Prolog

1.1K 26 3
                                    

"Rin, udah mau berangkat kerja?"
"Iya bu uci, saya duluan ya bu."ucapku sambil pamit dengan tetangga yang sedang menyapu dihalaman rumahnya.

Hari ini seperti biasa aku berangkat kerja jam 5.30. Aku berjalan kaki menuju stasiun Bojonggede. Aku kerja disudirman.

Perkenalkan namaku Ririn Juwita. Saat ini usiaku 27 tahun dan 4 bulan lagi usiaku 28 tahun. Aku belum menikah. Temanku sudah banyak yang menikah, hampir semua teman yang kupunya sudah menikah.
Rasanya jangan ditanya, iri bangett hiks hiks.

Dulu aku masih cuek ketika banyak yang nanya mana calonnya? Kapan nikah? Kok sendiri mulu?
Aku ngga memikirkannya, karna aku percaya jodoh sudah diatur. Tapi sekarang setelah usiaku hampir 28 tahun duh rasanya malu plus takut. Takut ngga ada yang meminang sampai usiaku 30 tahun.

Alhamdulillah orangtuaku tidak bertanya hal ini. Hanya ibuku sering mewanti-wanti (menasihati) "jangan galak ya teh kalo sama laki-laki, kalo ada yang suka tapi teteh ngga suka. Biasa aja, tapi jangan judesin orangnya. Takut nanti dia dendam."
Aku yang dinasihati, hanya mengangguk dan sesekali menjawab "iya bu, Ririn ngga akan kayak gitu."

Beda orang tua beda dengan bude (kakak dari ayahku) dia dan keluarga ayahku selalu menekanku untuk segera menikah, jangan terlalu pemilih, kamu pikirin usia kamu rin jangan lama-lama nikah. Dan banyak lagi yang lain, aku juga maunya nikah. Tapi ngga mungkinkan pas ada yang ngajak nikah aku langsung iyain aja. Aku juga mau punya laki-laki yang aku cintai dan bisa aku hormati. Aku ingin nikah untuk sekali seumur hidup.

Tapi jangankan ada yang mau ngajak nikah, laki-laki yang dekat denganku tidak ada yang punya perhatian lebih padaku. Jadi, ya aku harus gimana?
Aku juga bingung arrrrrrghhh perasaan ini rasanya campur-campur

Entah aku yang terlampau sensitif atau memang aku yang sudah terlalu khawatir dengan keadaanku saat ini.

Aku tidak pernah pacaran, dari dulu. Aku takut kalau memiliki hubungan dengan laki-laki. Ada beberapa kali laki-laki mencoba dekat denganku, ada yang terang-terangan menyatakan perasaanya. Tapi aku tidak bisa menerima mereka.
Sampai aku baru merasakan efeknya saat ini. Aku bingung, bagaimana cara memulai suatu hubungan.

Dulu banyak sekali kriteria cowok idaman.
Saat masih remaja tipenya dia harus ganteng, keren, romantis, dan loyal.

Saat usia remaja menuju dewasa
Dia harus soleh, ganteng, keren, romantis, mapan, dan loyal.

Tapi saat ini, disaat sudah mentok tipenya menjadi
Dia harus soleh, bertanggung jawab dan memiliki pekerjaan yang mapan (tidak harus kaya, namum setidaknya pekerjaannya sudah enak supaya dia bisa bertanggung jawab pada keluarga kami kelak).
Aku tidak berlebihankan? Wajarkan? Jika aku ingin kelak saat kita menikah, aku punya imam yang dapat kuhormati dan bersama membangun keluarga yang samawa aminnn 😘.

-------------------------------------------------------------
130417

Perawan TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang