Sesampainya di rumah, Kyungsoo langsung merebahkan tubuh mungilnya di atas kasur. Mata bulatnya terpejam dan hidung bangirnya menghembuskan napas kasar berkali-kali. Ia hanya ingin tidur. Hari ini terlalu lelah untuknya. Ah, tidak. Sebenarnya hari ini sama saja seperti hari biasa, hanya saja memikirkan manusia aneh dengan label Park Chanyeol di café tadi membuat jantungnya serasa dipaksa bekerja dua kali lipat dan itu membuatnya merasa lebih lelah dari biasanya. Tidak tidak, Kyungsoo tidak berdebar karena ciumannya. Justru ia marah! Siapa yang tidak marah saat kau telah menjaga kesucian bibirmu selama dua puluh satu tahun dan orang asing yang bahkan baru kau temui saat itu merenggut ciuman pertamamu dengan sengaja.
Bahkan jantungnya mulai meledak-ledak lagi sekarang.
Setelah berganti pakaian dengan setelah piyama, ia benar-benar akan terlelap sebelum ponsel yang tadi ia letakkan di meja nakas berdering. Mata enggan terbuka. Kyungsoo dengan instingnya menjulurkan tangannya ke meja nakas mencari benda persegi panjang yang sukses mengganggu tidurnya itu. Tidak, tepatnya si penelpon yang mengganggunya. Ia menggeser asal layar ponselnya dan segera mendekatkan benda itu ke telinganya.
"Selamat malam, sayang!" sapa seseorang disebrang telepon terdengar ceria dengan suara baritone-nya. Kyungsoo jelas tidak mengenal suara ini, tetapi ia seperti pernah mendengarnya di suatu tempat.
"Hallo? Sayang? Kau di sana?" ucap suara itu lagi.
'Namaku Park Chanyeol dan aku akan menghubungimu sesampainya di rumah nanti.' Entah kenapa Kyungsoo malah teringat suara itu lagi.
Sedetik kemudian ia tersadar. Gadis itu langsung membuka matanya, menjauhkan ponsel itu dari telinganya dan segera mengecek layar ponselnya untuk memastikan siapa penelepon ini.
Nomor tidak dikenal.
Ia yakin ini benar-benar pria yang tadi ia temui di café. Ia serius menelponnya! Sial.
Gadis itu segera memutuskan sambungan teleponnya dan memasukkan nomor itu ke dalam daftar nomor yang ia blokir.
...
Hari itu Kyungsoo bangun lebih pagi dari biasanya. Walaupun hanya lebih awal lima belas menit, tetapi tetap saja ia bangun lebih dulu daripada dering alarmnya setelah mendengar ketukan dan teriakan ibu nya dari luar. Tidak biasanya ibu nya membangunkannya, pikir gadis itu.
"Kyungsoo-ku, ayo bangun dan segeralah turun! Ayahmu mengajakmu sarapan bersama. Kami tunggu di bawah ya, sayang!" teriaknya dengan nada yang lembut.
Tak lama kemudian, Kyungsoo turun dari kamarnya menggunakan piyama putih dengan motif bunga-bunga kecil berwarna merah muda yang ia gunakan untuk tidur semalam. Rambutnya yang diikat asal terlihat berantakan, bahkan mata bulatnya pun belum terbuka sepenuhnya. Dengan langkah sempoyongan ia menghampiri Ayahnya yang sedang duduk di ruang makan, memeluk pria paruh baya itu dari belakang, dan mencium pipinya dengan manja. Ibunya hanya tersenyum melihat tingkah anak semata wayangnya yang sudah beranjak dewasa itu.
Wajar saja jika Kyungsoo bersikap seperti itu pada Ayahnya karena hari ini adalah hari pertama mereka bertemu setelah dua minggu tidak bertatap muka. Dua minggu belakangan Ayahnya memang super sibuk. Ia berangkat kerja saat Kyungsoo masih terlelap dan pulang saat Kyungsoo sudah terlelap. Begitulah, terkadang Ayahnya lebih lama menghabiskan waktu di kantor daripada di rumah seolah-olah rumah hanyalah tempat singgah untuk mengistirahatkan matanya saja.
Insung -Ayah Kyungsoo- mengusap tangan Kyungsoo yang melingkar di lehernya dengan lembut.
"Anak Ayah sudah bangun, hm? Ayo duduk! Kita sarapan bersama." Insung menepuk pelan kepala Kyungsoo yang bertengger di bahunya. Kyungsoo menurut dan memposisikan dirinya untuk duduk di samping Ayah dan Ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Just Different
Fanfictionchansoo, genderswitch! Park Chanyeol. Kalau kau hanya melihatnya dengan sekilas maka benar adanya jika kau mengatakan bahwa ia adalah sosok pria yang hampir mendekati sempurna. Lain halnya jika kau mengorek kisah hidupnya sedikit lebih dalam lagi. ...