Prolog

4.2K 333 49
                                    

Bandara Soekarno Hatta nampak ramai orang yang berlalu lalang. Ada yang ingin melakukan penerbangan juga ada yang pulang dari perjalanan jauh. Seorang gadis cantik nampak berjalan dengan anggun, kacamata hitam bertengger manis di hidung mancungnya. Satu tangannya menyeret sebuah koper besar dan tangan yang lain memegang sebuah tas dengan merk terkenal. Semua lelaki menatap dengan pandangan memuja namun ia sama sekali tak peduli baginya itu adalah hal biasa yang sangat tidak penting untuk ditanggapi.

Ya, meskipun tubuhnya tidak tinggi semampai bak seorang model catwalk tapi kecantikan wajahnya mampu mengalihkan perhatian semua orang. Bibir merah tipisnya sangat menggoda apabila tengah berbicara. Mata coklat yang di milikinya mampu membuat siapapun jatuh cinta saat menatapnya. Seakan tak terganggu dengan tatapan liar dari para kaum adam kedua kaki mungil yang dihiasi sebuah high heels warna putih itu terus melangkah menuju tempat penjemputan bandara. Mata indahnya terus bergerilya menatap satu persatu orang guna mencari supir yang telah ditugaskan kedua orang tuanya untuk menjemput dirinya. Senyum terukir dibibir merah mungilnya saat melihat seorang lelaki setengah baya berdiri didepan pintu penjemputan dengan membawa sebuah papan bertuliskan namanya 'Aletha' itulah nama yang tertera.

"Pak Men'kan?" tanyanya memastikan. Maklum lima tahun dia meninggalkan Indonesia, sedikit banyak ia agak lupa wajah orang terdekatnya.

"Non Aletha?" Aletha mengangguk ceria, "wah makin cantik aja Non udah kayak bule Bapak aja sampai nggak ngenalin lho," pujinya membuat Aletha tersenyum simpul.

Aletha memang sudah sangat dekat dengan Pak Men karena dulu dia adalah supir pribadinya yang akan mengantarnya kemanapun dan kapanpun ia pergi. Aletha memang tak pernah melihat orang dari kasta ataupun harta yang di milikinya karena baginya semua orang sama di mata Allah.

"Mari Non silahkan masuk!" Aletha mengangguk dan tersenyum saat Pak Men membukakan pintu mobil untuknya.

Sepanjang perjalanan menuju ke rumahnya Aletha tak mengalihkan pandangannya dari jalanan yang di lewati mobilnya. Banyak yang sudah berubah dari kota tempatnya di lahirkan. Banyak gedung pencakar langit tampak berdiri dengan gagah disetiap jalan yang di laluinya. Pembangunan jalan raya, mall, perkantoran juga tak lewat dari pandangannya. Dua hal yang nggak berubah dari kota ini kemacetan dan perasaannya yang masih tetap sama. Kosong dan hampa.

"Non Aletha kita sudah sampai," suara Pak Men menginstruksi Aletha keluar dari lamunannya.

Kedua matanya nampak berbinar saat melihat semua orang yang ia sayang menyambut kedatangannya. Lima tahun ia meninggalkan rumah ini dan hanya pulang setahun sekali saat hari raya membuat Aletha tak mampu menahan rasa rindunya yang tertahan.

"Bunda, Ayah," teriak Aletha langsung menghambur kepelukan dua orang yang paling ia sayang di dunia ini lebih dari siapapun.

"Bunda Letha kangen banget sama Bunda," rengeknya membuat Raina--bunda Aletha mengulum senyumnya.

"Bunda juga kangen banget sama permata kecil Bunda ini," ucap Raina membuat Aletha mengerucutkan bibirnya.

"Letha udah dewasa Bunda bukan anak kecil lagi," rajuknya sembari menghentakan kakinya. Kebiasaan yang nggak pernah hilang tapi selalu membuat semua orang selalu merindukannya.

"Bagi Ayah dan Bunda kamu tetap menjadi permata kecil kami," Arya--Ayah Aletha mengelus dengan penuh kasih rambut panjang putrinya.

"Sama Abang enggak kangen nih?" Seru seorang lelaki berwajah tampan bak pangeran yang turun dari langit, bibir merah penuhnya begitu menggoda, rambutnya yang hitam legam dengan tatanan sedikit acak-acakan yang mampu menambah kadar ketampanannya. Dialah Rayhan Abizar Adhirata--kakak lelaki Aletha satu-satunya.

"Bang Ray kangen," rengeknya manja.

Inilah Aletha akan selalu manja kalau sudah bersama kakaknya walaupun kadang mereka sering bertengkar tetapi kasih sayang Ray begitu besar untuk Aletha. Kebahagian Aletha adalah yang paling utama untuknya.

Just YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang