Siang ini aku mempunyai janji dengan beberapa profesor dari Inha University. Hari ini aku harus menjalani ujian skripsi. Skripsi yang telah kubuat untuk mendapatkan program S1 ku. Aku adalah seorang mahasiswi semester 8 Fakultas Administrasi Busnis di Inha University, namaku adalah Krystal Jung dan usiaku 23 tahun.
Seperti biasa aku terlambat bangun dari tidur. Itulah kebiasaan burukku, susah bangun pagi, dan tugas Dani untuk membangunkanku disetiap pagi.
"Unni...!" Teriak Dani sampai membuat diriku terbangun dari tidur. Setelah bangun aku langsung bergegas untuk mandi dan berangkat ke kampus. Setelah selesai mandi aku langsung bergerak menuju meja dapur untuk mengambil roti yang sudah disiapkan Dani untukku.
"Unni, bagaimana bisa kau selalu seperti ini setiap hari, sampai kapan aku harus membangunkanmu? Ah... jinja. Kalau kau terus seperti ini kapan kau akan mendapatkan seorang pacar?! Apa kau akan tetap menunggu pria itu?" Kata Dani dengan mulut penuh dengan makanan.
"Hei Dani Jung..!! Sampai kapan kau akan bicara, cerewet sekali. Apa kau mau aku panggil ahjuma, huh...?! Dani, Unni pergi dulu, dan kau cepatlah berangkat ke sekolah. Arassoo...!!!" Aku pun segera pergi meninggalkan rumah.
Sesampainya di halte bus, langkah kakiku terhenti ketika aku melihat ada seorang pria yang tengah duduk dengan tenang menunggu datangnya bus. Pria itu, dia adalah pria yang selama ini mengisi relung hatiku, juga pria yang telah menyakiti hatiku. Aku hanya berdiam diri di tempatku saat ini, tempat yang tak jauh darinya memandangi wajahnya yang sangat tampan dan agak sedikit pucat.
"Bisakah dia menjadi milikku, bisakah aku menjadi satu-satunya wanita yang ada di hatinya? Kenapa wajahnya pucat, apa dia sedang sakit?" pikiran-pikiran seperti itulah yang terus saja terlintas di otakku saat aku melihat pria itu.
"Apa yang kau lakukan? Apa kau tidak ingin duduk? Aku sudah tau kalau aku ini tampan, jangan memandangiku seperti itu." Perkataan tiba-tiba dari pria itu membuatku langsung jadi salah tingkah.
"Sial, ternyata dari tadi dia tahu kalau aku sedang mengamatinya." Batinku
"Apa maksudmu? Jangan bicara ngawur." Balasku padanya sambil memalingkan pandanganku ke arah jalan raya berusaha menutupi rasa maluku padanya.
Aku duduk agak jauh darinya sambil menunggu datangnya bus. Menit demi menit berlalu dan tidak ada satupun diantara kami yang mengeluarkan suara. Atmosfir disekitas kami sangatlah dingin padahal saat ini sedang musim panas, sikapnya juga sangat dingin padaku, dia adalah pria yang penuh dengan misteri dan menyebalkan.
Suara ponselku memecah keheningan diantara kami. Ada sebuah pesan baru yang kuterima.
From: Minho
"Sekarang kau ada dimana, apa kau sudah berangkat ke kampus?"
Aku hanya membaca dan tidak membalas pesan itu, aku mengembalikan ponselku kedalam tas.
"Tidak dibalas? Pesan dari siapa?" Tiba-tiba disebelahku ini mengeluarkan suaranya dengan nada yang datar dan dingin.
"Pesan dari Minho, kenapa tanya? Itu bukan urusanmu" Jawabku tak kalah dingin pada pria disampingku ini.
"Apa kalian sedang berkencan?!" Kembali pria itu bertanya padaku. Dia melemparkan pertanyaan yang sontak membuatku kaget.
"Tentu saja tidak.!!!" Bantahku dengan lantang.
"Kenapa kau berteriak, kau sangat berisik.! Kalau tidak ya sudah. Dasar gadis aneh." Balasnya tanpa menoleh padaku.
"Memangnya apa urusanmu? Kenapa kau bertanya tentang hubungan kami." Entah kenapa aku berharap agar dia cemburu pada kedekatanku dengan Minho. Apakah aku masih mencintainya? Iya, aku rasa itu benar.