Memiliki chingu (sahabat) memang indah. Benar kata orang-orang kalau sahabat memang selalu ada didekatmu walau bagaimanapun keadaanmu. Begitulah yang kurasakan sekarang ini. Aku memiliki 4 orang chingu yaitu Yuri, Sooyoung, Seohyun dan Donghae. Mereka selalu disisiku di saat kapanpun aku. Di saat suka, duka atau bagaimanapun mereka ada disampingku.
Aku lupa menceritakan diriku. Namaku Im Yoona. Biasanya orang-orang terdekatku memanggilku Yoon. Aku menyukai pangggilan itu dan aku bahagia. Aku ingin memberitahu kapan aku mengenal sahabat-sahabatku ini. Aku mengenal mereka ketika aku kelas 3 SMP. Di saat aku memasuki kelas baru dan banyak teman-teman baru. Sementara teman-temanku yang sekelas denganku ketika aku kelas 2 SMP berbeda kelas denganku. Aku harus beradaptasi lagi dengan teman-teman baruku.
Setiap hari begitu membuat kami bahagia. Tawa suka selalu datang menghampiri kami. Tangis duka juga sering datang ketika kami remedial ujian. Semua orang di kelas kami pun mengetahui bagaimana kekompakan kami. Aku benar-benar bahagia dengan semua yang kualami.
Walaupun aku memiliki sahabat, aku masih belum berani mengakui bahwa aku menyukai seorang pria di kelas kami. Nama pria itu Kyuhyun. Aku pernah melihat Kyuhyun ketika kebaktian sekolah yang diadakan di gereja. Waktu itu aku duduk di kelas 2 SMP. Aku duduk bersama uri chingu (teman-temanku) di bangku yang menghadap ke timur sedangkan dia duduk bersama teman-temannya di bangku yang menghadap ke barat. Posisi kami duduk langsung berhadapan. Kyuhyun melihatku dan aku juga melihatnya. Entah mungkin karena belum saling mengenal kami sama-sama tidak peduli dan kembali fokus pada kebaktian kami.
Aku makin mengenali Kyuhyun karena kami sekelas. Awalnya aku tidak terlalu menyukainya. Tapi Kyuhyun terus mengerjaiku. Aku kesal karenanya, namun kekesalanku memberikan rasa suka pada dia. Aku mulai tertarik pada Kyuhyun.
“Yuri, kau lihat kertas ujian matematikaku ga?” tanyaku pada Yuri.
“Ga Yoon. Kertasmu hilang?” tanyanya balik.
“Iya. Seingatku tadi ku bawa lah. Kok jadi hilang ya? Otokkhe (Bagaimana nih)?” tanyaku. Aku hampir menangis.
“Udah. Jangan nangis Yoon. Entah kelupaannya kau membawanya.” ucap Yuri.
Tiba-tiba Kyuhyun datang. Dia membawa sebuah kertas dan memberikannya padaku.
“Nih, kertasmu. Aku curi kemarin.” ucap Kyuhyun santai lalu meninggalkan kami.
Aku bengong. Sesaat kemudian aku marah-marah tidak jelas. Yuri menertawaiku. Aku menundukkan kepalaku dan menyadari betapa bodohnya aku. Tapi aku bersyukur kertas ujianku tidak hilang. Syukurlah.
Aku semakin menyukai Kyuhyun. Dia namja (pria) pintar, tampan. Namun dia suka mempermainkan yeoja (wanita). Aku tidak mempermasalahkannya. Namun sekarang dia sebangku dengan sahabatku Yuri. Aku cemburu melihatnya bersama Yuri. Kyuhyun adalah first loveku dan aku marah. Aku sempat kesal pada Yuri dan menyebabkan kami berjauhan.
“Yoon, kamu kenapa dengan yuri? Kalian sepertinya bermusuhan. Ada apa?” tanya Seohyun.
“Tanya saja sama dia sendiri.” balasku.
“Arraseo (Baiklah). Aku akan menanyakan kepadanya.” balas Seohyun.
Esoknya, Seohyun menanyakan hal itu kepada Yuri. Sooyoung dan Donghae juga menanyakannya. Mereka kesal karena kami bermusuhan. Tiba-tiba yuri menghampiriku. Aku hanya memandangnya kesal.
“Yoon, kau suka sama Kyuhyun kan? Jawab saja. Aku hanya ingin mengetahuinya.” tanya Yuri.
“Ne (Iya). Memangnya kenapa?” ucapku ketus.
“Jadi kau cemburu melihatku berdekatan dengan Kyuhuyun.?” goda Yuri.
“siapa bilang, aku sama sekali tidak cemburu” kataku bohong pada yuri.
“udah, nggak usah bohong, dari wajah kamu, aku udah tau kalau kamu suka sama kyuhyun, asal kamu tau ya, aku tuch bukan teman makan teman, aku udah tau kalau kamu suka sama kyuhyun, biarpun aku dan kyuhyun berdampingan duduk. Aku Cuma anggap dia teman nggak lebih” ujar yuri.
“kenapa sich kamu? Aku kan udah bilang aku nggak cemburu lihat kalian berdua” bentakku pada yuri
Tiba-tiba kyuhyun datang menghampiri kami berdua
“ada apa nih? Ri? Na?” tanyanya pada kami berdua
“nggak ada apa apa koq” kata yuri lalu pergi meninggalkan kami berdua.
Saat ini aku dan kyuhyun hanya diam tak bersuara, dia memandangku dengan sedikit canggung, tiba-tiba aku mencoba berani memulai pembicaraan dengannya.
“a..a.aa.a aku pergi dulu ya?” kataku gugup
“mau kemana?” tanyanya.
Next Part 2