Bab pertama

100 5 18
                                    

Jika hidupmu mulai susah, maka lihat lah kebalakang.
Apa yang perlu anda perbaiki di masa sekarang untuk masa depan.

@Deka_Chandra

--

Deka tengah jalan-jalan bersama Lala mengelilingi sekitar Taman Bungkul yang selalu nampak asri sepanjang harinya. Lala yang berada di sisinya nampak begitu indah dalam balutan sebuah kaos merah muda, dan rok abu-abu sekolah. Sehelai kerudung putih yang membingkai wajah ayunya membuat Lala semakin terlihat manis.

Drrrttt....drrttt....ddrrtt.

'Astaga aku sudah kehilangan kesadaranku rupanya.' Ucap Deka dalam hati.

Deka menoleh ke sekeliling. Tak terlihat apapun selain sebuah televisi yang menyala di sana, dan juga bayangannya di cermin yang tengah terduduk sambil membenahi rambut hitamnya yang berantakan setelah tidur.

"Kalau kayak gini, nanti gantengku hilang. Nah, harus kurapikan seperti ini. Yap,"ucap Deka yang kini berdiri di depan sebuah cermin sambil membenarkan tatanan rambutnya yang sekarang lebih mirip dengan sarang bebek. Sangat berantakan.

Setelah selesai dengan rambutnya yang berantakan, Deka lalu berjalan perlahan menuju meja kecil di samping tempat tidurnya. Lalu mengambil ponsel kesayangannya yang sudah bergetar-getar sejak tadi.

"Siapa sih gangguin tidur aku. Nggak tau aku lagi enak-enaknya mimpiin bidadari juga," ucap Deka bersungut-sungut. Tapi sesaat kemudian senyumnya mengembang karena menerima sebuah pesan singkat dari gadis masa lalunya yang telah mengisi harinya beberapa minggu terakhir ini.

Lala : Assalamualaikum, bang Deka.

Melihat pesan tersebut, mata Deka langsung berseri-seri karena kegirangan. Rasa kantuk yang masih tertinggal setelah tidur singkatnya tadi juga ikut lenyap terbawa angin. Dengan agak terburu-buru Deka mengetik pesan balasan untuk pesan dari Lala satu jam yang lalu.

Deka : Waalaikumsalam, Dede.

Setelah mengirim pesan tersebut senyum di wajah Deka mengembang. Deka merasa beruntung karena bisa berhubungan lagi dengan seseorang dari masalalunya, yaitu Lala. Ia juga sangat bersyukur karena bisa menjadi seperti saat ini, semuanya juga karena Lala.

Sesekali Deka melihat ponsel miliknya menunggu balasan dari Lala. Tiga menit berlalu, waktu yang melelahkan bagi Deka untuk menunggu balasan dari Lala. Tiga menit saja rasanya selama ini, apalagi tiga tahun penantian Deka untuk bisa mendekati Lala lagi.

Deka : Lala?

Setelah pesan tersebut terkirim, lalu munculah tulisan 'baca' di pesan milik Deka yang artinya Lala sudah membuka dan membaca pesan tersebut. Detak jantung Deka berpacu lebih cepat dari biasanya menunggu balasan Lala.

Lala : Deka bangun tidur, yah? Ternyata kebiasaan waktu SMPnya belum hilang juga

Deka : wkwkwkwk. Kamu masih ingat ternyata.

Antara senang dan sedih. Itulah yang sedang dirasakan oleh Deka ketika mengetahui Lala masih mengingat dengan jelas hal-hal kecil yang sering dilakukan Deka di masa lalu, walaupun hal tersebut agak memalukan.

Lala : Bang, sebenarnya aku mau minta tolong sesuatu.

Deka : Apa dede?

Lala : Nanti aku jelaskan. Kutunggu di warung daerah lidah wetan yah bang. Pukul 15.00 WIB. Setelah itu nanti kita langsung jalan ke Taman Bungkul, yah.

Deka : Ok dede. Nanti abang jemput.

Lala : Assalamu'alaikum

Deka : Wa'alaikumsalam dede.

Quotes DekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang