07 | Takut

3.3K 758 67
                                    

"Kak Suga?"

Kedua tungkai Wendy melangkah mantap menghampiri sesosok pria yang belum bisa mengalihkan pandangan darinya. Bibir Wendy juga masih mengeluarkan sejumlah kalimat untuk kembali memastikan apakah lelaki itu adalah seseorang yang mengajaknya bertemu face to face, atau hanya sekadar ilusi yang terlintas di benaknya.

Pria itu menoleh. Kakinya melangkah mendekati Wendy yang juga sedang berjalan mendatanginya. Begitu jarak mereka tersisa kurang dari dua meter, laki-laki itu baru membuka suara. "Wendy?"

Wendy mengangguk pelan. Seulas senyum kini terbit menghiasi wajahnya kala memandang Suga yang tersenyum tipis. 

Ah, rasanya Wendy ingin meleleh saja kalau terus dipandangi seperti itu. Suga yang Wendy kenal sebagai ketua ekstrakurikuler bukanlah Suga yang murah senyum dan bisa berbicara lembut layaknya beberapa saat lalu mengingat predikat "cowok terdingin" telah disandangnya. Memang, lelaki dingin bukan berarti tidak mampu berperilaku lembut. Wendy cuma kagum karena Suga dapat mengatur sikapnya dengan siapa ia berhadapan. Jarang aja Wendy melihat pria yang tidak mengikutsertakan sifat dingin saat bertemu dengan orang selain didikannya.

Kenapa juga Wendy memikirkan perubahan sikap Suga? Lagipula Wendy sudah tahu bagaimana pribadi Suga yang sebenarnya. Walau tidak banyak, tetapi setidaknya Wendy mengetahui bila Suga itu sebetulnya tidak segalak, sedingin, dan semenyeramkan itu. Buktinya, dia pernah megusili Wendy dengan mengirimkan gombalan cheesy yang membuat Wendy bergidik ngeri saat membayangkannya.

"Nggak usah canggung gitu kali, Wen."

Suara berat Suga membuyarkan lamunan Wendy. Gadis itu lekas mengerjapkan matanya lalu memasang tampang kebingungan. "Siapa?"

"El—"

"Siapa yang cinta, pada nabinya~ pasti bahagia, dalam hidupnya~" 

Wendy terbahak setelah sukses mengerjai Suga. Kedua mata lelaki itu refleks menyipit, salah satu alisnya sengaja dinaikkan, bibirnya dirapatkan, dan telinganya memerah. Lucu sekali!

"Canda, Kak."

Wendy menutupi mulutnya dengan tangan kiri. Masih puas menertawai Suga yang berubah menjadi gemas seperti ini. Cowok yang dikenal garang ternyata dapat tersipu malu dengan candaan Wendy yang tidak bermutu itu.

Alih-alih menanggapi, Suga menggeser tubuhnya mendekati Wendy. Kaki Wendy spontan bergerak mundur saat Suga hanya menyisakan jarak beberapa belas senti. Wendy terus melangkahkan kakinya ke belakang ketika Suga tidak berhenti menghapus ruang di antara keduanya. Lelaki itu menatap Wendy serius. Wendy jadi ketar-ketir sendiri. Pernyataan tentang Suga dapat mengontrol ketegasannya dengan siapa ia bertatap muka langsung tercabut begitu saja dari benak Wendy. Suga tetaplah Suga.

Keterkejutanku tak berujung sampai di sini. Selang beberapa waktu setelah mata mereka beradu, tangan Wendy yang dibiarkan menggantung di udara sukses Suga gapai dengan menautkan jemarinya di sela kosong yang tersisa pada jemari Wendy. Deru napas Suga yang menyapa kulit wajah Wendy membuat Wendy tambah takut.

Does he want to kiss my cheek?!

Wendy memandang Suga setajam mungkin. Satu hal yang membedakan, bahwa tatapan Wendy kali ini tak lain merupakan sebuah peringatan untuknya. Memberi pengertian kepadanya agar segera mengakhiri keanehan ini. Wendy sungguh tidak nyaman diperlakukan seperti itu.

Tak lama, Suga membalas kesinisan Wendy. Bukan dibalas dengan hal serupa, melainkan dengan melepaskan tautan jemarinya dan meneggerkan sebelah tangannya di bahu Wendy.

He smirked to her.

"Salting ya dipegang-pegang sama orang ganteng?"

Wendy mendongak. "Ish!!!"

"Kenapa? Mau ngomong kasar ya? Uuu tayang tayang..."

Ya Tuhan, dia mencubit pipiku!!!

[1] Ternyata ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang