Lilith's POV
***
Hari ini, semester baru telah dimulai. Kabarnya, akan ada murid baru di Aeroth High School. Gosipnya, murid baru itu adalah seorang idola ternama. Jujur, aku tidak peduli sih. Namun sahabatku, Julia, tidak habisnya fangirlingan.
"Jul, dengerin aku," aku menghela nafasku sembari menepuk pundak Julia.
"... Kamu gapunya kehidupan lain selain muja-muja idola kamu?"
"Aaah, benar-benar deh. Lith, aku balikin ya. Emang kamu gapunya kehidupan lain selain ngurusin hidup orang?"
"Hahahaha! Good, Jul! Jullie emang selalu savage ke orang-orang ya hahaha!" bahkan Millie juga ikut menertawaiku. Aku hanya bisa tertunduk malu.
"Woyadong, aku gitu loh." Mulai deh, si Julia pamer lagi. "Lagian ya Lith, yang pindah itu Aaron loh! A-A-R-O-N! Kamu gatau? Dia penyanyi kebanggaan negara kita, penerus kakaknya."
"HAH SERIUS? Dia rekan kerjaku."
"LILITH DEMI APA— KOK KAMU GITU GA CERITA KE AKU SAMA MILLIE?"
"Ga peduli sih hahaha," Millie hanya bisa tertawa lepas.
Tiba-tiba, bel pelajaran berbunyi.
"Aku kembali ke kelasku ya," Millie bangkit dari kursi sebelahku dan melambaikan tangannya ke aku dan Julia. Ya, kelas kami dan Millie memang berbeda. Meski begitu, Millie tetap bermain dengan kami dan kami bersahabat.
Saat itu, wali kelas kami—robot berisik itu—masuk kedalam kelas. "Yo, yo semua! Apa kabar kalian? Sudah sarapan? Yoyo pasti sudah!" aku heran, robot ini kenapa gampang sekali dibajak? Lagi-lagi, akulah yang memperbaikinya.
"Maaf atas gangguannya, anak-anak. Baik, langsung ke intinya saja. Hari ini kalian kedatangan murid baru. Matsumoto, ayo masuk."
Begitu murid baru itu melangkahkan kakinya ke dalan kelas dan berdiri di depan papan tulis, satu kelas langsung heboh. Terutama anak-anak perempuannya. Aaron mulai membuka mulutnya dan memperkenalkan dirinya.
"Selamat pagi semua~ kalian tahu 'kan siapa aku? Tapi, rasanya tidak sopan jika tidak mengenalkan diri secara formal. Namaku Matsumoto Aaron. Mulai sekarang, mohon bimbingannya," Aaron membungkukkan badannya dengan sopan.
"Oh? Ternyata aku sekelas dengan Lilith ckckck," Aaron terkekeh sambil melihat ke arahku. Ah, benar-benar deh... pasti aku akan menjadi target kali ini.
"Oh? Lilith dan Matsumoto saling kenal? Kalau begitu, Matsumoto, duduklah di samping Lilith. Ia akan mengurusmu," robot itu seenaknya saja memutuskan. Jujur saja, aku kesal dan ingin merusaknya—lagipula yang merancang dia adalah ayahku. Namun, demi image-ku, aku hanya bisa menahannya.
Aaron berjalan ke arahku. Begitu ia duduj tepat di bangku sebelahku, aku memicingkan mataku.
"Hei, hidung belang, awas saja ya kalau kau berani macam-macam!"
"Lilith ini~ mana mungkin aku macam-macam denganmu? Tertarik saja tidak."
Aku memutar bola mataku dan mengalihkan pandanganku ke arah jendela. Tiba-tiba saja, Julia mengajak ngobrol Aaron.
"A-Aaron! N-n-n-namaku Julienne Veroillenne. P-panggil aku Julia. Kalau a-ada apa-apa dan Lilith tidak bisa membantu, aku siap membantumu!! Salam kenal!!" Julia berbicara dengan terbata-bata.
"Ngomongnya santai saja~ salam kenal, Julia!"
"NONA VEROILLENNE! Perhatikan materinya."
Robot itu—guru kami—tiba-tiba menaikkan nada bicaranya dan melontarkan kalimat itu dengan volume keras. Aku dan Aaron terkejut. Terutama Julia, ia terlihat sangat shock.
"Sudah, ngobrolnya nanti saja," kataku sambil berbisik. Julia hanya mengangguk.
***
Bel istirahat berbunyi. Seperti hari-hari biasanya, aku langsung meng-order makanan untuk makan siangku. Inilah masa depan, asal kalian punya smartphone, hidup menjadi mudah. Cukup buka aplikasi kantin sekolah dan sebuah hologram akan muncul. Lalu kau bisa menggeser menu yang ada. Jika sudah menentukan, cukup klik order dan dalam ± 5 menit, pesananmu akan di teleportasi ke meja kelasmu.
Aaron—murid baru itu—mengeluarkan kotak bekalnya.
"Ha? Kau bawa bekal? Kuno sekali," aku terkekeh.
"Memangnya kenapa? Daripada memesan fast food sepertimu, bikin gendut."
Anak ini... ingin sekali aku menonjoknya. Tapi tidak bisa kulakukan karena aku tidak boleh kasar. Julia dan Millie, saat itu ikut makan bersama kami.
"Hei, artis. Aku Millie, salam kenal," Millie mengenalkan dirinya sembari menawarkan bro fist kepada Aaron.
"Salam kenal~" Aaron tertawa kecil.
"Um!" Julia terlihat ingin memulai sebuah pembicaraan.
"Kenapa?"
"Aku ingin cerita...
Kemarin malam, aku coba memanggil kakakku yang baru saja wisuda dan mulai bekerja. Tapi dia tidak menjawab. Aku menerobos kamarnya, dan disana aku melihat ia sedang mengetik sesuatu. Begitu aku tanya 'Apakah itu urusan kantor?' ia hanya mengangguk.
Kesimpulannya... masa sih, ketika kita mendapatkan pekerjaan, kita akan seperti itu? Kalian tahu 'kan, kalau dulu kakakku itu cerewet dan periang."
Mendengar cerita Julia, sontak membuatku kaget. Aku menunduk dan meremas rokku.
"Ayah, kau sungguh keterlaluan," batinku.
"Mmmm positif saja. Mungkin kakakmu belum mengumpulkan skripsi?"
"Millie ini ada-ada saja~ mana mungkin seseorang bisa wisuda sebelum skripsinya selesai? Hahaha," Aaron tertawa sambil memakan makanannya.
"Awalnya aku ingin berpikir seperti itu. Tapi... ini benar-benar aneh. Ya 'kan, Lilith?
Lilith? Tidak enak badan?"
Begitu jemari Julia menarik almamaterku, aku spontan menggebrak meja. Semuanya pun kaget, termasuk aku.
"Ah—m-maaf," aku menunduk malu. "Kalian... pulang sekolah nanti ada yang ingin kubicarakan.
Kumohon,
datanglah..."
***
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
skoteinó méllon - DarkーFuture -
FantasyTahun 2289, manusia sudah tidak lagi tersenyum. Hanya robot-robot itu saja yang tersenyum. Perlahan, orang itu memotivasiku untuk mengembalikan warna dunia. Kami pun memulainya bersama, demi mengecat ulang warna yang sudah pudar. ⏩ UPDATE : 3-5 hari...