Benih Cinta yang Tumbuh

54 5 2
                                    

Berbulan-bulan lamanya aku mendengarkan cerita-cerita senang dan sendunya, mengajarkanku bagaimana cara untuk hidup lebih baik. Caranya berbicara membuat sisi sprititualku gundah, kosong, dan seakan-akan lupa akan sang pencipta.

Dengan hati tulus aku selalu memberinya semangat untuk berjuang kembali, dan bangkit. "Karena sesungguhnya orang yang kuat itu bukan orang yang tidak menangis, melainkan ia menangis tetapi dia bisa bangkit lagi."

Suatu hari, aku duduk bersamanya aku mendengarkan keluh kesalnya terhadap cinta. Dengan penasarannya, dia bertanya "apasih bedanya aku cinta kamu, sama aku suka kamu?," tanyanya yang mengingatkanku atas sebuah kata-kata bijak yang pernah ku tahu, dan terjawab oleh sang Buddha. Kujawab "ketika kamu menyukai bunga, kamu akan memetiknya, jika kamu mencintai bunga kamu akan merawatnya."

Aku mulai memikirkan mengapa dia bertanya kepadaku seperti itu, dengan tatapan matanya yang kulihat berbinar. Di dalam tidurku aku selalu menanyakan itu, dan menjadikanku terjebak dalam dunia "Baper" yang tak ada habisnya.

Munculah sebuah rasa keraguan mengingat perbedaan kita yang jauh drastis. Ketakutanku akan cinta yang berujung kesakitan selalu menghantui hari-hariku.

Hari-hari kulewati dengan "Positive Thinking" dan selalu bersyukur kepada Tuhan, seperti mengisi sisi spiritualku yang seakan-akan haus akan ilmu.

Ku temukan aku sedang jatuh cinta padanya, yang aku rasa dia juga. Senang rasanya selalu dicintai dan mencintai.

-Hariku yang membahagiakan, sekaligus menakutkan-

Gugurnya Cinta yang Mengembalikanku Pada-NyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang