BAB 5 : Something About You

94 9 8
                                    

"Sudah kubilang, hilangkan kebiasaanmu memelukku dari belakang seperti itu! Kau membuatku takut!" protes Chiharu pada Seiichi yang kini sedang memeluknya sambil tersenyum. "Dan telingamu itu membuatku geli!" tambahnya. Mereka berdua kini sedang berada di halaman belakang kuil. Memberi makan ikan koi di kolam dekat pohon sakura besar.

Sudah 2 minggu ini Seiichi selalu mengagetkan gadis itu dengan kedatangannya yang tiba-tiba. "Hehe, Chiharu... Baumu harum..." bisiknya.

Wajah Chiharu memerah. Ia sangat malu setiap mendengar ucapan Seiichi yang memuji dirinya. Itu semua dimulai setelah ia mengelus kepala Seiichi saat berwujud kitsune dan mengatakan bahwa dirinya tak keberatan menjadi teman laki-laki itu.

"Seiichi, bisakah kau memujiku dengan nada yang biasa saja? Aku agak risih bila kau mengucapkannya dengan berbisik seperti itu" Chiharu akhirnya menyandarkan tubuhnya di dada Seiichi. Ia sering menyandarkan tubuhnya pada ayah dan ibunya dan itu terasa nyaman, tapi yang ini sedikit berbeda. Ada rasa rindu dalam dirinya. Rasanya iya pernah bersandar seperti ini pada Seiichi sebelumnya. Seperti sudah lama tak merasakan rasa hangat saat memeluk seseorang. "Nyamannya... Rasanya seperti sedang bernostalgia"

Seiichi tersenyum. Ia membiarkan Chiharu bersandar padanya. Laki-laki itu mengelus kepala Chiharu yang mulai terlelap. "Bagaimana caranya aku tak memujimu seperti itu, huh? Kau sendiri yang membuatku melakukannya" gumamnya. Tanganya terangkat, menghalangi wajah tidur Chiharu dari sinar matahari. "Kau benar-benar seperti Ayane. Tapi dalam versi yang berbeda"

***

Angin musim semi berhembus pelan. Membuat kelopak bunga sakura yang rapuh ikut terbawa olehnya. Gadis itu bersiul pelan, mengikuti kicauan burung kecil yang hinggap di dahan pohon sakura. Punggungnya disandarkan pada dada laki-laki bersurai perak. Seiichi.

"Ayane, bolehkah aku bertanya tentang sesuatu?"

Gadis itu menghentikan kegiatan bersiulnya. "Tentu saja. Kau ingin bertanya tentang apa?"

Seiichi nampak sedang menimbang-nimbang pertanyaannya. "Mengapa para manusia selalu menghabiskan waktu mereka untuk hal-hal yang sepele? Padahal mereka tahu bahwa hidup mereka itu singkat"

Ayane terkejut pada pertanyaan yang dilontarkan oleh Seiichi. Ia tak menyangka laki-laki itu akan menanyakan pertanyaan itu. Gadis itu pun tertawa. "Justru karena kami tahu bahwa hidup kami singkat, makanya kami ingin melakukan semua hal yang kami inginkan. Walaupun itu hanya hal-hal sepele. Berbeda sepertimu, kami para manusia memiliki cara kami sendiri untuk menikmati hidup"

"Tapi akhirnya kalian juga akan meninggalkan dunia ini kan? Lalu kenapa kalian masih saja menginginkan adanya anak-anak kecil yang kalian rawat susah payah itu?". "Aku tak mengerti dengan jalan pikiran manusia. Kalian semua aneh. Bahkan kalian masih saja memohon pada dewa untuk diberi umur panjang" lanjutnya.

"Entah kenapa, rasanya menyebalkan mendengarkan ucapanmu itu" gadis itu kembali duduk dengan benar. Ia berbalik menghadap Seiichi. "Sei, anak itu hadir untuk meneruskan jalan hidup dari kedua orang tuanya. Bisa dibilang merekalah harapan kami" Ayane menjelaskannya dengan lembut. "Jadi jangan lagi bilang bahwa manusia itu hanya menghabiskan waktu dengan percuma atau membuang-buang waktu hanya untuk hal sepele. Karena setiap makhluk hidup berhak menikmati hidup mereka dengan cara mereka masing-masing" lanjutnya.

***

"Lalu mengapa kalian masih saja memohon pada dewa untuk diberi panjang umur?" gumam Seiichi.

"Itu karena kami adalah makhluk yang egois"

Seiichi terkejut. Ia tak tahu bila Chiharu sudah bangun dari tidur siangnya. "Kau sudah bangun? Sejak kapan?"

"Sejak tadi. Kau saja yang terlalu sibuk dengan pikiranmu sehingga tak menyadari bahwa aku sudah bangun" gadis itu terduduk. Ia mengusap matanya yang masih buram karena baru bangun tidur. "Apa ayahku tak mencariku?" tanyanya pada Seiichi.

Laki-laki itu menggeleng. "Dia mungkin sudah tahu bila kau akan pulang sendiri bila perutmu lapar. Lagi pula, kau kan selalu bersembunyi bila laki-laki tua itu mencarimu"

Chiharu langsung mencubit pinggang laki-laki itu. Ia tak terima ayahnya di bilang tua oleh makhluk yang bahkan usianya lebih tua dibanding patung Hachiko. Seiichi mengaduh. Cubitan gadis itu sangat sakit karena ia mencubit dengan keras. Setelah mencubit, ia segera bangkit. Sudah lama Chiharu berada di luar dan ini sudah masuk jam makan siang. Perutnya sudah lapar.

"Hei! Kau mau kabur begitu saja setelah mencubitku, huh!?"

"Aku lapar. Balas dendamnya nanti saja ya! Bye~"

"Anak itu...!" ucap Seiichi geram.

***

"Benarkah?! Dia benar-benar melakukannya?" Chiharu terlihat sangat antusias. Siang ini Mina datang mengunjunginya. Mereka berdua sedang duduk dimeja makan sambil menikmati puding. Mina juga membawa sekotak kue yang berisi 6 kue yang berbeda.

"Tentu saja dia melakukannya. Dia sudah menyukai Itou-san sejak SMP"

"Tak mungkin. Aku jadi kasihan padanya. Tidakkah Itou-san terlalu berlebihan"

"Itu urusan mereka. Kita tak usah ikut campur" Mina telah menghabiskan pudingnya. Gadis itu menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Chiharu. "Dibanding itu, aku lebih penasaran padamu. Akhir-akhir ini aku merasa kau menyembunyikan sesuatu dariku"

Chiharu baru ingat, ia lupa memberi tahu Mina tentang Seiichi. Bagaimana pun juga, Mina harus tahu tentang laki-laki itu. "Aku tidak bermaksud menyembunyikannya darimu. Aku lupa"

"Baiklah, anggap saja begitu" ucap Mina ketus.

"Aku benar-benar lupa, Mina"

"Ya, ya. Jadi ada apa? Apa yang terjadi?"

Chiharu mendekat. Seakan-akan pembicaraan mereka berdua sangat penting dan tak boleh ada yang tau selain mereka berdua sendiri. "Ternyata kitsune itu benar-benar ada"

"Wow! Selamat! Kau sudah mengetahuinya dan mulai sekarang aku tak akan mendengar omelanmu tentang berita di televisi maupun dikoran" Mina bertepuk tangan. Ia terharu dengan apa yang terjadi pada temannya tersebut.

"Entah kenapa rasanya seperti orang bodoh" gumam Chiharu.

"Omong-omong soal bodoh, bukankah kau seharusnya mengenalkan laki-laki itu padaku"

Kedua kelopak mata Chiharu melebar. Apa-apaan ini? Darimana temannya itu tahu bahwa kitsune itu laki-laki? Apa Mina hanya asal menebak? Chiharu harus menanyakannya. "Bagaimana kau tahu bahwa dia laki-laki? Aku bahkan tak memberitahumu"

Mina tersenyum. Sebuah senyuman manis yang hanya ditunjukkannya bila ada hal yang menarik baginya. Senyum itu juga yang membuat Chiharu bertanya-tanya.

*********

Hwaaa... Jadi makin semangat nulis cerita ini. Terima kasih pada readers yang mau membaca cerita milik author ini dan juga terima kasih atas comment dan votenya^^

Fox's TailTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang