Radja dan Haidar

14 0 0
                                    

Setelah aku lelah berkeliling dengan Radja aku kembali ke kamar, dan melihat Pelangi sudah tertidur. Ah apa ini sudah larut sekali?
Aku kembali teringat tentang Radja. Ia berbeda. Hangat. Tak seperti Haidar. Radja dengan seribu leluconnya. Tapi... mengapa siang tadi Radja terlihat brutal? Apa yang tidak ku ketahui? Ah lebih baik aku tidur.

"Selamat pagi Ratu Andromeda, anda telat bangun 15 menit dan kelas anda akan segera dimulai" Ucap Pelangi menyapaku.
"ASTAGA, aku lupa!!" Ucapku. Setelah itu aku langsung lari ke halaman belakang dan melihat semua teman kelasku sudah berkumpul.
"Anak baru kok telat" Sindir Langit.
"Maaf aku telat" Ucapku pada yang lain.
Tak lama kemudian Bu Sarah datang membawa sebuah mangkuk yang sudah berisi gulungan kertas.
"Ibu bagi kelompok, setiap kelompok ada dua orang, dan ada arah yang berbeda serta rintangan yang berbeda, kita bertemu ditempat tujuan. Silahkan mengambil mulai dari absen satu" Ucap Bu Sarah Sopan namun Tegas.
"Yang sekelompok sama Haidar tuker dong" Ucap Langit yang tidak mendapat gubrisan.
"Sampe kapan lo gabisa bersikap dewasa?" Tanya Haidar dingin.
"Ih akukan cuma gabiasa aja"
"Makanya biasain dong" Celetuk Dimas.
"Cepat berkumpul, sesuai nomor yang kalian terima" Ucap Bu Sarah. Entah ini keberuntungan atau malapetaka, aku sekelompok dengan Haidar. Huh, aku tidak suka ini.

"Cepet dong jalannya, huh cewek" Ucap Haidar dari arah depan, memang dia sudah jauh didepanku. Aku sudah lelah kalau seperti ini....
"Curang ya lo pake spirit angin" Ucap Haidar kali ini sewot.
"Aku capek, maaf" Ucapku lalu menghilangkan spirit ku.
"Yaudah istirahat dulu, daritadi gak ada musuh" Ucapnya.
Haidar bilang, biasanya jika seperti ini guru akan memberikan penyihir atau makhluk buatan untuk mengetes spirit kami, namun dari tadi tidak ada tanda tanda lawan muncul.
"AHHH!! TOLONG!!" Teriak sebuah suara
"Dar, Kamu denger?" Tanyaku
"Dari arah sekolah, ayo buru!" Jawab Haidar yang bergegas untuk pergi.
Aku takjub atas apa yang aku lihat, Radja dan yang lain sedang bertarung, entah ini pertarungan asli atau buatan. Tapi dari energi yang kurasa, mereka benar-benar musuh.
"HAIDAR AWAS!!" Ucapku yang langsung menarik Haidar. Aku bisa merasakan akan ada..
"Astaga" Ucapan Haidar saat ada batu yang datang secara tiba-tiba.
"Sihir manipulasi, mereka beneran musuh. Ayo gabung sama yang lain" Ucapku.
"RADJA DIBELAKANG, MERUNDUKKK!!" Ucapku yang langsung melesat dibawa oleh spirit angin.
"Makasih" Ucap Radja.
"Kalian sudah kembali, dimana yang lain?" Tanya Bu Sarah padaku
"Mungkin mereka masih dihutan, sebenarnya mereka siapa bu?" Tanyaku
"Mereka adalah penyihir yang ingin menghancurkan sekolah kita, baguslah. Area hutan sudah terlindungi seperti area kelas." Jawab Bu Sarah.
"Hahaha, Sarah... Dimana Hendrick? Hendrick Merkurius. Pemimpin akademi. Dimana dia?" Ucap salah seorang penyihir yang kufikir adalah pemimpinnya.
"Dia tidak disini" Ucap Bu Sarah.
"Sangat disayangkan, namun tidak apa karena sekarang dua Bimasakti sudah disini. Mari kita hancurkan." Ucap penyihir itu lalu pasukannya menyerbu Haidar dan Radja.
"Tidak! Mereka tidak akan bisa melawan para penyihir! HAIDAR! RADJA!" Ucapku, aku bingung siapa yang harus kubantu.
"Tolong dia, dia sangat lemah" Ucap Radja.
Dan setelah itu Haidar ambruk. Aku langsung memasang tameng dan melindunginya, kusembuhkan dia dengan spirit daunku. Lalu aku melawan penyihir-penyihir itu. Satu persatu penyihir itu ambruk. Aku melihat Radja yang sudah lelah. Dan saat aku memperhatikan Radja, sang pemimpin penyihir itu mendekatinya.
"RADJA DIBELAKANGMU!" Ucapku. Namun terlambat karena Radja ambruk.

Setelah itu entah mengapa aku marah. Aku mengeluarkan lima spirit ku. Aku tidak terima mereka memporak porandakan sekolahku. Aku langsung menyerbu mereka. Dan saat pemimpin mereka ambruk, aku menghancurkan mereka semua. Aku kalut. Aku tak sadar. Aku tak berniat menghancurkan mereka.

"Lo gak apa apa?" Tanya Haidar, yang ada disampingku saat aku membuka mataku.
"Di Ruang Kesehatan ya?" Tanyaku.
"Iya" Jawab Haidar.
"Dimana Radja?" Tanyaku.
"Ada apa? Dia udah balik." Jawab Haidar.
"Gimana lukanya? Luka dia berat, dan dia gapunya spirit penyembuh." Ucapku khawatir.
"Gaperlu khawatir. Dia udah gede" Ucap Haidar.
"Tapi..." belum sempat aku melanjutkan Haidar sudah bangkit
"Kalau lo mau tau ya cari dia gausah tanya gua, gua gakan peduli sama dia" Ucap Haidar lalu pergi.
Entah mengapa air mataku menetes. Mungkin emosiku belum stabil. Entah rasanya bagaimana, yang jelas perih.
"Hei gak usah nangis kali"
"Ha...?"
"Radja. Bukan Haidar." Ucapnya dengan jelas.
"Uhm sorry" Jawabku
"Jadi, lo nangisin dia? Brengsek ya dia" Ucap Radja. Namun entah mengapa sorot matanya seperti sendu.
"Muka kamu..." Ucapku berhati-hati.
"Babak belur? Haha udah biasa santai aja gua gak menye" Jawab Radja.
"Coba duduk disamping aku, dan pinjem tangan kamu" Ucapku
"Jangan. Lo belum sembuh. Gue gamau" Ucap Radja.
"Gapapa" Ucapku lalu menarik tangan Radja. Hampir selesai. Proses penyembuhan hampir selesai. Tapi...
"Gila ya lo Ja, udah tau orang sakit masih aja diminta nyembuhin. Manja!" Ucap Haidar didepan pintu.
"Maksud elo apa?" Tanya Radja.
"Ja, belum selesai..." Sebelum kalimatku selesai Radja sudah menarik tangannya.
"Gua gak manja, lo kali yang brengsek!" Ucap Radja melewati Haidar untuk keluar dari Ruang Kesehatan.
"Lo mau banget sih disuruh suruh dia" Ucap Haidar lalu memberikanku sekotak susu. "Maaf tadi gue tinggal, gue aus" Tambahnya.
"Dia ganyuruh aku ngobatin, kamu boleh keluar. Aku capek" Ucapku pada Haidar.

Saat Haidar keluar entah mengapa air mataku menetes lagi. Ini salah. Perasaan ini salah. Aku tidak pernah merasa begini sebelumnya. Haidar? Radja? Ada apa dengan mereka. Aku lelah berada ditengah tengah.

