Ketiga

17 3 1
                                    

Zerlina kembali mengikuti pelajaran. Sepanjang pelajaran Aldi memang tidak menampakkan batang hidungnya. Hingga bel pulang pun Aldi masih belum terlihat. Zerlina sedikit lega karena dengan tidak adanya Aldi ia bisa menghindar untuk pulang bareng dengannya.

Dengan langkah cepat ia berjalan keluar sekolah. Ia menerobos koridor sekolah yang masih ramai dengan siswa siswi. Ia menghela nafas lega ketika sudah sampai di halte bus dan tidak menemukan sosok Aldi. Namun kelegaannya hilang ketika ada sepeda motor yang berjalan ke arahnya. Ia yakin jika itu Aldi meski wajahnya tertutup oleh helm karena Zerlina hafal betul motor Aldi. Zerlina mulai resah. Ia kemudian berusaha menyibukkan diri dengan bermain ponselnya.

Zerlina masih sibuk memainkan ponselnya ketika motor itu berhenti tepat di depannya. Ia berusaha untuk tidak melihat kearah motor itu. Tak lama kemudian, Aldi menghampiri Zerlina dan duduk di sebelahnya. Zerlina pun masih bertahan dengan posisi semula. Namun, tak dapat dipungkiri jantunganya berdetak lebih kencang.

"Nggak usah sok sibuk lo, gue tau yang lo lakuin sekarang sama ponsel lo itu nggak berfaedah sama sekali," Kata Aldi dengan wajah datarnya.

Zerlina hanya diam tak menanggapi perkataan itu. Ia membenarkan dalam hati apa yang dikatakan Aldi. Zerlina sedari tadi hanya mengscroll layar ponselnya tanpa melakukan hal yang begitu penting dengan ponselnya.

"Lo nggak lupa kan kalau gue udah ngajak lo pulang bareng hari ini?" Tanya Aldi.

"Nggak," jawab Zerlina cepat.

"Lo nggak lupa tapi lo niat banget kabur dari gue," kata Aldi.

"Lo tau nggak si kalau gue nungguin lo di parkiran tadi?" Tanya Aldi.

"Nggak" jawab Zerlina.

Aldi hanya berdecak mendengar jawaban itu.

"Ya nggak tau lah bego. Orang lo nya juga nggak ngasih tau gue kalau gue mesti nyamperin lo diparkiran, gimana gue mau tau coba?" kata Zerlina.

Aldi terdiam mendengar apa yang dikatakan Zerlina. Sebenarnya yang dikatakan Zerlina adalah sebuah pertanyaan tetapi Aldi tidak berniat untuk membalasnya.

"Kok nggak ada bis yang lewat ya?" Zerlina bergumam sendiri.

Suaranya sangan pelan. Tetapi Aldi masih bisa mendengarnya.

"Itu karena lo harus balik bareng gue," kata Aldi berbisik di telinga Zerlina.

"Makdus lo?" Tanya Zerlina dengan wajah bingungnya.

"Gue denger apa yang tadi lo katakan ,dan gue ngejawab dari apa yang lo katakan kenapa nggak ada bis yang lewat karena lo harus balik bareng gue," jelas Aldi.

"Nggak. Gue bisa minta jemput mama gue," tolak Zerlina.

Zerlina kemudian membuka ponselnya dan akan menghubungi Mamanya untuk menjemput. Namun, nasibnya memang malang. Ponselnya lowbatt. Ia mendengus pasrah.

"Katanya mau minta jemput, kok nggak jadi?" Tanya Aldi.

"Ponsel gue lowbatt," jawab Zerlina lemah.

"Udah gue bilangin sih, emang lo hari ini harus balik bareng gue," kata Aldi.

Zerlina hanya diam. Ia melihat sekeliling halte tersebut dan tidak ada orang satu pun. Ia ingin menolak ajakan Aldi untuk pulang bareng. Namun, perasaan takut juga ada didirinya karena hari semakin gelap.

"Udah nggak usah kebanyakan mikir, nih helm lo pakai dan lo buruan naik," Kata Aldi dengan tegas.

Zerlina hanya diam memandang helm itu. Tak lama kemudian tangan Aldi bergerak untuk memakaikan helm tersebut. Zerlina hanya diam tak berani menatap Aldi dan berusaha menormalkan detak jantungnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Because I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang