Kedua

31 10 15
                                    

Malam ini Zerlina hanya tidur terlentang di kasurnya. Ia merasa kesal. Otaknya terus saja membayangkan apa jadinya kehidupannya di sekolah nanti. Apalagi sekarang ia menjadi sekretaris dari Aldi. Zerlina semakin pusing memikirkan itu.

Ia lantas bangun dari posisinya sekarang. Ia meraih ponsel yang sedari tadi tergeletak sembarangan di ujung kasur. Ia membuka aplikasi Line dan berencana membuka roomchat bersama Sandra dan Bella. Namun, fokusnya terganggu ketika melihat roomchat paling atas dan itu chat dari Aldi. Ia mengerutkan keningnya. Bingung mengapa Aldi mengirim pesan padanya. Padahal sebelumnya Aldi sama sekali tak pernah mengirim pesan padanya

Aldi : hai sekretaris gue
Zerlina : apa lo?
Aldi : besok siap siap jadi sekretaris gue
Zerlina : ogah. Lo milih gue tanpa kesepakatan dari gue
Aldi : tapi lo gak nolak. Berarti lo mau kan? Zerlina : bodo ah bodo

Setelah itu Zerlina membuang sembarangan ponsel itu. Ia tak berniat membalas pesan itu kembali. Ia kemudian beranjak dari kasurnya menuju meja belajarnya. Seperti biasa, ia membuat kertas yang semula putih bersih menjadi penuh coretan. Bukan coretan biasa melainkan coretan hasil pemikiranya. Di saat seperti ini Zerlina memang senang menulis cerita.

Zerlina menuliskan semua yang ada dipikirannya. Dan ketika Zerlina tersadar apa yang ia tulis, ia menggerutu kesal.

"Lah kok yang gue tulis jadi tentang si Aldi, najis amat karya gue tentang si Aldi" ia berbicara sendiri.

"Eh tapi kalau dibaca baca bagus juga,boleh juga di post di blog gue" gumamnya.

"Eh tapi nanti kalau Aldi baca kan bisa besar kepala"

"Lah apa mungkin si anak tengil kaya gitu baca blog yang isinya cerita cerita kaya gitu"

"Eh kok gue jadi labil gini kaya perawan"

"Btw, gue emang perawan"

Ia sudah seperti orang gila. Berbicara sendirim menjawab sendiri. Tapi begitulah Zerlina.

Ia kemudian membuka laptopnya. Membuka sebiah blog yang kerap sekali ia kunjungi. Bahkan jika Zerlina tidak sedang malas blog itu akan selalu update tiap hari. Jari nya mulai menari di atas keyboard.

"Huaaa selesai. Fix gue post aja, lagian itu bocah kan nggak bakal baca kaya ginian" gumamnya.

******
Di tempat lain, Aldi duduk termenung di balkon kamarnya. Ditemani gitar dan segelas kopi. Aldi menyukai suasana ini. Duduk di balkon kamarnya memandang langit yang penuh bintang dan memainkan sebuah lagu dengan gitarnya.

Ia memainkan gitar itu. Menyanyikan sebuah lagu. Suaranya merdu. Meneduhkan hati.  Siapapun yang mendengar pasti akan terlena. Ia mengembangkan senyumnya ketika menyanyikan lagu itu. Tapi seketika ia menghentikannya.

"Anjir, kenapa yang dibayangan gue malah Zerlina" umpatnya kesal.

Aldi kembali melamun. Dalam lamunnya ia tersenyum. Membayangkan wajah marahnya ketika ia menjailinya. Selama satu tahun ia selalu mencari masalah dengan cewek itu, ia jadi tahu bagaimana lekuk lekuk wajahnya. Wajahnya itu terekam jelas dalam lamunannya. Selama itu pula ia begitu suka mencari masalah dengan cewek itu. Bagi Aldi mencari masalah dengan Zerlina telah menjadi kebutuhannya. Mendapati wajah marah dan omelan omelannya adalah suatu asupan yang membangkitkan semangatnya ketika di sekolah. Namun, mungkin saat ini Aldi tidak menyadari hal itu. Karna lagi lagi ia menepis bayangan itu.

"Aghhh, kok gue jadi gini ya" gumam Aldi.

Dingin malam semakin menusuk tulangnya. Ia  kemudian beranjak menuju ke kamarnya. Meletakkan gitar sembarangan. Setelahnya ia manjatuhkan dirinya di kasur. Ia memandang langit langit kamarnya. Lagi lagi bayangan Zerlina kembali muncul dan dengam cepatnya Aldi menepis bayangan itu.

Because I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang