Brian Damay

20 3 0
                                    

"Kok gak di makan? Gak enak ya?"

Ucapan Brian barusan membuyarkan lamunan Damay. Membuatnya sadar bahwa sedari tadi kedua tangannya hanya memegangi sendok dan garpu tanpa sedikit pun menyentuh nasi goreng ikan asin di depannya.

"Eh, gak kak. Aku cuma lagi mikir. Hehe, lagi... mikir."

"Kalo aku perhatiin kamu sering banget diem, diajak ngomong ga nyahut. Kamu gak apa-apa 'kan?"

Damay menyunggingkan senyumnya lagi, berusaha meyakinkan Brian kalau dia baik-baik saja.

"Kak, kapan festivalnya ya? Aku mau nonton."

Brian menyendokkan nasi goreng itu ke dalam mulutnya seraya berusaha mengingat. Lalu dia menatap lurus ke arah Damay.

"Dua minggu lagi, sih, May. Ciyeee mau nonton. Eh, btw itu bandnya Agas apa sih namanya?"

"101... ya pokoknya ada wan wannya gitu dah."

"Oh yang vokalisnya pacarnya Lana." Brian tersenyum geli ketika mengatakannya.

"Hah, Lana pacarnya si Jaelani? Bentar ini tuh beneran Lana anak musik klasik 'kan?"

Anggukan kepala Brian menjadi jawaban Damay. Sambil memakan suapan demi suapan nasi gorengnya, Damay kembali terdiam. Kembali dipenuhi pikiran bagaimana orang yang berisiknya minta ampun kek Jaelani bisa pacaran sama Lana yang kek putri solo.

"Udah makan aja dulu habis ini kita ke studio yuk. Anak enam hari pengen kenalan."

"Lah, kan dah pada kenal. Kok kenalan lagi." Damay bisa menangkap dari sudut matanya kalau Brian sedang tersenyum jahil.

"Kenalin kalo kamu pacar akulah."

Damay mengangkat tangannya sebagai ancang-ancang memukul Brian dengan sendok ditangannya. Brian dengan sigap menahannya.

"Galak bener dah pacarku ya kieww." Brian menjawil dagu Damay dan mengerling jahil.

"Kak, udah ah geliiiiii. Jijik anjir."

"Jijik-jijik awas ya kalo dicium ga nolak."

"KAK BRIAN!"

Damay rasanya ingin sekali menceburkan Brian ke kali di belakang warung nasi goreng ini.

Short CompilationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang