Hantu Nancy 2

18 2 0
                                    

Nama Nancy tidak bisa dipisahkan dari sosok Mang Ucha, pengurus sekolah yang sekaligus merupakan kuncen. Menurut cerita anak Pramuka angkatan 92-an, mereka sering harus meminta bantuan Mang Ucha untuk ‘mengamankan’ Nancy agar tidak mengganggu kegiatan Pramuka yang kebetulan bertempat di lantai atas dan malam hari pula. Begitu juga menurut unit kegiatan lain yang sering mengadakan uji keberanian ‘Jurit Malam’ seperti Keamanan Sekolah. Menurut mereka ketika maghrib Mang Ucha sudah mulai memindahkan Nancy dari tempat peraduannya di lantai atas ke tempat lain yang relatif lebih ‘aman’ yaitu ke sekitar WC putri di bagian belakang SMA 3. Disanalah Nancy harus menghabiskan malam dengan se-krat bir sebagai ‘sesajen’. Duh, hantu kok suka mabuk sih, kirain pendekar doang yang suka mabuk. Tapi jangan salah, syarat ini harus dipenuhi sebab kalau tidak, bisa-bisa teteh Nancy mengamuk seperti yang –kalau saya tidak salah sih- pernah terjadi tahun 90-an dan menyebabkan beberapa orang panitia kesurupan. Tapi kealpaan seperti ini tidak pernah terjadi lagi kok, jadi jangan ragu untuk datang ke acara-acara SMA 3 atau SMA 5 ya.
Cerita-cerita angker di bangunan Jl.Belitung no.8 tidak hanya bersubyek Nancy saja, ada juga cerita-cerita poltergeist atau tokoh-tokoh lain seperti pastor dan perwira Belanda yang sebenarnya mungkin juga merupakan teman sepermainan Nancy. Di sekitar awal tahun 90-an misalnya, tersebutlah seorang Kepala Sekolah SMA 5 yang tentu sangat berdedikasi sebab beliau masih bekerja walaupun hari sudah malam, atau bisa jadi dia Kepala Sekolah baru jadi belum tahu tentang cerita-cerita dari balik dinding sekolah. Pokoknya beliau sedang asyik bekerja ketika dia mendengar suara tangisan perempuan dari lantai atas. Wah kasihan, kata beliau dalam hati, pasti itu siswi yang menangis karena putus cinta. Dengan itikad baik menenangkan hati sang siswi, Bapak Kepsek menghentikan pekerjaannya mengetik dan naik ke lantai atas. Ternyata di lantai atas sudah gelap gulita dan jagoan kita tidak menemukan siapapun. Di tengah keheningan dia mendengar bunyi mesin tik dari lantai bawah. Ngajak becanda dia, pikir Pak Kepsek  sambil turun ke lantai bawah mendekati suara mesin tik yang ternyata bersumber dari ruangannya sendiri. Tapi apa yang terjadi saudara-saudara? Ketika Pak Kepsek membuka pintu ternyata tidak ada siapapun yang menjalankan mesin tik itu…
Malam itu sebuah nama bergema di lorong-lorong sekolah: “MANG UCHAAAA…!!!”
Cerita yang akan saya paparkan berikut ini terjadi pada angkatan 91 dan lumayan heboh karena saksi matanya tidak hanya satu dua orang tapi 40-an orang alias sekelas. Jadi ceritanya anak-anak kelas ini masuk siang sehingga banyak ruangan yang kosong, lalu mereka semua kompakan pindah ruangan ke kelas di lantai atas. Supaya guru yang akan mengajar tidak mencari-cari maka dikirimlah ketua kelas untuk memberitahu. Setengah jam berlalu tapi guru yang mengajar belum juga datang, sementara anak-anak memanfaatkan waktu kosong dengan bermain gapleh, ketepel, gigitaran dan permainan kreatif lainnya. Tiba-tiba saja sang Guru datang dengan wajah merah padam bersama seorang guru lain, lalu dengan suara menggelegar beliau mendamprat anak-anak habis-habisan. Rupanya sudah setengah jam beliau mencari anak-anak ke semua kelas termasuk ke kelas-kelas di lantai atas tapi tidak menemukan mereka, bahkan beliau sampai meminta bantuan guru lain untuk mencari. Kontan 40 murid kebingungan karena mereka yakin sekali mereka tidak kemana-mana, lagipula menurut mereka dengan semua keributan yang mereka timbulkan mana mungkin sih si guru tidak mendengar. Tapi kisah ini berakhir dengan hukum jemur untuk para siswa yang mungkin sampai sekarang masih tetap merasa tidak bersalah. Hmm, sebenarnya itu mata dan telinga guru yang ‘ditutup’ atau 40 anak yang ‘ditutup’ ya..
Kisah berikut ini terjadi pada anak-anak Keluarga Paduan Angklung (KPA) SMA 3 juga di awal tahun 90-an. Untuk menyempurnakan penampilan mereka anak-anak KPA ini rajin sekali berlatih. Ketika itu mereka sedang latihan di salah satu kelas di lantai atas, waktu menunjukkan sekitar pukul 3 tapi di luar langit sudah agak gelap karena mendung. Entah kenapa semua jendela ditutup rapat dan dikunci dari dalam begitu pun dengan satu-satunya pintu. Tiba-tiba saja, entah angin dari mana, dengan suara hentakan keras semua jendela dan pintu terbuka lebar. Sontak semua orang kaget termasuk para pelatih yang sudah berumur. Gimana ga kaget, lah ga ada angin ga ada hujan kok bisa-bisanya jendela yang tadinya dikunci bisa terbuka? Tapi dasar anak-anak, dalam suasana mencekam begitu masih saja ada yang becanda dan berkomentar: “Angin dalam..” Mungkin saja sih ‘penghuni lain’ sekolah merasa terganggu dengan aktivitas anak-anak ini dan memutuskan untuk unjuk gigi.

Hantu NancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang