BAB 1

26 3 0
                                    

Malam ini adalah malam yang sangat dingin dan hanya diterangi oleh cahaya bulan purnama yang berada di pinggiran kota jakarta. Aku mendengar percakapan para mafia yang sedang berdiskusi untuk perampokan dan penyandraan di Bank yang sudah dicatat sebagai Bank paling padat di Jakarta. Merekapun mulai berdiskusi dengan Bos Mafia, yang selalu dicari oleh polisi.

"Pak, bagaiman jika kita memulai aksi pada jam 1 siang pada hari Sabtu besok." Anak buah bos Mafia yang berpendapat, kapan kita semua
memulai kejahatan itu.

"Mengapa kita tidak me-hack data-data dari Bank tersebut, supaya kita dapat tahu hasil survey, dihari kapan banyak orang yang berkegiatan ditempat tersebut." Aku berpendapat ke Bos-ku dengan menjelaskan ke para temanku yang ikut berdiskusi.

Akhirnya jam yang ada diatas kepalaku berbunyi seperti gong yang dibunyikan di China saat aku kalah dan gagal menjalankan misi dari kepala angkatanku. Jarum pendek dan panjang tersebut sudah menunjuk ke arah bulan purnama. Kami semua sudah kelelahan sambil bersenang, karena keputusan sudah digapai dengan semua temanku dan bosku setuju. Tetapi disini orang tidak boleh hanya berbicara, disini orang juga harus bertanggung jawab atas rencana yang di bilangnya.

Aku pulang kerumah untuk mempersiapkan laptop dan hard disk yang ku-punya untuk menjalankan apa yang kubilang ke-diriku dan semua orang yang ada di-perdiskusian para Mafia. Hari yang begitu menggetarkan diriku antara hidup dan mati, karena bosku mengingatkan supaya kali ini aku tidak gagal pada misi pertamaku. Istriku dan anak mendoakan supaya misi kali ini tidak gagal seperti di China, 2 tahun yang lalu. Aku gugup sekali untuk saat ini dan hal yang akan terjadi nanti di tempat aku bertugas, dengan doa dan sebuah kopi panas yang dibuat oleh istriku, aku makin lebih gugup. Aku berpikir dengan firasatku kalau ini adalah kopi istriku yang terakhir aku minum selama aku hidup dengannya. Mengapa aku selalu teringat dengan hal di China lagi.
*flashback 2 tahun yang lalu*

Aku istirahat di sebuah kafe kopi didalam gang kecil yang kumuh dan kotor, tiba-tiba datanglah seseorang bajingan yang diam-diam memasukan sabu-sabu ke kantong celana yang kupakai itu. Mengapa aku baru sadar bahwa sabu-sabu itu ada dikantong ku saat diperiksa oleh petugas pengaman saat ingin masuk keacara penobatan presiden baru di , dan mengapa aku juga sangat ceroboh.

"Boleh kulihat kartu namamu." Tanya petugas keamanan.

"Ya, tentu saja boleh." Aku menjawab kepetugas itu sambil mencari-cari di kantong celanaku.

"Apa, dimana kartu namaku." Aku bicari kediri sendiri

"Bajingan!!!, pintar sekali dia."

"Maaf pak, bapak kami tahan. Jelaskan semua dikantor polisi."

Aku tidak bisa berbuat apa-apa dikantor polisi, dan akhirnya aku dipenjara disaat bertugas. Akhirnya aku hanya bisa lihat di televisi penjara saja. Rakyat China yang senang terganti dengan sedih dan ketakutan karena, terbunuhnya Presiden baru China, dengan ditambahnya suara gerumuh dari gong besar yang dibunyikan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Detective And MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang