Bagian 2 - Hidup (tanpa) Beban

9 3 1
                                    

Bagian 2 - Hidup (tanpa) Beban

Hidup ini unik. Kehidupan nyata dapat sulit, terlalu pahit, tanpa kita mengetahui. Suatu hari sumbatan itu yang membuat kita menjadi orang baik. - rochmacitral

°•°•°

Sudah sekitar sepuluh menit yang lalu bel berbunyi. Mala masih menunggu mamanya yang akan menjemput dia. Tiba-tiba sesuatu yang berada di dalam dakunya bergetar yang tak lain hanphonnya. Mala melihat siapa yang menelepon ternyata mamanya.

'Hallo!'

'Hallo ma!'

'Mala maaf ya. Mama gak bisa jemput kamu. Kerjaan dikantor banyak ini. Coba kamu telfon ayah kali aja bisa jemput kamu.'

Dck

'Yaudah kalau gak bisa jemput aku. Aku gakpapa kok. Aku tutup ya ma. Sampai jumpa dirumah'

Klik

Haaa helah nafas Mala.

"Telfon ayah apa enggak ya? Kalau telfon pasti jawabanya sama kayak mama. Yaudah terpaksa naik angkot lagi kayak tadi pagi." Ucap Mala malas sambil mengeluarkan tanganya yang sendari tadi di kantong roknya untuk memanggil angkot yang mau ditumpanginnya.

°•°•°

Hujan turun dengan derasnya. Suara petir menyambar kemana-mana. Berbunyi layaknya orang yang sedang marah. Surabaya sore hari padat mengalahi kota metrapolitan. Bagaimana tidak, sore hari waktunya para pekerja meninggalkan pekerjaannya dan segera mungkin pulang agar tidak terjebak macet ataupun banjir. Kebanyakan orang berpikir 'surabaya itu tempatnya enak, asik, gak kayak di ibukota macet' tapi nyatanya sama saja.

"Kiri pak" suara itu sesaat menghentik aktivitas di kota pahlawan tersebut terhenti. "ini, makasih pak." ucap suara itu dan berlari secepat mungkin menghindari hujan.  Suara itu tak lain adalah Mala. Mala mencari tempa bertedu untuk sesaat tetapi semuanya penuh yang terlihat hanya sebuah mini market. Terpaksa Mala memasuki mimi market tersebut dan membeli sesuatu di dalamnya.

"Ststst... " sontak bulu ditangan Mala berdiri saat mendengar desisan itu.

"Woy...  Denger suara gue gak." Ucap seseorang disamping Mala. Malapun menengok kesamping, ternyata orang.  Ia kira ular atau sejenisnya. Ia takut ular.

"Lo manggil gue?" tanya Mala.

"Iya siapa lagi. Gak ada orang disini selain kita berdua. Lo budeg ya!" ucap orang tersebut yang terdengar seperti perintah.

"Ngapa? " ucap Mala dengan tampang sedikit malas.

"Gue mau tanya. Tapi lo jangan salah paham dulu ya. Lo tau gak ini jamu yang buat datang bulan yang mana?" tanya orang itu. Karena Mala sedang badmod ia mengatakan jamu yang berwarna biru padahal disitu jelas-jelas tertulis kiranti Pegal linu dan yang buat datang bulan berwarna kuning. "Warna biru." Jawab Mala lalu meninggalkan orang itu.

°•°•°

Hujan sudah redah sekitar 10 menit yang lalu. Mala masih duduk dimeja belajarnya entah sedang apa dia disitu padahal tadi pagi dia tidak ada pr sama sekali.

Kling kling

Bunyi suara Handphone menyadarkan mala yang saat itu ternyata sedang melamun. Mala mengambil handphonenya, ternyata teman barunya yang line. Tadi saat Mala mau pulang Vera memasukannya kedalam grup line yang memiliki dn 'Tukang Kepo'.

real_vera : kok sepi sih?

Milayala : bakar ver. Klau lu gk sngup.

real_vera : sumph gue butuh kalian!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BarmalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang