Banyak orang yang beranggapan bahwa memasuki usia 70 tahun adalah masa-masa pikun. Meski usia sudah 80 tahun, Mbah Darso tak pernah merasa bawa dirinya telah memasuki masa-masa kepikunan dan menepis anggapan yang kebanyakan orang katakan selama ini. Mbah Darso yang hanya tinggal di rumah bersama Wawan, cucu semata wayangnya banyak membantu ketika akan menjajahkan dolanan anak-anak. Mantan Pahlawan Veteran tak merasa terbebani jikalau Wawan tinggal bersama dirinya. Mbah Darso tak menggantungkan uang pensiunan yang diberikan pemerintah sebagai jasa-jasa dirinya ikut perang melawan sekutu di Tanah Air. Semenjak puterinya memutuskan untuk bekerja di Arab Saudi karena gagal membina rumah tangga, mbah Darso menghabiskan waktu tuanya bersama cucu tercintanya. Pada waktu itu, Wawan yang masih usia 3 tahun harus kehilangan kasih sayang seorang ibu kandungnya sendiri. Ibunya yang bekerja menjadi TKW itupun tak pernah memberikan kabar tentang keberadaan selama merantau di Arab Saudi. Mau tak mau mbah Darso harus merawat Wawan seorang diri. Istri mbah Darso sudah lama meninggal dunia saat melahirkan putera pertamanya karena pendarahan. Pada saat itu, mbah Darso yang masih muda dirinya tak ada niatan untuk menikah lagi. Mbah Darso lebih baik merawat Sirniti. Hingga pada akhirnya, Sirniti menikah dengan lelaki kaya raya.
Ujung-ujungnya, Sirniti adalah sosok perempuan polos dan lugu membuat sang suami sewena-wena pada perempuan dinikahinya di usia dini. Prahara rumah tangga Sirniti pun terjadi hampir tiap hari. Sriniti selalu cekcok dengan suaminya. Padahal waktu itu, Sriniti mengandung putera pertamanya. Sang suami terpegok oleh Sirniti selingkuh dengan perempuan penjual perhiasan di pasar. Sirniti harus sabar menghadapi tingkah laku suaminya yang terpamental. Ia harus mempertahankan rumah tangganya dan tak akan menggugat cerai suaminya dalam kondisi hamil tua. Usia kandungan memasuki bulan kedelapan. Sebulan lagi Sirniti akan melahirkan dan berharap akan kehadiran putera pertamanya mampu menyadarkan suaminya yang selingkuh dengan pemilik perhiasan. Sriniti mau tak mau harus menerima pil pahit akan perjalanan rumah tangganya dengan suaminya. Pada akhirnya sidang gugatan perceraian terakhir pun memutuskan bahwa Sriniti harus merelakan dirinya berpisah saat hamil tua. Lidah Wawan kecil selalu memanggil mbah Darso saban hari dengan sebutan Eppak (Ayah). Panggilan Eppak pun masih Wawan gunakan hingga duduk di bangku SMA. Wawan mengganggap Eppak sebagai orangtua kandungnya. Wawan tak mengetahui wajah perempuan yang ia sebut sebagai ibu. Yang Wawan ketahui adalah sosok mbah Darso telah banyak menemani hari-harinya hingga di usia 17 tahun. Wawan kecil kini menjadi sosok remaja pada umumnya. Wawan masih ingat betul ucapan yang mbah Darso katakan; sekolah yang pintar barulah Eppak akan memberikan izin kamu berpacaran. Mbah Darso yang mendapatkan penghasilan tambahan tiap bulan dari uang pensiun yang diberikan pemerintah. Ia hanya bisa menggunakan uang pensiunan untuk kebutuhan sehari-hari. Mbah Darso harus mencari uang tambahan untuk membiayai Wawan selama sekolah. Wawan yang pintar dan selalu juara kelas selalu menyemangati mbah Darso untuk mengais rejeki dengan berjualan dolanan anak-anak. Mbah Darso akan menunggu Wawan berangkat sekolah, barulah ia menjajahkan dolanan anak-anak yang jarang diminati di zaman serba canggih seperti saat ini. Dolanan tradisional perlahan-lahan tergerus oleh kecanggihan elektronik. Kini, anak-anak kecil hingga orang dewasa selalu menghabiskan waktu senggang dengan permainan game online. Menghabiskan banyak waktu hanya sekedar bermain game online berjam-jam di warnet atau hotspot.
Bagi mbah Darso, ia tak pernah patah arang untuk menjajahkan hasil kreasinya membuat dolanan anak-anak terbuat dari anyaman bambu atau sisa potongan kayu yang dibelinya di tempat jual-beli toko bangunan. Ketika dolanan yang mbah Darso terjual dan tinggal beberapa stok saja, ia kembali membuat dolanan dengan sisa tenaganya. Keuntungan hasil dari penjualan hanya bisa digunakan untuk membiayai sekolah Wawan yang selangit.
***
Hampir sepekan, mbah Darso tak menjual dagangannya. Tubuh kurus dan keriputnya hanya bisa berbaring di atas ranjang tempat tidur. Sesekali mbah Darso batuk yang disertai dahak serta sesak napas. Wawan tak tega melihat penyakit batuk berdahak itu, membuat lelaki beruban hanya bisa tergolek lemas. Wawan mengajaknya untuk berobat di Puskesmas terdekat agar batuk yang diderita mbah Darso cepat sembuh. Mbah Darso menolak keinginan Wawan yang mengajaknya untuk berobat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biografi Dolanan Tua
Short StoryDolanan atau yang biasa disebut permainan kini beraneka ragam sejenisnya. Akan tetapi Mbah Darso masih mempertahankan dolanan semasa dirinya kecil. Bahkan cita-cita Mbah Darso tak bisa dibendung lagi. Mbah Darso ingin mendirikan sebuah museum biogra...