Keluarga Kedua
Tak ada yang istimewa dari kelas ini. Apanya yang bagus dari kelas ini? Aku heran.
Dibilang kelas yang berisi orang-orang pintar, tidak.
Katanya, kelas ini bertitle A.
Tercakup anak-anak yang kalem dan rajin, tidak juga.Mereka bahkan berisik setiap saat. Kecuali jika sakit atau mengantuk sampai lelap tertidur.
Mengerjakan PR di rumah? Itu hanya mitos. Kata mereka, mengerjakan bersama lebih baik. Benar atau salah yang penting beramai-ramai.
Korsa yang disalahgunakan.
Dari semua itu, tentu saja kelas kami bukan kelas super, masuk dalam salah satu kategori saja tidak.
Tapi, ada satu hal yang kusukai dari kelas ini.
Sekolah adalah rumah kedua bagi semua pelajar. Yang paling penting dari rumah, adalah keluarga. Merasa saling memiliki sebagai keluarga yang utuh itu paling utama.
Seperti itulah mereka.
Saudara tak seayah dan seibu.
Hampir dua tahun bertemu, setiap hari, dengan dia-dia saja sampai sekarang.
Tidak tahu rasanya akan seperti apa jika tak ada mereka, setidaknya dapat melupakan sedikit penat yang disebabkan setumpuk tugas.
Pintar bisa diraih dengan membeli beberapa buku lalu mempelajarinya. Tetapi kekeluargaan, tak akan bisa dibayar dengan jumlah berapapun dalam mata uang apapun.
Begitulah.
Keluarga kedua.
Banyak sudah cerita, pengalaman, dan nasihat yang telah kami dapat.
Bukan keluarga namanya kalau tidak menghendaki yang terbaik satu sama lain.
YOU ARE READING
Pilihanku
Teen FictionKeluarga, teman-teman, juga orang lain dapat memberikan kamu pilihan. Tentang harapan, impian, dan cinta. Semua bergantung kepada keputusanmu. Hendak memilih jalan yang mana. Kritik dan saran sangat saya butuhkan, demi memberikan yang terbaik kedepa...