laki-laki aneh (Adip(1))

215 10 20
                                    

Aku suka musik. kayak hidup tuh bakal ada yang kurang kalo gak dengerin musik.

Apalagi yang akustik dan lebih enak lagi kalo itu instrumental. cuma alunan musik aja gitu gak ada liriknya.

Seru aja kayaknya ketika kamu bisa bayangin seperti apa lirik yang di hasilkan dari musik-musik yang berbicara menyapa rumah siput dalam telinga.

Biasanya, aku selalu lakukan hal ini untuk mengusir jenuh di tengah banyaknya tugas dan pekerjaan rumah dari dosen yang harus aku kerjain.

Perangkatnya simpel. cuma earphone sama hape terus mojok di sudut perpustakaan kampus.

Selebihnya biarkan imajinasiku yang membentuk liriknya. Atau kadang bisa tambahin pulpen kadi kalo ada ide lebih bisa jadi lirik buat nyumbang materi lagu baru buat diobrolin bareng sama Fauzi atau gak Windhu. Atau pas kebetulan lagi maen ke tempatnya Kak Danen.

Kayak sekarang nih harusnya jam sembilan ada kelas anfisman terus last minute dosennya WA aku bilang dia gak bisa ngajar dan materi hari ini dikirim ke email kelas.

huftttt

Aku nolak ajakan anak-anak untuk pulang karena males dan memutuskan ke perpus di deket graha utama kampus. langsung cuuuus mengambil tempat paling pojok dekat buku-buku filsafat.

Kenapa?

Soalnya tempat itu paling enak karena raknya tersendiri gitu dan gak banyak orang paling banter satu atau dua orang gitu.

Selain itu tempat duduknya pas dibawah pemancar wifi jadi kenceng wkwkw.

Puas deh aku seluncuran di youtube.

Saking asyiknya aku mulai gak peduli sama sekitar. Karena sepi kerasin aja kali ya volumenya.

Toh juga cuma aku yang denger. hehe.

Tiba-tiba ada yang narik earphoneku dan ngebuat aku sadar kalau di depanku sekarang udah banyak buku-buku yang gak tahu buku apa terus ada gitar nyangsang disitu.

Emangnya boleh ya masuk perpus bawa gitar?

"Maaf sebelumnya, saya terpaksa narik earphone kamu. Dari tadi saya panggilin gak nyaut-nyaut. Saya mau duduk disini, boleh gak?"

Dengan sedikit kesal, Aku melirik laki-laki ini. Mengisyaratkan padanya untuk bisa duduk di kursi depanku. Aku melirik sekitar dan menyadari masih banyak kursi kosong.

Kenapa dia justru duduk didepanku?

Aku hendak memasang kembali earphoneku ketika aku mendengar suaranya lagi.

"Volumenya bisa kali dikecilin. Keras banget sampe saya bisa dengar dari sini."

Aku menyelipkan kembali earphone itu dan entah mengapa aku menuruti perintahnya untuk mengecilkan volumenya.

Lalu untuk puluhan ribu detik ke depan tidak ada yang memulai konversasi diantara kami.

Hanya sayup-sayup musik dari earphoneku dan Dia yang sibuk berkutat dengan buku-buku itu.

Dia sibuk membolak-balikkan buku itu. Meskipun sedang memakai earphone, Aku masih bisa mendengar suara kertas yang dibalik.

Membuat konsentrasiku menguap.

Mendadak moodku hilang. Dan memutuskan untuk beranjak dari tempat itu.

Aku menangkap tatapan herannya padaku ketika bangkit dari duduk.

Dasar laki-laki aneh. Pikirku sambil berjalan keluar perpus.

Short CompilationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang