'Aku bersyukur karena takdir ternyata masih berpihak padaku, karena telah mempertemukan kita kembali'
~Alinata Raka Ravindra~
🍁🍁🍁
Mentari telah kembali menjalankan tugasnya untuk menghantarkan kehangatan kepada alam semesta. Burung telah berkicau riang saling bersahutan seakan menjadi nada indah di pagi hari yang cerah ini. Tapi lihatlah di sebuah kamar yang di dominasi warna putih dan pernak pernik bintang yang ia gantung secara abstark--karena memang sang pemilik sangat menyukai bintang. Seorang gadis cantik masih asyik mengembara di alam mimpinya.
Raina saja sang ibunda sampai geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak gadis ajaibnya yang tak pernah bisa merubah kebiasaan buruknya. Padahal mereka telah berpisah selama lima tahun karna Aletha harus melanjutkan study di London seperti impiannya sejak kecil. Di tariknya tirai putih jendela kamarnya yang berbatasan langsung dengan balkon.Aletha menggeliat kecil seraya menarik selimutnya untuk menghalau sinar matahari agar tak langsung menembus retinanya.
"Letha bangun, Sayang." Ditariknya selimut yang melilit tubuh Aletha untuk membuatnya terbangun.
"Lima menit lagi, Bunda," gumamnya masih dengan mata tertutup.
"No!! Nggak ada kata lima menit! Kamu harus bangun sekarang!" sahut Raina tegas tak mendapat respon apapun dari putrinya.
"Bunda, come on!! Letha masih ngantuk tau," rajuknya sembari menarik selimutnya kembali.
Raina menghela napasnya kesal membangunkan Aletha itu bagaikan membangunkan putri tidur yang akan terbangun jika ada pangeran yang menciumnya.
"Letha bangun sekarang atau Bunda guyur pakai air dingin," ancam Raina. Dan berhasil Aletha segera bangun dan duduk di kepala ranjangnya sesekali ia menguap.
"Ihhh Bunda ini tuh masih pagi, kenapa Bunda bangunin Letha sih," gerutu Aletha kesal.
"Pagi kamu bilang? Ya Allah, Letha ini tuh udah hampir jam delapan dan kamu masih males-malesan di tempat tidur begini. Gimana nanti kalau kamu udah punya suami mau kamu kasih sarapan apa nanti dia?" omel Raina sembari menarik selimut Aletha untuk ia rapikan.
Aletha berdecak, paginya akan semakin berantakan saat Bundanya sudah kembali mengomel.
"Aduh Bunda! Letha itu masih muda! Masih dua puluh tiga tahun, belum kepikiran untuk menikah. Lagian Letha ini masih mau fokus ke karir dulu," sangkal Aletha seraya mengikat rambutnya asal dan berjalan menuju lemari untuk mengambil handuk untuknya.
Raina menghela napasnya kasar. Jangan lupakan kalau Aletha adalah orang yang pandai berdebat, "jodoh siapa yang tau, Tha. Bisa jadi pagi ini kamu bilang seperti itu dan siang nanti kamu bertemu dengan pria yang akan jadi masa depanmu nanti."
Aletha memutar bola matanya jengah karena setiap pulang bundanya selalu membahas hal yang sama.
"Jodoh Letha itu akan datang di waktu yang tepat untuk membawa Letha ke gerbang kebahagiaan, rela melakukan apapun untuk Letha dan itu tidak sekarang," ujar Aletha.
Raina berdecak mendengar hayalan putrinya. Memangnya ada pria sempurna itu.
"Terserah kamu saja, Tha. Sebaiknya sekarang kamu mandi dan turun sarapan," titah Raina sebelum keluar dari kamar putrinya.
Aletha mengangguk dan menatap punggung bundanya yang menghilang di balik pintu, "suatu saat Letha akan bawa pria itu kehadapan Ayah dan Bunda," gumamnya sebelum masuk ke dalam kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just YOU
General FictionSaat takdir menguji dua insan yang saling mencintai mampukah perasaan cinta bertahan? Saat jarak memisahkan, waktu terus berputar, hari berganti hingga mereka kembali di pertemukan kembali. Mampukah cinta sejati menemukan jalan untuk bersatu? Melewa...