Kikuk(Piyan(2))

44 8 15
                                    

"Iya, cerewet ini masih otw ke sekre kenapa sihh?"

"Buruan, gue gak ada temen ini."

"Yang lain kemana emang? Boleh emang masuk ke sana?"

"Bolehlah, Adip gak ngelarang kok. Udah buruan sini."

"Ya, sabar Danendra Wijaya. Udah matiin telponnya."

Piyan langsung saja menyalakan mesin motornya dan melaju ke tempat yang di maksud
Danen.

Kurang lebih lima menit naik motor, Piyan memarkirkan motornya di depan sekre dan berjalanㅡsedikit berlari kecilㅡ ke dalam sekre.

Nihil.

Tidak ada siapapun disini. Hanya ada satu orang yang tengah menutupi wajahnya dengan jaket dan tertidur di kursi sekre.

Piyan membatin. kurang asem banget di suruh cepet-cepet malah molor disini.

"Bangun!!! Kak Danen... Banguunn!"

Piyan menarik kasar jaket hitam yang menutupi wajahnya. Ia langsung menyesal ketika tahu orang yang tengah tertidur di depannya bukanlah Danen.

Melainkan Kak Adip.

"Aduh, siapa nih yang gangguㅡ eh, piyan?" Kak Adip mengerjapkan matanya. mengumpulkan kesadarannya.

"Aduh, kak maaf yaa. Aku ga tau. Aku kirain Kak Danen." Ucap Piyan dengan nada laiknya anak kecil yang ketahuan mencuri permen. perlahan dia menaruh jaket yang dipegangnya sangat hati-hati seolah jaket itu adalah guci mahal.

Adip malah terkekeh. Piyan malah jadi bingung kenapa tiba-tiba Adip malah terkekeh geli.

Apa ada yang lucu? Batinnya.

Adip duduk dan memperbaiki posisinya, memastikan bahwa kesadarannya telah sepenuhnya terkumpul. Menatap gadis itu yang masih tak bergerak dari posisinya.

"Kalo gitu, Kak Adip lanjutin aja tidurnya. Aku balik aja ya."

"Lah, terus kamu bisa ke sini itu gimana ceritanya?"

"Katanya Kak Danen minta temenin.. dia bilang sendirian di sekre jadi ya udah aku kesini aja. Udah ya.. aku balik aja."

"Udahlah kamu disini aja. Danen emang kesini tadi. Cuma habis itu  keluar bareng anak bem mau nyari printilan belum balik sampe sekarang. Aku sampe ketiduran gara-gara capek selesai ngoreksi laporan."

"Oh, gak apa-apa nih kak?"

"Ya, gak apa-apa lah. kenapa emang?"

"Aku 'kan bukan anak teknik.."

"Kamu lagi bareng sama ketuanya udah santai aja."

Piyan merasa sedikit kikuk. Bagaimana pun dia belum terlalu mengenal laki-laki itu. Mana dia pernah menyebutnya dengan sebutan laki-laki aneh. Dia jadi gak enak hati.

"Kalo mau cemilan atau minuman ada di pantry ambil aja."

"Hehe, gak apa-apa kok.. Santai aja, Kak."

Adip bangkit dari duduknya, dan berjalan masuk ke ruangan kecil yang ada di pojok dekat pantry. Sembari menungguㅡPiyan sendiri tidak yakin apakah dia harus melakukannyaㅡdia mengeluarkan ponselnya.

Senyumnya terpampang jelas ketika tahu sinyal wifi sangat penuh.

Maka Ia memutuskan untuk berselancar ke youtube via ponselnya.

mendengarkan lagu indie kesukaannya. kali ini pilihannya jatuh pada richard orofino.

I heard you were looking like the moon
Flashing but your dark parts on the other side of you
So sad, I can't see you
I can't you see you

You said I was just another crack inside the wall
I said I know

And you said I was looking like another part of a hole
I said I know
Let me go, I'm not sure if I'm coming home coming home
Let me know, I'm not sure if I'm coming home

Kebiasaannya memasang volume yang tinggi pun kembali di ulangnya. Ia larut dalam situasi itu.

Lagi-lagi, Ia tak menyadari bahwa Adip sudah berdiri di sebelahnya.

Bahkan sampai Adip duduk disebelahnya pun, gadis itu tetap sibuk dengan dunianya.

Adip melirik ke ponsel gadis itu. Sedang sibuk mendengarkan lagu.

"Suka indie juga, yan?" Tanya Adip dengan suara yang agak keras. Gadis itu berjengit ketika sadar dan mendengar suara Adip.

Ia menepuk pelan dadanya, melepaskan earphone dan mematikan sejenak lagunya. Gadis itu tertawa kecilㅡdan menurut Adip, dia manisㅡ kemudian merespon pertanyaannya barusan.

"Lumayan. Ada lah beberapa favorit aku kak."

"Pernah denger Sleeping At Last? Saturn, North sama Pluto.. bagus banget itu."

"Yup! tracknya mereka semuanya enak dan  soothing banget. jadi adem kalo dengerin mereka. Kakak pernah denger VSL?"

"Vancouver Sleeping Clinic? Yang mana?"

"Hear you, falling and lonely, cry outㅡ" Gadis itu melantunkan sedikit bagian lagu tersebut.

"Will you fix me up? Will you show me hope?" Sambung Adip ikut menyanyikan bagiannya. Dan mereka tertawa bersama.

Mereka terus menerus berbincang-bincang. Tanpa sadar bahwa sedari tadi ada dua oknum yang melihati ke arah Adip dan Piyan yang tengah bertukar konversasi.

"Sumpah ya, udah lama gak liat Adip sampe gitu banget senyumnya.."

"Mau taruhan gak? Kalo Adip ama Piyan bakal jadian?"

"Oke, gue yakin, Ga.. gue yakin mereka bakal jadian."

"Lihat aja nanti? Tapi, menurut gue mereka bakal berakhir kakak-adekan.. Sampe sekarang aja si Adip belum pacaran lagi setelah putus dari Saras."

"Pokoknya liat aja nanti. Kalau sampe mereka jadian.. Lima ratus ribu, ya?"

"Tiga ratus lah bro.. anak kos."

"Eek kucing, lo yang ngajakin taruhan!"

"Iya deh. Lima ratus." Dirga tersenyum kecut. Sementara Danen hanya tersenyum lebar seolah yakin dia yang akan menang.

Short CompilationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang