PROLOG

89 14 10
                                    



Aku terbangun ketika secercah cahaya metahari yang masuk lewat celah ventilasi menyinari mataku. Jam weker di nakasku menunjukan pukul enam pagi, teringat akan rencanaku pagi ini, aku langsung berjalan gontai ke kamar mandi, membersihkan badan. Kukenakan blouse dan celana putih yang baru kubeli minggu lalu bersama Hanna tetangga sebelah apartemen. Setelah selesai bersiap siap, aku langsung keluar menuju lift untuk turun. Beruntungnya, begitu sampai di depan apartemen, sebuah taxi baru saja menurunkan penumpang, langsung saja aku naik tanpa harus menunggu lama.

"Ke TPU yang di jalan soenarko ya pak"

"Baik non".

Belum sampai ke tempat yang tadi ku katakan ke pak supir, aku menyuruhnya berhenti, tepat di depan toko bunga langgananku. Aku menuruni taxi itu setelah menyodorkan uang untuk membayarnya. Akupun langsung masuk ke dalam took bunga itu.

"Eh dek, udah lama nggak ketemu ya? Pasti mawar putih seperti biasa kan? Nih deh masih seger kok" kata sang penjual yang memang sudah menjadi langganan membeli bunga mawar putih untuk ku taruh di makam ibu.

"Iya bu, udah lama ya. Makasih ya, ini uangnya. Saya ke dalam dulu. Mari"

"Mari dek"

Dan di sinilah aku sekarang, makam ibuku. Melakukan kegiatan rutin yang paling tidak dua minggu sekali aku lakukan. Menemuinya, walau hanya sekedar memanjatkan doa. Kutaruh setangkai mawar putih yang tadi kubeli. Mulai berdoa dan mengingat kenangan kita bersama. Aku sangat merindukannya, sangat. Kristal Kristal bening mulai membasahi mataku. Tidak, aku baru saja menangis. Aku tak boleh menangis di depan ibuku, itu amanatnya sebelum ia meninggalkanku untuk selamanya. Langsung ku usap air mata yang tadi sempat membasahi mataku dan mencoba tersenyum. Saat ingin pulang, aku menyadari sesuatu. Setangkai bunga mawar putih selain yang tadi aku bawa, masih segar. Ada di makam ibuku, pertanda bahwa baru saja ada orang lain yang datang ke sini. Aku senang bila ada orang yang datang untuk mendoakannya di sini. Tapi, mawar putih itu. Hanya aku yang selalu membawa mawar putih untuk ibu. Hanya kebetulan mungkin. Tapi, perasaanku tak enak. Jangan jangan ayah. Ayah datang? Yang benar saja. Satu kemungkinan lagi. Rey. Apakah ia kembali?



hey hey guys... absurd ya prolognya, sorry ya soalnya ini cerita pertamaku hehe😅

sorry juga baru sempat nepatin janji buat publish cerita ini dan mungkin isinya mengecewakan😢

yang mau saran atau kritik boleh kok, via line ya IDnya aulialiasnae

thanks guys, tinggalkan jejak ya.

lot of love, yemimaulia

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang