Kicauan merdu sendari tadi terdengar layaknya alunan melodi klasik. Cahaya putih tampak merambat masuk menerangi ruangan dengan warna putih yang mendominasi. Aroma obat-obatan yang pekat menjadi yang pertama menyambut sadarnya seorang gadis manis diruangan itu.
Matanya terbuka perlahan, tampak menyesuaikan pandangan terhadap cahaya diruangan itu. Meski pandangannya masih buram, ia dapat melihat seseorang berseragam putih yang tampak bergegas keluar. Ia tak ingin mengetahui apapun sekarang. Ia lebih memilih untuk diam karena rasa nyeri di kepalanya.
"Bagaimana mungkin?! anak itu sudah koma selama hampir 5 bulan" kali ini gadis kecil itu melihat seorang pria berpakaian rapi yang berjalan beriringan masuk dengan orang yang tadi sempat dilihatnya.
Gadis kecil itu sama sekali tak peduli dengan pembicaraan dua orang yang sama sekali tak dimengertinya. Ia hanya butuh apapun yang dapat mengurangi nyeri dikepalanya.
Sadar dengan ringisan pelan gadis kecil itu, satu dari mereka mendekat kearahnya dan sedikit memberikan penanganan.
"Suster, melihat kondisinya sekarang sepertinya dia sudah bisa pulang minggu depan" ucap pria itu kepada orang yang dipanggil suster tadi. Pria itu pun berbalik dan pergi menjauh setelah mendapatkan beberapa jawaban dari suster tadi.
❄❄❄
Hari ini adalah hari kepulangan gadis kecil itu. Hari ini pula usianya dinyatakan genap berusia 4 tahun. Dan mulai hari ini pula ia harus hidup mandiri, tanpa kehadiran orang tuanya dan tanpa kasih sayang yang berarti.
Suster yang selalu merawatnya mengantar anak itu sampai ke rumah yang pernah menjadi saksi kebahagiaannya.
Menuntunnya masuk adalah keputusan sang suster saat melihat anak itu hanya berdiri mematung di depan pintu.
"Nak, ada apa?" suster itu sedikit berjongkok guna melihat wajah mungil yang tampak kesepian itu.
"Hmm" gumamnya pelan.
"Aku--.
.
.--Tidak apa apa"
Bertahun-tahun telah berlalu, gadis kecil itu telah tumbuh besar dalam kesendirian.Sedikit membentuk pribadi baru dalam dirinya. Pribadi yang membuatnya tidak ingin berurusan dengan siapapun.
"Ma, pa, sachi tidak apa-apa disini. Sachi baik-baik saja" gumamnya sambil memeluk pigura kecil yang berisi fotonya dengan kedua orang tuanya.
Cairan bening menetes pelan dari matanya. Menunjukkan sisi rapuhnya yang selalu ia tolak.
Segera dihapusnya cairan bening itu dengan kasar. Bibir manisnya kembali berbicara."Besok hari pertamaku di kelas 9. Semoga hariku berlangsung dengan baik" dipandangnya foto itu dalam. Kemudian ia meletakkan foto itu dimeja kecil tepat disebelah ranjangnya.
Pyaaarrrrrrr....
Suara benda yang terjatuh memaksa gadis itu beranjak dari kamarnya dan berlari ke sumber suara.
Langkah kakinya membawanya ke dapur. Dilihatnya kedua kucingnya menggeliat manis di atas meja makan yang hanya berisi susu cair seukuran 2 liter. Matanya beralih menatap lantai, pecahan piring tampak berserakan dibawah sana.
"Nao, itu piring ketiga yang pecah hari ini," ucapnya tanpa ekspresi kepada salah satu kucing berbulu putih.
Tak tampak rasa bersalah dimata kucing putihnya itu. Kucingnya itu malah melangkah pasti kearah sekotak susu cair dan gadis itu mengerti dengan jelas maksud dari kucing putihnya. Kedua kucingnya pasti kelaparan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sachi No Hikari
Фэнтези[Fantasy & Romance] Sachi.. Seorang gadis cuek dan bersifat dingin yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya ketika masih kecil. Ia menjalani kehidupannya sendiri tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Sampai ketika iya berumur 14 tahun, banyak kejadia...