Esoknya aku sudah sehat, memang belum masuk kelas tapi aku sudah bisa tidur di asrama lagi.
Saat ini aku sedang berkeliling taman untuk menghirup udara pagi.
"Akhirnya putri tidur bangun juga ya" Ucap Radja yang sudah ada disampingku.
"Apasih ja" Jawabku.
"Bagusdeh sekarang lo udah bisa bedain gue" Ucap Radja dengan senyum tulusnya.

Sekarang aku memang sudah tau perbedaan mereka. Alis Radja lebih lebat daripada Haidar, dan kulit Radja lebih gelap dibanding Haidar.

"Kamu item jadi aku tau" Ucapku sambil tersenyum.
"Gapapa gue item kalo bisa buat elo senyum" Ucap Haidar.
"Oh iya, minta ID Line dong" Tambahnya lagi.
"RallineAndr" Jawabku
"Terimakasih Andromedaku" Jawab Haidar dengan senyum polosnya.
"Aku lebih seneng liat kamu yang sekarang daripada kamu yang suka marah" Ucapku.
"Kapansih gue..." belum sempat Radja melanjutkan ucapannya Langit sudah hadir.
"Gila ya lo ja, selalu jadi perebut, as always." Ucap Langit.
"Apa maksud lo" Rahang Radja mengeras.
"Ja, aku capek bisa anterin aku?" Ucapku bermaksud memisahkan.
"Halah, banyak akting. Gak cowonya gak cewenya... LEBAY!" Ucap Langit.
"ANJING LO CEWEK GATEL APA MAKSUD LO SIAL" Ucap Radja berteriak
"Uh sekarang gue dibilang gatel, mentang-mentang gue pilih Haidar?" Ucap Langit dengan smirknya.

"Memilih haidar? Apa yang dimaksud? Apa memang pilihannya? Siapa sebenarnya Langit?"

"Gak usah emosi disini, lo selalu buat nama keluarga ancur" Tiba-tiba Haidar muncul dari belakang.
"HAIDAR!! Aku takut!" Ucap Langit pada Haidar.
"Cuih, drama!" Ucap Radja lalu pergi.
"Radja...!" Aku berlari menyusul Radja namun tanganku tertahan.
"Ikut gua." Ucap Haidar. Mau tidak mau aku mengikutinya.

Hari itu berlalu sangat panjang, Haidar bertanya apa yang terjadi. Lalu aku menjelaskannya. Rahang Haidar mengeras namun seketika kembali seperti semula.

"Lo jangan deket sama dia lagi" Ucap Haidar
"Kenapa?" Tanyaku
"Gue gak suka" Jawabnya tegas
"Gak. Gue mau sama Radja." Ucapku tak kalah tegas.

"Baru kali ini Ja, ada cewek yang memihak sama elo. Emang bener setiap saat semua orang berpihak sama gua. Gua tau ja gua salah. Tapi sekarang ada dia. Tapi maaf lagi ja, gue gabisa kalau tentang dia. Rasanya dia itu spesial." Batin Haidar.

"Lagi-lagi elo yang dipilih Dar, gapernah gua ya. Lucu. Emang bener ramalannya. Selagi kita bersama lo akan selalu dipilih. Sampai ada orang yang bisa milih gua dengan tulus. Tapi sayangnya orang itu gak ada. Bahkan Andromeda lebih milih pergi sama elo daripada ngejar gua tadi." Batin Radja

"Sebenernya, ada apa dengan Haidar dan Radja. Mengapa Haidar melarangku dengan Radja? Padahal mereka berdua bukan siapa-siapa. Dan siapa Langit sebenarnya?." Batinku.

-
-
-
Yeay. Part 2 kelar hehe. Tolong terus vote and comment ya, semoga ceritanya menarik. Ini baru awal sih, dan akun juga masih akun baru. Jadi tolong bantu share juga ya hehe.

Gimana? Pilih Haidar atau Radja?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Andromeda & BimasaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang