"Feb, aku turun di bengkel depan yah." Libra memainkan sebuah game di Smartphonenya, Tap Tap Dash. Game itu baru beberapa hari ia unduh, tapi sekarang dia sudah berada pada level 652 dari 1000 level. Pencapaian terbaik dibanding teman-temannya yang lain. Ia sesekali mengumpat jika binatang-binatang bersuara lucu dan super cepat dalam game itu terjatuh ketika hampir mendekati garis finish.
"Kenapa ga langsung kesekolah? Mau bolos lagi?" Febri sesekali melirik Libra yang sedang sibuk dengan ekor matanya.
"Yeyy!!" sorak Libra dengan gembira, dia baru saja menaikkan sepuluh level gamenya. Puas dengan pencapaiannya, ia keluar dari game itu dan menyimpan kembali Smartphonenya pada saku celananya. "Kamu bilang apa tadi, Feb?" Libra menyandarkan dirinya pada jok dan memerhatikan Febri.
"Kenapa ga langsung kesekolah? Mau bolos lagi?" Febri mengulang kembali pertanyaannya.
Libra membenarkan duduknya, mencari posisi yang nyaman. "Ngga lah. Itu mau ambil motor aku yang kemarin dititipin." Febri mengangguk-anggukkan kepalanya dan ber'oh' ria.
Tiba-tiba, Libra duduk dengan tegak. "EH!! Kiri kiri!" seru Libra sambil menirukan bagaimana jika seseorang yang akan turun dari angkot.
"Emang, aku supir angkot apa?" oceh Febri sambil menepikan mobilnya perlahan.
Libra terkekeh mendengar ocehan Febri. Dibukanya safebelt yang menahan dirinya kemudian keluar dari mobil. "Kamu duluan aja. Ga usah nungguin aku."
Febri menaikkan sebelah alisnya, "Bener ga usah?" tanpa menunggu lama, Libra dengan cepat menjawab.
"Iya, ga usah. Sana sana!" jawab Libra sambil mengayunkan tangannya mengisyaratkan agar Febri pergi.
***
Sesampainya di sekolah, Libra lansung ke lokernya. Hari ini mata pelajaran jam pertama dan kedua yaitu olahraga, jadi seragam sekolahnya akan ia masukkan kedalam loker. Ia juga memiliki beberapa novel yang baru ia beli dan akan ia simpan sementara dan akan ia baca nanti setelah selesai dengan novel sebelumnya.
Dimakasukkannya barang-barangnya kedalam sana, merapikan tumpukan novel yang sebelumnya berantakan dan sesekali membersihkan sarang laba-laba yang mulai terangkai di sudut-sudut lokernya.
Mata Libra tak sengaja melihat sebuah benda yang tertempel pada pintu loker bagian dalam. Ia mengerutkan keningnya menatap benda itu, setangkai mawar hitam yang masih segar dengan selembar kertas kecil yang diikatkan pada tangkainya. Libra mengambil bunga yang ternyata kesukaannya itu dan membaca tulisan yang tertera pada kertas.
'Save me, please.' Libra tersenyum simpul melihat tulisan itu, diatas kata itu terdapat tulisan nomor satu yang cukup besar dan diakhiri dengan emoticon smile.
Libra menengok kesekitar, namun tidak ada seorangpun di tempat itu selain dirinya. "Kerjaan siapa nih?" ia kembali tersenyum dan meletakkan mawar tersebut pada keranjang kecil samping tumpukan novelnya.
***
Semua siswa kelas XI IPA 3 segera berkumpul di lapangan basket setelah bel tanda jam pelajaran pertama berbunyi. Pak Syamsi, guru olahraga yang mengambil alih seluruh kelas XI memberikan perintah untuk segera memulai pemanasan.
Dengan segera teman sekelas Libra membentuk barisan untuk pemanasan.
Pak Syamsi sedari tadi lebih awal melakukan pemanasan, memberikan contoh yang baik untuk anak didiknya. Pak Syamsi juga merupakan guru favorit seluruh siswa karena pembawaannya yang santai namun tetap ditakuti.
Setiap akan memulai permbelajaran yang lebih didominasi praktek, guru idola tersebut selalu menebarkan senyumnya yang membuat siswanya tambah semangat dalam berolahraga, seperti sekarang ini.
"Libra?" Pak Syamsi tersenyum pada Libra, dan Libra membalasnya sopan. "Ya, Pak?".
Pak Syamsi berdiri tegak, membuka kakinya selebar bahu dan kedua tangannya masing-masing berada di pinggulnya. Membengkokkan badannya ke kiri dan kanan, melanjutkan pemanasannya. "Pimpin pemanasan hari ini!" Libra mengangguk patuh. "Oh ya, katanya di kelas ini ada siswa baru." Pak Syamsi mengedarkan pandangannya pada barisan siswa di depannya. "Yang mana?".
Daiki mengangkat tangannya, "Saya, Pak." Katanya sedikit berteriak karena berada pada barisan paling belakang.
Pak Syamsi tersenyum setelah menemukan anak baru itu, "Pimpin juga pemanasan hari ini dengan Libra." Daiki tersenyum, bukan membalas senyum Pak Syamsi. Tapi ia tersenyum karena dipasangkan dengan Libra untuk memimpin pemanasan.
Dengan segera Daiki maju ke depan barisan sekelasnya. Ia menoleh menatap Libra yang sedang memperbaiki ikatan rambutnya. Detak jantungnya seketika meningkat saat ia kembali sedekat ini dengan Libra, perempuan yang Daiki rasa sangat ingin dia lindungi.
Pak Syamsi mundur beberapa langkah. "Ya mulai!!" Libra dan Daiki pun mulai pemanasan dengan hitungan yang keras.
Satu... dua... tiga... empat... lima... enam... tujuh.. delapan.
***
Pak Syamsi kembali berdiri dihadapan murid-muridnya. "Siapa disini anggota team basket selain Libra dan Rocky?" tanya Pak Syamsi dengan menggenggam daftar nilai di tangan kirinya dan pulpen di tangan kanannya.
Siswa yang lain saling memandang, "Ga ada lagi, Pak." Jawab mereka.
Daiki tak berkata apa-apa, padahal di sekolahnya dulu ia menjabat sebagai kapten basket. Ia hanya tak ingin kalau sekelasnya mengatainya pamer karena jabatannya dulu. Biarlah mereka yang menyadarinya sendiri. Toh pertanyaan Pak Syamsi memang ambigu, Daiki kan bukan anggota team basket sekolah ini, jadi untuk apa ia menjawab.
"Baiklah kalau begitu." Pak Syamsi menggulung daftar nilai di tangannya dan memukul-mukulkannya pada tangannya yang sudah tidak memegang pulpen. "Hari ini kita akan melakukan salah satu olahraga cabang bola besar, yaitu bola basket. Sebelumnya kalian akan bapak bagi menjadi dua kelompok." Pak Syamsi nampak mengamati murid-muridnya satu persatu.
"Kelompok pertama Rocky, Rika, Jennie, Lisa, dan... siapa nama anak baru tadi?" Pak Syamsi bertanya pada Rocky yang berada di sisi kirinya. "Daiki, Pak." Rocky menjawab.
Pak Syamsi mengangguk, "Ya, dan Daiki. Kemudian yang akan menjadi lawan kalian yaitu Libra, Kevin, Caterin, Arga, dan Rose. Sisanya akan bapak bagi lagi setelah kedua kelompok ini selesai."
"Silahkan berada pada posisi kalian masing-masing." Kedua team itu pun berlari masuk kelapangan dan sesaat mendiskusikan tentang posisi untuk menyerang.
Di team Daiki, Rocky di percaya sebagai center, mengingat dirinya salah satu pemain basket sekolah yang sudah pasti sudah baik dalam hal ini. Daiki, ia berada di posisi Small foward. Sementara di team lawan, Libra yang berada di posisi center, yang bertugas menyerang, juga menerima bola dan menembakkannya ke ring lawan.
***
Happy reading!!
Jangan lupa vote dan commentnya yah ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Terakhir
Teen Fiction"Jika hatiku merasa engkaulah takdirku, namun dirimu ditakdirkan dengan yang lain. Aku bisa apa?" Daiki tersenyum pilu, "Aku hanya bisa melihatmu bahagia."