Member

48 7 10
                                    


Pukul 06 pagi, di ruangan yang baru. Baru saja kemarin kita bebenah di apartemen untuk pindah ke dorm yang teleh di siapkan oleh PD-nim.

"Heh! Pagi-pagi gini lo mau kemana?" sahut Hyomin.

"Iya ni, sudah rapih aja, tumben banget lo ga ngiket rambut lo" sahut Eunbyul

"Ah,, gue mau pergi bersama PD-nim"
Sahutku

"Omo, apa yang akan lo lakukan dengan PD-nim, jangan-jangan" Eunbyul mengatakan itu dengan candaan yang ia buat.

"YA!, lo pikir gue cewe apaan , gua mau pergi untuk mencari member baru, kalian mau pada ikut?" sahutku

"Ah, tidak gue sedang malas untuk pergi, gua hanya ingin tiduran saja" sahut Hyomin.

"Bagaimana denganmu Eunbyul?"

"Molla, gue mau ikut saja dengan Hyomin, Mianhe" sahut Eunbyul

Aku pun pergi ke big hit, di sana aku di sambut oleh PD-nim dan beberapa staf.

Di luar gedung sudah banyak peserta yang ingin ikut audisi.

"Anyeong," sahutku

"Anyeong, Jiyoo" sahut PD-nim

"Kau datang sediri? Dimana kedua temanmu?" sahutnya

"Ah,, mereka sedang beristirahat, kemarin mereka menulis lagu untuk grup ini" sahutku

"Ah,, oke. Silahkan duduk" sahutnya

Aku duduk di samping sang leader bangtan, aku mambantu PD-nim.

Melihat beberapa peserta yg ikut audisi ini, mereka mengeluarkan kemampuannya, mulai dari jam 7 pagi hingga 9 malam.

"Kamsahamnida, sudah membantuku, sepertinya kau sudah sangat lelah, pulang lah dan beristirahat" sahut PD-nim

Aku pun keluar dan memberi salam ke pada semua orang. Saat aku hendak keluar dari ruang pd-nim. Aku menabrak orang yang ada di belakangku.

Ia tinggi dan besar, kulit tanganya cukup putih, dengan sepatu conversenya dan baju robeknya.

"mianhe" sahutku

"aku ga bisa maafin kamu, kau telah merusak bajuku" sahutnya.

Aku tau siapa orang yang aku tabrak, aku mengetahuinya dengan mendegar suara beratnya.

"Ah, mianhe aku tak sengaja menabrakmu" dengan raut wajah kesalku.

"Kau harus ikut aku, untuk menganti rugi" sahutnya

Ia menarik lenganku, mambawaku ke rooftop.

"YA! Lepaskan tanganku" sahutku

"Ani, aku takkan melepaskan tanganmu" sahutnya

"Lihat, tanganku mulai memerah karnamu, lepaskan"

Pelahan-lahan ia melihat tanganku yang memerah dan mulai melepaskan tanganku.

Ia menunduk dan meminta maaf padaku

"mianhe, aku tak tahu kalau aku menarik lenganmu hingga memerah"

"Tak apa, aku juga tau maksudmu tidak begitu" sahutku dengan nada yang tinggi.

Di rooftop itu kita mengobrol hingga larut malam.

"Mengapa kau membawaku ke sini?" sahutku

"Aku hanya ingin memastikan bahwa kau bisa mengigatku" sahutnya

"Maksudmu bagimana? Aku tidak mengerti" sahutku dengan nada yang bingung

"ah,, molla, lupakan saja ucapanku itu" sahutnya. "aku sangat suka pemandangan kota seoul dari sini. Terlihat sangat indah" sahutnya kembali

A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang