part 2

8 0 0
                                    

Author pov.

Di sudut pojok kelas terdapat Devan yang kini tengah menundukan kepala diatas lipatan tanganya.

Ia sangat terlihat berbeda tidak seperti biasanya. Rambutnya pun terlihat berantakan. Tidak ada bekasan sisir dan pomade di rambutnya.

Naydilla yang tengah berbincang2 kecil dengan teman nya. Belum juga menyadari kondisi Devan yang berantakan itu.

Tapi seketika salah satu teman Naydilla yang duduk tepat menghadap ke posisi Devan,ia menyadari kondisi kekasih sahabatnya itu dan langsung memberitahu Naydilla.

"Nay, Devan kenapa tuh?". Tanya sarah sambil menunjuk ke arah Devan.

"Kenapa apanya??". Jawab Naydilla tanpa menengok ke arah Devan.

"Liat dulu, samperin aja dulu Nay!!". Sambung Erina ikut menjawab.

"Astaga, Dev. Gue ke Devan bentar ya. Gue takut dia kenpa2". Ucap Naydilla dan langsung menghampiri Devan. Dan di balas dengan anggukan oleh para sahabat nya.

Kini Naydilla sudah berdiri tepat di samping Devan , yang tanpa di sadari oleh Devan.
Dengan kekhawatiran nya, Naydilla kini meletakan tangannya di kepala Devan, dan mengelusnya  perlahan.

Devan yang merasakan sentuhan di kepalanya. Ia sontak mengangkat kepala dengan lesuh. Wajahnya terlihat sangat pucat, mata nya pun memerah.

Seketika Naydilla menatap devan seperti meminta penjelasan. Tetapi devan hanya melukiskan senyum di wajahnya. Naydilla yang menyadari itu, dia berfikir kalo Devan kembali ngobat/meminum alkohol. Tanpa pikir panjang, Naydilla pun langsung menanyakan nya kepada Devan.

"Kmu kenapa Dev? Kmu ngobat lagi??". Tanya Naydilla sembari menatap Devan tajam.

"Hehm, ngga". Jawab nya singkat.

"Bohong!!". Seru Naydilla yang hampir menangis.

"Maafin aku". Jawab Devan dan menundukan kepalanya.

Dan benar. Devan mulai ngobat lagi dan kini butiran air pun berjatuhan dari pelupuk mata gadis cantik itu. Sehingga sukses membasahi permukaan pipinya.

Devan pun langsung memeluk erat Naydilla dengan penuh kelembutan dan kasih sayang nya. Ia sangat merasa bersalah karna lagi2 telah membuat wanitanya menangis dan kecewa.

Devan pun kini melepaskan pelukannya, dan membawa Naydilla ke taman belakang sekolah. Sesampainya disana, tidak ada satu orang pun yang ada di taman itu, dan kini hanya mereka berdua yang berada disana.

"Aku akan menjelaskanya". Ucap Devan yang tengah menangkup wajah Naydilla dan menghapus air matanya.

"Apalagi yang mau kamu jelasin?". Jawab Naydilla dengan suara yg sedikit begetar.

"Pikiran ku kacau, aku sedang banyak masalah saat ini. Aku tau apa yg aku lakuin emang salah. Tapi aku bener2 minta maaf sma kamu, karna aku udah bikin kamu kecewa lagi".

"Tapi kenapa harus ngobat?? Apa ga ada cara lain lagi hehm?? Dengan cara kamu yg kaya gini, gak akan nyelesaiin masalah Dev, tapi malah tambah masalah tau ga".

"Iya aku tau. Aku minta maaf, aku mohon kmu jngan nangis lagi".

"Mana janji kelingking kmu Dev?". Tanya Naydilla yang disertai dengan deraian air matanya.

"Aku tau aku salah. Kllo kmu mau tampar aku, silahkan Nay. Kmu boleh pukul aku. Tpi aku mohon kmu jngn nangis lagi, aku minta maaf, aku ngg akan ngulangin lagi. Aku janji!! ".

"Aku ga butuh janji, aku cuma butuh bukti".

"Iya bakal aku buktiin. Udah ya sayang jangan nangis lagi!!".

Devan pun kembali memeluk wanitanya, dan kini Naydilla pun membalas pelukan Devan, dan lagi2 menangis sejadi2nya di pelukan Devan dan menenggelamkan kepalanya di dada Devan.

Keduanya pun melepaskan pelukan hangat mereka. dan Devan mendekatkan wajah nya ke wajah Naydilla, sehingga tidak ada jarak diantara mereka.

CUP!!
Kini bibir Devan tepat mendarat  di bibir Naydilla. Dan Devan melumatnya dengan kelembutan dan penuh kasih sayang. Naydilla pun membalas nya juga dengan penuh kasih sayang.

***

"Nay pulang". Teriak Naydilla setelah masuk ke rumah besar milik orang tuanya.

"Langsung mandi Nay, abis itu langsung makan ya. Bunda tunggu di ruang makan". Seru Bunda nya dari arah dapur.

"Iya bun". Jawab Naydilla dan beranjak menaiki tangga, yg kebetulan kamar nya berada di lantai dua.

20 menit kemudian ,
Naydilla yg kini sudah rapi dengan menggunakan baju khas rumahan. Langsung menuruni tangga untuk makan siang.

Di ruang makan sudah terdapat bunda nya kini sedang menata makanan di meja.

"Ayah belum pulang Bun?". Tanya Naydilla kepada Bunda nya.

"Belum sayang. Kmu klo Udah laper banget makan duluan aja Nay".

"Ngga ko Bun, Nay juga ga laper2 banget ko. Nay makan bareng ayah sama bunda aja".

"Yaudah, klo gitu bantuin bunda bawain makanan ke meja".

"Okeh".

Kini Naydilla dan bunda nya menata makanan dan disertai dengan obrolan tentang sekolahnya Nay.

Selang beberapa menit pun sudah tiba di rumah. Dan kini mereka pun makan bersama.

Setelah selesai makan. Nay pun membantu bunda nya merapikan piring2 dan sisa makanan yang masih tersisa.

Dan setelah selesai Nay pun bergegas kekamar nya untuk beristirahat. Karena hari ini cukup melelahkan baginya. Apa lagi tadi ia sempat menangis disekolah karena Devan kekasihnya.

Nay pun sampai dikamarnya yang bernuansakan biru laut yang disertai foto dirinya yang mengenakan Dress berwarna putih yang membuat dirinya terlihat sangat anggun.

Nay pun membaringkan tubuh nya dan menatap langit2 atap rumah nya. Dan sesekali mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.

Nay sangat tidak menyangka, Devan masih mengkonsumsi barang terlarang itu. Nay merasa gagal menjadi kekasih Devan. Ia masih belum bisa merubah Devan untuk tidak lagi mengkonsumsi itu.

Sudah berbagai cara sudah Nay lakukan, supaya Devan berhenti untuk itu. Tapi masih saja Devan mengkonsumsinya dengan alasan sama.

Tapi semua itu tidak mengurangi semangat Nay untuk merubah Devan menjadi yang lebih baik lagi.

Tidak terasa butiran bening yang berasal dari pelupuk matanya kini mulai berjatuhan. Tetes demi tetes air matanya telah membahasi wajah nya.

"Harus dengan cara apalagi Dev? Kapan kmu berhenti ngobat dan  minum2 alkohol?". Ucap nanya di tengah isakan nya.

Selang beberapa menit tangis Nay pun mereda dan seketika ia tertidur dengan wajah pucat nya.
***

Pinkie PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang