Terbentuknya ADUH

65 13 6
                                    

   3 hari telah berlalu dari hari pertama MOS. Semua murid kelas sepuluh lega bukan main. Kini mereka tidak harus datang pagi-pagi menggunakan nametag besar yang bergelayutan di leher mereka. Sekarang mereka resmi murid SMA Harapan.

   Mading sekolah dipenuhi oleh murid kelas sepuluh. Mereka sedang mencari nama disetiap kolom kelas. Ada yang tampak sedih karena berbeda kelas, ada juga yang gembira karena sekela. Bahkan ada yang sampai berteriak jungkir balik.

   Adriat, Decha, dan Hernan kini resmi menjalin persahabatan. Dan untungnya mereka sekelas, X-4 IPA. Mereka mengambil tempat duduk dekat dinding, alasannya sih agar bisa beristirahat sejenak apabila kepala penat. Istirahat apa tidur tuh???. Mereka duduk berpasang-pasangan. Hernan memilih duduk dengan Decha, sementara itu Adriat duduk sendiri di belakang mereka. Adriat meratapi nasibnya lantaran jumlah murid di kelas mereka berjumlah ganjil.

   Bel jam pertama dimulai. Seharusnya sekarang pelajaran kimia, pelajaran Pak Bowo. Anehnya Pak Bowo datang dengan wali kelas mereka, Bu Nisa daaannn.... siapa itu?. Sesosok remaja blasteran masuk ke kelas X-4. Alis yang tebal, hidung mancung, rambut ikal yang dijambul, dan badan yang jangkung membuatnya terlihat sempurna. Matanya yang biru menatap seisi kelas dengan senang. 

   "Silahkan Ualtar," ucap Bu Nisa membuka perkenalan.

   "Dia duit, my name's Ualtar Sullivan, i'm from Irish or Irlandia, i can speak bahasa guys, don't worry about it," Ualtar selesai memperkenalkan dirinya. Kelas hening seketika dan serempak tertawa. Tertawa karena kata 'Dia duit'. "Guys, dia duit itu artinya kalo bahasa irlandia adalah 'halo'," jelas Ualtar cepat sebelum Bu Nisa mengamuk.

   "Ada yang punya pertanyaan buat Ualtar?" tanya Bu Nisa kepada seisi kelas.

   "Tinggal dimana?" celetuk perempuan yang duduk paling depan. Pertanyaannya dibalas oleh Galuh mengejek.

   "Modus ae lah Zah," balas Galuh kepada Zahra, cewek berkuncir kuda paling manis di kelas. Seisi kelas langsung ramai. Zahra hanya mendengus kesal.

   "Ga jauh dari sini kok, Black Wood Regency," jawab Ualtar. Sesi pertanyaan ditutup oleh Bu Nisa. Bu Nisa mempersilahkan Ualtar duduk di bangku yang kosong, which mean adalah bangku sebelah Adriat.

   "Hey bro!," sapa Ualtar pada Adriat. Adriat membalasnya dengan melayangkan tos pada Ualtar dan mengulang kalimatnya.

                                           *****

   Bel istirahat berbunyi. Adriat izin ke toilet dulu kepada ADUH. Decha, Ualtar, dan Hernan langsung menuju ke kantin. Diperjalanan menuju toilet, ada seseorang menabraknya dari belakang. Adriat hendak berbalik dan dilihatnya sosok yang menabraknya tadi. Seorang gadis kuncir kuda berkacamata manis. Gadis itu berlutut mencari kacamatanya yang terlontar.

   "Lo nggak pa-pa?" tanya Adriat seraya mengambilkan kacamata si gadis tersebut. Setelah memakai kacamatanya sang gadis langsung merapihkan buku yang tadi ia bawa. "Nama lo siapa?"

   "Nama g-gue, Putri, lo Adriat bukan?" tanya gadis yang bernama Putri itu. Gadis itu melepas kacamatanya dan mengelapnya karena agak kotor.

   Cantik bener kalo nggak pake kacamata, imut lagi, batin Adriat sambil memandangi gadis itu. "Lo mau kemana?" tanya Adriat seraya membantu mengangkut buku yang Putri bawa. Putri mencoba mengambil buku yang Adriat bawa tetapi Adriat menjauhkannya. "Cewek tuh bawanya yang ringan-ringan aja,"

   Mereka berdua berjalan hingga sampai ke ruang guru. Ternyata Putri bertugas untuk mengumpulkan buku Matematika teman-temannya. 

   "Lu tunggu di sini aja ya," pesan Putri lalu masuk ke ruang guru. Gils... cakep bener tu cowok, batin Putri ketika sampai di ruang guru.

   "Ikut gue ke kantin yok," kata Adriat menarik tangan Putri tanpa persetujuan.

                                                *****

  Saat sampai di kantin. Berpuluh-puluh pasang melihat ke arah Adriat dan Putri. Terheran-heran mengapa mereka terlalu cepat dekat? Satu tangan melambai-lambai dari meja ujung. Adriat langsung berjalan ke arah tangan melambai.

   "Weess... siaap tuh Dri? dah main geret aja," goda Hernan begitu melihat Putri yang meronta-ronta. Adriat hanya jelalatan melihat sana-sini.

   "Apasih Dri, udah ah, gue mau makan sama mereka," kata Putri sambil menunjuk gerombolan Zahra dan lainnya. Kebanyakan anak X-4, tapi ada juga dari kelas lain.

   "Bentar-bentar, lu kelas sepuluh apa?" tanya Adriat menangkap tangan Putri setelah tau tangan mungil itu terlepas dari gengamannya.

   "X-1," jawab Putri lalu pergi dengan pipi merona.

   

Gugu Gaga [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang