tidak masuk akal untuk Rivera.

Melihat wajah temannya memelas membuat Chrissy tidak enak hati. “Hei, aku hanya bercanda. Jangan dibawa serius.” Chrissy menambahkan senyum menenangkan khas dirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The SanctoriumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang