3. Last Call.

6 2 0
                                    


—"na na na..
Ini sangat menyenangkan." Choho tertawa kecil.
Tamotsu melihatnya ikut tersenyum.

"saat aku masih kecil, keluargaku pindah ke kanada.
.
Aku bisa berbahasa inggris. So, aku bisa mendapat teman.
.
Aku punya map, dan sebuah sepeda.
Aku mengayuh sejauh mungkin yang aku bisa.
.
Semakin jauh aku pergi, perjalananku terus berlanjut.
.
Tidak ada yang istimewa dari itu.
Tapi,
.
Jika aku punya sepeda, aku bisa pergi kemanapun.
.
Pada saat itu, aku merasa dunia semakin sempit.
.
Dan aku tidak merasakan takut lagi."
Tamotsu mengakhiri cerita
Yang akhirnya hening seketika.

".....jadi, kamu sangat suka sepeda, ya?" ucap Choho polos.

"kenapa aku tiba-tiba menceritakan kepadanya?" gumam Tamotsu pada diri sendiri. 

"hey, aku punya satu lagi permintaan." ucap Choho memecahkan keheningan.

"satu lagi?"

"bisakah kau menemaniku ke Harajuku besok?"

"what??"

"temanku di Taiwan memintaku membelikan sesuatu untuknya."

"tapi ku pikir kau kembali ke Taiwan besok"

"ah, umm, aku membuat kesalahan.
Aku kembali ke Taiwan hari... Setelah besok.

Lihat, aku tidak tau dimana bisa membeli semua ini sendirian." ucap Choho sambil menunjukkan daftar menu yang akan ia beli.

"kenapa tidak ajak pacarmu saja?"

"dia punya suatu pekerjaan."

"dan aku tidak?"

Kemudian Choho beranjak mengambil papan jadwal harian Toko.
"Toko tutup... besok, kan?" sambil menunjukannya pada Tamotsu.

Setelah melihat itu, Tamotsu beranjak berniat untuk mengambil kaleng permennya,  namun Choho segera mengambilnya terlebih dahulu.

"I say, Yellow."

"sorry to say,  but there's no more yellow." ucap Tamotsu sambil menadahkan tangan kanannya.

Choho pun mengocok kalengnya diatas tangan Tamotsu dan yang keluar permen berwarna kuning.

"see, YELLOW."

Tamotsu terkejut dan melihatnya lebih dekat untuk memastikan benar-benar permen berwarna kuning.

.
.
.
.

Keesokan harinya, Tamotsu dan Choho pun pergi.
Mereka pergi dengan mengendarai sepeda mereka.
Mereka saling mengayuh berdampingan dengan hembusan angin sejuk menerpa mereka.

Beberapa menit, mereka pun berhenti di depan toko kacamata.

"kau bisa menyandarkan sepedanya disini."

"oke"

Sambil mereka menyandarkan sepedanya di pagar depan toko.
Choho masuk sambil melihat dan mencoba beberapa kacamata.
Sedangkan dia melihat Tamotsu yang masih diluar menunggunya sambil terus menatap layar handphonenya.

#Choho : ( ̄3 ̄)

Kemudian mereka pun melanjutkan perjalanan mereka ke toko berikutnya..
Choho sempat tertinggal di belakang, Tamotsu berhenti sejenak untuk menunggunya, dan kembali mengayuh sepedanya bersama.

Sampai di Toko berikutnya yaitu Toko Tas.
Toko tersebut tidak memakai lantai sebagai alasnya, melainkan aspal. Sehingga mereka dapat masuk sambil menuntun sepeda mereka.

"Tas ini semuanya handmade, jadi semua tas Original." jelas Tamotsu

"hey, ini cocok untukmu, apa kau suka?" Choho menunjukannya sebuah tas yang terpajang.

"not really."

"...okay, fine."

Selanjutnya mereka mengunjungi toko aksesoris dan melihat cara pembuatannya.
Mereka melihatnya dengan antusias, terutama Tamotsu.
Choho yang melihatnya perlahan menggeser badannya mendekat ke samping Tamotsu yang masih antusias melihat itu.
.
.

Setelah semua dari daftar menu terbeli, kemudian mereka mengayuh sepedanya untuk kembali ke toko.


"biarku periksa kembali sepedamu" ucap Tamotsu sambil membawa sepeda Choho kedalam toko.

"okay."

Setelah memeriksa sepedanya, Tamotsu beranjak ke meja kerjanya untuk menyiapkan beberapa peralatan sepeda dan menempatkannya pada pouch kuning.

"ini, beberapa peralatan untuk mu" ucap Tamotsu sambil menyerahkannya.

"thank you very much. " Choho berterimakasih.

"pacarmu akan bangga padamu."

"yeah, I know."

"akanku bawakan sepeda ini keluar untukmu."

"oke."

Belum sempat Tamotsu membawa sepedanya keluar, tiba-tiba Choho kembali mendapatkan hpnya berdering.
"oh, sorry. Just a moment."

Tamotsu pun menunggunya.

"hallo,
.
Ya, aku akan kembali secepatnya.
.
Yes, you can be so sweet.
.
Maaf, Aku telah salah menilaimu.
.
Yes.
.
Thank you.."

Sambil menatap Tamotsu, Choho mengakhirinya...
"Wo ai ni."

Mendengar itu, Tamotsu menatapnya,
Mereka hening sesaat sambil menatap satu sama lain,
Setelah itu Tamotsu kembali menuntun sepedanya keluar Toko.

"here" Tamotsu menyerahkan sepedanya.

"Thank you." ucap Choho.

Choho pun menuntun sepedanya beberapa langkah.
Lalu membalikkan badannya.
"Arigato, Tamotsu!" teriak Choho.
Dan mulai menuntun sepedanya pergi.

Tamotsu hanya diam melihatnya dari kejauhan sampai tak terlihat lagi oleh sudut pandangnya.

Bersambung....

###




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wo Ai Ni In TokyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang