Bagian 4

32 4 0
                                    

Seorang pria muda sedang duduk termenung di balkon rumahnya.Memandang ke langit berharap sesuatu dapat kembali.Ia teringat peristiwa 1 tahun yang lalu saat ia masih kelas 3 SMA,peristiwa yang sangat sulit ia lupakan.

Flashback On. . .

Viro mendapat telepon dari seseorang untuk menemuinya di suatu tempat tak jauh dari rumahnya.Saat itu diam-diam adiknya menguping pembicaraan mereka.Karena terus penasaran adiknya menguntit tanpa di ketahui oleh Viro.Sesampainya di sebuah gubuk kecil,Viro menemui seseorang di telepon tadi,orangnya tidak terlalu jelas karena itu malam hari,yang terlihat hanyalah ia seorang pria berpakaian serba hitam dan memakai topi hitam.Adiknya bersembunyi di balik pohon besar mengamati gerak-gerik mereka.Tanpa di sangka pria berpakaian hitam itu memukul tengkuk Viro dengan bata lalu membawanya ke dalam gubuk itu,entah apa yang di lakukannya.Tanpa berfikir panjang adik Viro lari menuju gubuk tua itu.Gubuk itu di dalamnya berbentuk persegi dan kebetulan lampunya terang,tapi yang ia lihat kosong tak ada siapapun,hanya sebuah karpet besar.
"Ini aneh seharusnya mereka ada disini." fikirnya.

Karena tidak menemukan sesuatu ia memutuskan untuk pulang.Ia melewati setiap gang,jalanan juga sepi karena hari sudah malam.Malam itu terasa sangat gelap dan sangat sepi tak ada suara kendaraan dan jangkrik,hanya suara angin yang berhembus diantara pepohonan.Sejenak ia berfikir,tiba-tiba ia teringat sesuatu.Tanpa berfikir panjang ia berlari menuju gubuk tua tadi.
"Kenapa aku sampai lupa jika kak Viro ada disana ?" gumamnya.

Ia berlari dan terus berlari hingga akhirnya sampai di tujuan.Ia langsung membuka pintu gubuk tua itu dan mengobrak-abrik barang yang ada,dilihatnya sebuah lemari perlahan ia mendekat dan terus mendekat,dengan cepat ia membuka pintu lemari.
"Ceklek."
Kosong tidak ada apapun.Tapi ia tetap menelusuri ke seluruh ruangan mungkin saja ada jejak yang tertinggal.

Hanya sebuah karpet besar.Tapi saat ia menginjak karpet itu ada yang aneh."Ada apa di bawah sana ?" fikirnya.

Dengan sangat penasaran ia membuka karpet itu.Dan...benar saja,dibawah karpet itu ada sebuah pintu rahasia.Lalu ia membuka pintu itu dengan tergesa-gesa.Bau darah segar menyeruak ke atas.Ia khawatir,ia kalut,fikirannya pun melayang entah kemana.Di bawah sana ada seorang pria muda yang kepalanya sudah di penuhi oleh darah.
Ia menelan ludah,ketakutan melingkupi hati dan fikirankannya.Dalam hati ia berkata "Semoga ini hanya halusinasiku saja,a...aku tak bisa menerima kenyataan."

Tap

Tap

Tap

Derap langkah kaki Vicky yang perlahan mendekat.Mendekati kenyataan pahit yang mungkin belum siap di terimanya.Terlihat sorot matanya yang sayu,bibirnya pun kelu tak mampu berucap.Matanya berkaca-kata tak sanggup melihat hal tragis di hadapannya.
"Ka...kakak..."
Vicky mendekati Viro yang sudah terkapar tak berdaya.Hatinya hancur,lebih sakit dari pada terkena bom.
Ia berusaha mendekati kakaknya,kakinya hampir tak sanggup untuk berdiri lagi.Akhirnya ia jatuh ke lantai.Perlahan namun pasti air matanya lolos begitu saja.Tenggorokannya tercekat,bahunya berguncang,isak tangis keluar dari mulutnya.
"Kakaaaaaaak....hiks hiks hiks.....jangan tinggalkan aku kak...hiks hiks hiks."
Ia memeluk kakaknya tak peduli darah menempel di bajunya.
"Hiks...hiks...kakak jangan tinggalkan aku,kau saudaraku satu-satunya kakak terbaikku satu-satunya,jika kau meninggalkanku lalu siapa yang akan menemaniku hiks...hiks kak,kau yang selalu mendengarkan curahan hatiku meyakinkanku untuk percaya padamu.Aku tak bisa percaya pada orang lain hiks jangan meninggalkanku di dunia yang penuh kebohongan ini kak hiks hiks...hiks..."
Ia menangis cukup lama,tak sanggup lagi berkata-kata.Ia memang seorang lelaki,tapi ia tidak bisa untuk tidak menangis jika di hadapkan hal seperti itu.
Ia memejamkan matanya menetralkan fikirannya,menenangkan hatinya tuk sekejap berharap keajaiban datang.Tapi itu mustahil.
Lalu ia memutar otak mengingat kebersamaan saat masih bersama kakaknya.Kakak yang paling di sayanginya telah meninggalkannya dalam sekejap mata.
Tanpa di fikir kakaknya sudah mati ia bercerita.
"Kak,ingat tidak saat kita berwisata di perkebunan teh,kita berlarian disana,memang waktu itu aku sangat nakal,kau mengejarku karena aku yang terus mengejekmu,aku berlari tidak melihat ke depan tapi aku melihat kearahmu,dan akhirnya aku jatuh ke kandang sapi.Hhh lucu ya."
Lalu tiba-tiba Vicky teringat seseorang yang tadi memukul Viro.Tangan Vicky mengepal dengan kuat,rahangnya mengeras.
"Kau...kau...beraninya kau tega membunuh kakakku." teriak Vicky dengan keras.
"Aku...aku akan membalaskan dendam.Kematian kakakku harus di bayar dengan nyawamu !" ucapnya dengan suara lantang dan matanya bak api yang berkobar-kobar.

You Who Not SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang